“Kalau dinastinya Pak Jokowi ingin berbakti untuk rakyat, kenapa? Salahnya apa? Jadi berpikir yang baik lah, berpikir positif.”
Pernyataan tersebut diucapkan oleh Prabowo ketika diwawancarai usai Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerinda tadi malam di Darmawangsa, Jakarta Selatan. Bakal capres Prabowo Subianto melontarkan tanggapan tersebut, yang akhir-akhir ini menjadi sorotan publik setelah sebelumnya dirinya mengumumkan putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi bakal cawapres pendampingnya.
Publik belakangan ini menyoroti mengenai politik dinasti terutama selepas putra sulung Presiden Jokowi diumumkan menjadi bakal calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto. Menurut survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas menunjukkan sebesar 60,7% masyarakat menilai bahwa pencalonan Gibran merupakan suatu bentuk politik dinasti. Survei dilakukan dengan menggunakan menanyakan pendapat responden melalui telepon dengan tingkat kepercayaan 95%. Survei tersebut menjadi pertanda bahwa perolehan suara Prabowo bisa saja menurun seiring dengan merebaknya isu politik dinasti.
Tanggapan terhadap bentuk politik dinasti tambah santer dibincangkan mengingat Gibran merupakan Walikota Solo, Kaesang menjadi Ketua Umum PSI, Boby yang merupakan menantu Presiden menjabat Walikota Medan, dan Ipar dari Presiden menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi.
Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai gugatan batas usia capres dan cawapres, dinilai melancarkan jalan Gibran menjadi cawapres. Hasil putusan MK yang seakan kasat mata terindikasi adanya conflict of interest memberikan karpet merah untuk Gibran melenggang di pilpres 2024. Apalagi hasil putusan MK ini mendekati jadwal pendaftaran capres dan cawapres.
Menurut beberapa pengamat politik, dalam etika politik seharusnya Gibran yang merupakan kader PDIP mendukung pasangan yang diusung oleh partainya bukannya malah mencalonkan dirinya menjadi cawapres partai lain. Sampai sekarang, setelah dirinya dicalonkan menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo, Gibran yang saat ini masih menjabat sebagai Walikota Solo belum mundur dari Partai PDIP. Namun, Gibran menyatakan telah melakukan komunikasi dengan Puan Maharani pada Jumat 20 Oktober lalu.
Terkait pencalonan putra sulungnya, Presiden Jokowi memberikan tanggapannya. “Tugas orang tua hanya merestui” saat ditanya pasca acara memperingati hari santri 22 Oktober yang lalu. Presiden juga ikut buka suara terkait dugaan praktik dinasti politik di balik restunya kepada Gibran. “Itu kan masyarakat yang menilai dan dalam pemilihan umum, Pilkada, Pilwalkot, Pilgub, dan Pilpres, itu semua yang memilih rakyat," ucap Jokowi saat diwawancarai setelah acara Pembukaan Investor Daily Summit 2023.
Disamping itu survei dari LSI menunjukkan elektabilitas Prabowo Gibran lebih unggul dari Ganjar-Mahfud dan Anis-Muhaimin. Survei tersebut menunjukkan elektabilitas Prabowo Gibran unggul dengan angka 35% sedangkan Ganjar-Mahfud 26% dan Anis-Muhaimin 19%. Hasil survei yang senada juga dirilis oleh Indikator Politik menunjukkan elektabilitas Prabowo-Gibran unggul 37%, sedangkan Ganjar-Mahfud 32% dan Anis-Muhaimin 22%.
Jika memang Gibran menjadi bacawapres Prabowo maka bisa menjadi ancaman bagi perolehan suara PDIP. Gibran akan memperoleh suara terutama dari pendukung Presiden Jokowi karena Presiden Jokowi dinilai masih mempunyai pengaruh dalam perolehan suara dalam pilpres mendatang. Tetapi tidak semua suara PDIP atau yang mendukung Ganjar-Mahfud akan tertarik ke Prabowo-Gibran. Sebagian suara Jawa Tengah yang merupakan “Kandang Banteng bisa” saja terpecah, terutama di daerah Solo karena adanya pengaruh Jokowi dan Gibran.
Prabowo mungkin memperoleh efek positif memilih Gibran tapi juga bisa saja memperoleh efek negatif. Para pemilih Prabowo merupakan orang yang setuju dengan keputusan MK mengenai batasan usia capres cawapres. Sedangkan orang yang mengetahui Ketua MK adalah Ipar dari Presiden menilai keputusan MK kurang tepat sehingga kemungkinan menjadi pengurang perolehan suara Prabowo. Hal tersebut bisa menjadi keuntungan paslon Ganjar-Mahfud untuk menunjang perolehan suara. Disamping itu juga menjadi keuntungan Anis-Muhaimin jika orang yang sebelumnya mendukung Prabowo dan tidak memilih Ganjar merasa kecewa terhadap keputusan MK.
Ditambah lagi tudingan praktik dinasti politik yang melekat pada diri Gibran menjadi bumerang bagi Prabowo. Tudingan tersebut akan terus digoreng selama kontestasi pilpres dan akan menjadi isu yang signifikan berpengaruh terhadap perolehan suara. Belum lagi usia Gibran yang masih tergolong muda dan baru menjadi Walikota Solo selama 2 tahun dinilai belum berpengalaman dalam kancah nasional. Namun Gibran menanggapi tudingan dinasti politik dengan santai, “Biar masyarakat yang menilai” ujar Gibran saat diwawancarai di Balaikota Solo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI