Jika cara yang paling efektif untuk membangun suatu negeri adalah lewat jalur pendidikan, maka cara efektif untuk memecahkan masalahpun bisa melewati jalur yang sama yakni pendidikan.
Menjalani satu semester dengan teman-teman Heroboyo di asrama membuatku banyak belajar bahwa konsistensi dalam sebuah proses pasti akan membuahkan hasil yang gemilang.Â
Sebagai mahasiswa keperawatan semester 4 yang cukup aktif dalam organisasi dan kegiatan sosial, alhamdulillah di awal Maret kemarin aku tergabung di National Youth Health Agent Volunteer yang digawangi oleh ISMKI dan bekerjasama dengan UNICEF. Kegiatan volunteer ini menyasar tiap-tiap puskesmas di Surabaya dengan beberapa topik yang dibawa diantaranya imunisasi dasar lengkap, vaksin booster, dan disinformasi kesehatan. Ketiga topik yang dibawakan menyasar pada satu masalah yang sama yakni stunting.
Kita semua tahu, masalah stunting masih menjadi momok yang harus segera dituntaskan di Indonesia. Â Sebagai promotor kesehatan aku dididik untuk bisa mempengaruhi dan meyakinkan audiens terhadap materi yang kita bawa. Jujur, dalam pikiran saya, karena di Surabaya adalah perkotaan pasti ibu-ibu disini banyak yang sudah mengerti tentang materi yang diberikan.Â
Namun, nyatanya ketika di lapangan pikiran itu keliru. Ternyata masih banyak ibu-ibu yang masih awam terhadap materi-materi yang diberikan. Bahkan di beberapa pertemuan banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh ibu-ibu yang diluar topik yang kami bawakan. Meskipun begitu, sangat menyenangkan bisa berbagi ilmu dengan ibu-ibu hamil dan para orang tua karena sebagai mahasiswa kita tidak hanya dituntut bisa dalam teori saja namun juga harus bisa melakukan aksi di lapangan.
Pada pertengahan maret kemarin, aku dan tim yang mewakili ormawaku mengikuti PPK Ormawa yang diselenggarakan oleh Kemendikbud. Topik yang kami ambil adalah desa sehat dengan mengangkat permasalahan stunting. Dalam penyusunan proposal, kami melakukan survei di desa yang memiliki angka stunting tinggi.Â
Dengan begitu kami bisa merumuskan intervensi yang bisa kami berikan kepada masyarakat desa khususnya ibu hamil apabila kami lolos pendanaan. Pada saat survei aku menjumpai bagaimana wajah desa dengan angka stunting tinggi dengan nyata. Sungguh memprihatinkan. Dari sini aku lebih bersemangat untuk menyusun proposal sebaik mungkin agar dapat memberikan intervensi terhadap permasalahan stunting di desa tersebut.
Menjelang akhir bulan Maret, aku bersama teman-teman di keperawatan memiliki tugas project base learning keperawatan maternitas dengan topik stunting.Â
Dan alhamdulillah kali ini aku berkesempatan menjadi pemateri. Dengan judul kegiatan "Bumil Salting : Ibu Hamil Siapkan Anak Lahir Tanpa Stunting" aku membawakan materi terkait stunting, penyebab stunting, serta nutrisi apa saja yang wajib ibu hamil penuhi di setiap trimester. Ditambah dengan sesi tanya jawab yang sangat renyah aku berharap dengan dilakukannya promosi kesehatan pada ibu hamil ini dapat meningkatkan kesadaran ibu mengenai pentingnya untuk memenuhi nutrisi ibu dan bayi dalam mencegah anak lahir stunting.
Semua perubahan yang besar selalu dimulai dari hal kecil, termasuk dalam hal stunting ini. Bahkan, menurutku dengan memberikan edukasi sama saja dengan menyelamatkan generasi sebab stunting berkaitan dengan generasi mendatang. Dan semoga di bulan-bulan selanjutnya angka stunting di Indonesia dapat menurun. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H