Mohon tunggu...
Muhammad Nur Hasan
Muhammad Nur Hasan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Muhammad Nur Hasan Mahasiswa Hukum Tata Negara Fakultas Syariah di Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Menulis bagiku suatu kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran. Filsafat dan hukum menjadi genre keilmuan yang saya minati. Diskusi dan kajian adalah kegiatan yang menarik untuk mempertajam pola pikir kritis dan harus dilestarikan di lingkungan akademisi. Terus berproses dan mengembangkan kualitas intelektual menjadi fokus utama yang harus saya lakukan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Fitrah Manusia: Kecenderungan kepada Sesuatu yang Positif

4 September 2023   21:55 Diperbarui: 4 September 2023   21:59 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pexels.com / tentarapeduli by Pixabay 

 "Engkau tidak boleh putus asa terhadap kemanusiaan, karena manusia tadi orientasinya baik, fitrahnya juga baik. Kemanusiaan ini ibarat samudera, jika beberapa tetes air di samudra kotor, samudra itu tidak akan ikut terkotori". ~Gandhi

Secara umum kita sebagai manusia memiliki kecenderungan positif. Walaupun kita berusaha untuk tidak positif, pasti diri kita tetap ada dorongan untuk positif, tinggal kita mau atau tidak. Inilah yang dinamakan fitrah manusia. 

Kecenderungan -kecenderungan positif manusia itu terdiri dari kecenderungan beragama,kecenderungan pada kebenaran, kecenderungan pada akhlak, kecenderungan pada keadilan, kecenderungan untuk bebas, kecenderungan pada keindahan, kesucian, dan kebersihan, serta fitrah kerukunan.

1. Beragama

Beragama merupakan dorongan fitrah manusia. Orang sebenarnya tidak bisa untuk tidak beragama. Dalam hal ini beragama artinya menyandarkan hidup, menyandarkan diri pada sesuatu yang dianggap lebih tinggi atau lebih besar dari dirinya. 

Pada hakikatnya manusia itu lemah. Ketika manusia sadar bahwa dirinya lemah, ia akan menacari sandaran. Misalnya, ketika kita tidak kuat dengan beban hidup, maka kita akan mencari apa pun yang bisa membuat kita tetap kuat.

Kita beragama karena kita butuh bersandar kepada Tuhan. Ada sebuah teori yang mengatakan bahwa setinggi apapun ateis seseorang, dia pasti memiliki sandaran tersendiri yang dia percaya. 

Mungkin dia tidak percaya akan adanya Tuhan, tapi dia ada sistem kepercayaan versi dirinya sendiri. Itulah alasannya bahwa beragama merupakan fitrahnya manusia. 

Misalnya, ada orang yang tidak percaya dengan Tuhan, tidak mau menyembah Tuhan, tapi dia menyembah pikiran, kekayaan atau jabatannya sendiri. 

Hal ini karena hakikatnya manusia itu lemah, butuh sandaran spiritual. Jadi, disadari atau tidak manusia butuh agama dan manusia butuh Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun