Mohon tunggu...
Seni dan Budaya Kita
Seni dan Budaya Kita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Media, Seni, Sastra, dan Berita

Penulis, Seni, Sastra, dan Berita

Selanjutnya

Tutup

Seni

Ekspedisi Kesadaran dalam Makrifat dan Performance Saung Sirkulasi oleh MAFY X Cholsverde

17 Juni 2024   17:31 Diperbarui: 17 Juni 2024   17:37 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SAUNG SIRKULASI JOGJA - 2024. 

Meskipun berasal dari latar belakang filosofis dan spiritual yang berbeda, kedua sumber tajuk Karya Performance yang dipersembahkan oleh MAFY dan Cholsverde menuntut penghancuran sifat pasti bagi pengalaman mereka secara rasional, namun sulit dan lama untuk membuka jalan bagi pemahaman yang lebih mendalam dan otentik karena bersifat tidak pasti di setiap ruang dan waktunya, seperti tajuk karya yang diangkat; Ekspedisi Kesadaran. Di sebuah pameran oleh Komunitas Ritus Gambar Jogja dengan tajuknya Bukit Makrifat di Jiwa Gallery, dapat dilihat sebagai analogi dari perjalanan menuju makrifat, di mana setiap personal harus menguraikan dan memahami lapisan-lapisan makna yang kompleks dan ambigu untuk mencapai pengetahuan yang lebih tinggi dan langsung tentang bukit tersebut.

Pameran ini diikuti oleh para seniman rupa tekun dan giat dari lama, terutama di kanca Jogja, nasional dan Internasional, yakni:

-Ahmad Sobirin

-Alex Danny S.

-Edo Pop

-Eko Haryono

-Eko Rahmi

-Fadjar Sutardi 

-Gus Black

-Joko Sulis

-Kaji Habeb

-Ki. Ageng Pramono Pinunggul

-Muhammad Assiry

-Maulana Ihza Mahendri

-Operasi Rachman Muchamad

Pameran ini sangat berharga karena Dibuka oleh Kurator sekaligus Akademik Seni Rupa Indonesia yakni: Dr. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum. 

Edopop dan Suwarno
Edopop dan Suwarno

Pembukaan digelar, dengan diawali sambutan oleh EdoPop, selaku ketua Komunitas Ritus Gambar, Jogja Menggambar, serta Forum Nasional Menggambar yang memberikan pendapat bahwa spiritualis dalam dunia seni ialah kreativitas. Seniman hancur lebur dalam prosesnya yang serba berubah, mengekspresikan eksplorasi karya, serta berpegang teguh dan yakni dalam dunia Kreativitas dan estetika, menjadi modal utama. Pernyataan EdoPop mengungkapkan pandangan yang mendalam tentang peran spiritualitas dalam seni, yang terletak pada kreativitas seorang seniman.

EdoPop mengidentifikasi kreativitas sebagai inti dari spiritualitas dalam seni. Dalam konteks ini, spiritualitas bukanlah aspek keagamaan atau mistis, melainkan manifestasi dari proses kreatif itu sendiri. Kreativitas, menurutnya tindakan transendental yang memungkinkan manusia untuk melampaui batas-batas dirinya dan realitas yang ada. Kreativitas menjadi cara bagi seniman untuk menghubungkan yang duniawi dengan yang transendental, menghubungkan dunia material dengan ide-ide dan emosi yang lebih dalam dan esensial.

Hal itulah yang mendasari karya-karya orang-orang Ritus Gambar Jogja memungkinkan terciptanya bentuk-bentuk baru dan makna-makna baru dalam tajuk Bukit Makrifat. Ini adalah proses yang intrinsik spiritual, di mana seniman menghadapi dan mengatasi keberagaman apapun untuk menemukan keutuhan dan keindahan.

Begitu juga pada karya performance Ekspedisi Kesadaran, ketekunan dan keyakinan dalam dunia kreativitas dan estetika. Ini menunjukkan bahwa seni adalah jalan hidup yang memerlukan dedikasi total dan keyakinan yang kuat bukan pada material angka tetap, namun pada nilai-nilai estetika. Setiap personal harus memiliki iman terhadap proses ekspedisinya sendiri, meskipun penuh dengan ketidakpastian dan tantangan. Ini mengingatkan pada konsep "Sublim" dalam estetika Kantian, di mana pengalaman seni yang paling mendalam sering kali ditemukan di ambang kekacauan dan keteraturan, antara ketakutan dan keindahan dalam proses ekspedisi dan perjalanan.

Pameran Bukit Makrifat dalam seluruh rangkaiannya ini tak luput juga terdapat peran penulis sekaligus penganalisis yang juga menyambut di pembukaan oleh Drs. Farid Mustofa, M.Hum., Dosen Filsafat UGM Yogyakarta. Pak Farid Mustofa sempat memberikan tanggapan pada karya performance bertajuk Ekspedisi Kesadaran ini. Ia menilai bahwa seni pasti memiliki spiritualitas yang mungkin sama maupun berbeda dalam konsep religiusitas. Kreativitas itulah yang membuat pemahaman seni bisa sangat dekat bahkan setara dengan agama, yang tak bisa distop dalam satu puncak apapun, namun dengan berkembang dan berubah di setiap saat, era, dan ruangnya, seni itu sendiri akan berubah seiring energinya.

Begitu juga menjadi Sebuah kebanggaan karena dihadiri dan diberikan satu pandangan dan pembelajaran oleh Kurator pameran Bukit Makrifat ini yakni: Dr. Drs. Hajar Pamadhi, M.A (Hons). Pak Hadjar dalam diskusi (salah satu acara rangkaian Pameran Bukit Makrifat Ritus Gambar), juga sempat memutar ulang dan menganalisa karya performance Ekspedisi Kesadaran ini. Menurutnya, dalam konteks performance, pasti juga mempunyai garis, yang mungkin menyambung maupun terputus dalam setiap geraknya. Faiz, dengan alat musik dan instrumen yang sudah disiapkannya, kawin dengan gerak tubuh Cholis yang masuk dalam kain sempit bertekstur tubuh, layaknya hadir sifat tradisi intelektual dan material yang berbeda, namun sama-sama menekankan proses pemahaman yang mendalam dan berlapis terhadap realitas dan spirit. Performance tersebut memiliki penguraian yang dapat ditinjau sebagai sebuah pendekatan filosofis yang dikembangkan tak lagi pada teks namun pada hubungan pemain dengan pandangan setiap apresiator. Bagi pak Hadjar, performance seperti itu menunjukkan bahwa makna tidak pernah benar-benar paten layaknya sebuah garis, yang memiliki jarak karakter di setiap media, material, ruang, waktu, dan dimensi lainnya. 

Ekspedisi Kesadaran Performance by MAFY dan Cholsverde di Ritus Gambar Jogja 
Ekspedisi Kesadaran Performance by MAFY dan Cholsverde di Ritus Gambar Jogja 

"Ekspedisi Kesadaran" sebagai karya performance art dapat dipahami sebagai representasi perjalanan batin yang menekankan pentingnya kesadaran dalam pencapaian makrifat. Dalam konteks filsafat makrifat, yang merupakan puncak pengetahuan dan pemahaman spiritual dalam Islam, perjalanan ini tidak hanya bersifat fisik tetapi juga metafisik, melibatkan dimensi-dimensi terdalam dari jiwa manusia. Makrifat, yang sering dianggap sebagai pengenalan langsung dan intim terhadap Tuhan, memerlukan kondisi batin yang sangat peka dan waspada. Kesadaran di sini bukan hanya sekadar aware terhadap lingkungan sekitar, tetapi lebih kepada kesadaran yang mencakup pengenalan diri, pengertian akan hakikat wujud, serta hubungan antara diri, alam, dan Tuhan. 

 Dalam pemaparannya saat diskusi Membaca Bukit Makrifat, Pak Hajar Pamadhi menuaikan presentasinya tentang Konsep kesadaran dalam ekspedisi spiritual ini bisa dikaitkan dengan teori kesadaran transendental dari Immanuel Kant, yang melihat kesadaran sebagai prasyarat bagi semua pengalaman. Dalam konteks ini, seseorang yang menempuh ekspedisi kesadaran harus mampu mentransendensikan ego individu menuju ego transendental, yang membuka ruang bagi pemahaman makrifat.

Afrizal Malna, penulis dan kritikus seni, mengajukan pandangan yang mendalam mengenai Performativitas dalam Performance Art saat diundang dalam diskusi yang menjadi salah satu rangkaian acara kali ini, menjadi narasumber bersama Hajar Pamadhi dan Pak Farid Mustofa. Malna menggambarkan performativitas sebagai suatu garis yang, meskipun terdiri dari titik-titik berbeda, tetap memiliki keterhubungan intrinsik. Pernyataan ini dapat ditafsirkan secara kritis dalam konteks teori seni kontemporer, serta ia juga menyebutkan bagaimana yang pernah dilakukan oleh Kolektif Drawing Performatif yang pernah mencoba mencari kemungkinan lain antara hubungan Drawing dan Performatif saat perayaan Hari dan Bulan Menggambar Nasional 2022.

Malna mencoba membaca konsep artistik sebagai garis dengan titik-titik berbeda namun terhubung mencerminkan pandangan post-strukturalis tentang identitas dan makna. Dalam pandangan ini, performativitas bukanlah entitas statis tetapi proses dinamis yang terus menerus terbentuk dan terhubung melalui tindakan dan interaksi. Ini sejalan dengan teori performativitas dari Judith Butler, yang menyatakan bahwa identitas dibentuk melalui performativitas yang berulang, di mana setiap tindakan berkontribusi pada konstruksi makna yang terus berkembang. Dalam konteks Performance Art, setiap tindakan artistik adalah titik pada garis performativitas yang membentuk narasi dan identitas karya seni secara keseluruhan.

Afrizal juga mempertanyakan secara kritis bagaimana seharusnya hubungan antara seni dan keseimbangan yang damai dalam konteks negeri dan seni hari ini. Ini mengundang refleksi mendalam mengenai peran seni dalam masyarakat kontemporer yang sering kali dilanda konflik dan ketegangan. Seni memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan spiritnya, menciptakan ruang untuk dialog, dan mendorong refleksi kritis terhadap isu-isu sosial dan politik. 

Dalam diskusinya, Afrizal Malna tampaknya mengajak kita untuk mempertimbangkan peran spiritualitas yang kadang teralienasikan dalam seni sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar representasi visual atau performatif. Ia menekankan hubungan intrinsik antara berbagai elemen yang meskipun berbeda, berkontribusi pada pembentukan keseluruhan yang kohesif. Selain itu, ia menyoroti urgensi bagi seni untuk memainkan peran aktif dalam menciptakan keseimbangan dan harmoni dalam konteks sosial dan politik yang kompleks dan mungkin butuh udara segar. 

Ekspedisi Kesadaran Performance by MAFY dan Cholsverde di Ritus gambar Jogja 
Ekspedisi Kesadaran Performance by MAFY dan Cholsverde di Ritus gambar Jogja 

Kembali pada konsep Kesadaran yang tetap perlu adanya sebuah Ekspedisi, juga berfungsi sebagai penopang agar seseorang tidak "oleng" dalam perjalanan spiritualnya. Dalam epistemologi sufi, perjalanan menuju makrifat penuh dengan tantangan yang dapat menggoyahkan keyakinan dan fokus seseorang. Kesadaran bertindak sebagai jangkar yang menjaga stabilitas batin dan memandu sang musafir spiritual melewati berbagai maqam (tahapan) dan hal (keadaan) hingga mencapai tahapan hakikat dan makrifat.

Karya Ekspedisi Kesadaran ini menuai banyak eksplorasi dan pengambilan beragam pemahaman bagi Faiz dan Cholis. Baginya, proses pemahaman terus berkembang melalui pembongkaran struktur-struktur makna yang ada. Sementara dalam makrifat, perjalanan spiritual melalui berbagai tahapan dan pengalaman adalah esensial untuk mencapai pengetahuan langsung tentang Pencipta yang dikembalikan lagi pada hak pelalu hidup untuk terbuka menginterpretasi ulang dan reinterpretasi, bahkan setiap diulang akan menghasilkan satu penangkapan makna yang berbeda-beda dan beragam.

Martin Heidegger, dalam pembahasan tentang "Dasein" (ada-di-sana), menekankan pentingnya kehadiran penuh dalam setiap momen sebagai cara untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang keberadaan. Dalam konteks ekspedisi kesadaran, ini berarti bahwa musafir spiritual harus sepenuhnya hadir dalam setiap langkah perjalanannya, mengalami setiap tahap dengan penuh kesadaran, tanpa terbawa oleh ilusi atau distraksi duniawi. Lebih lanjut, Jacques Derrida dengan dekonstruksiannya memberikan perspektif bahwa perjalanan makrifat juga merupakan proses dekonstruksi diri. Dalam ekspedisi kesadaran, individu akan terus-menerus meruntuhkan dan membangun ulang pengertian diri dan Tuhannya, yang mana tanpa kesadaran, proses dekonstruksi ini dapat menjerumuskan ke dalam kekacauan dan kehilangan arah.

Dalam ketidakstabilan Makna, karya performance di pembukaan pameran Ritus Gambar bertajuk Bukit Makrifat ini dihadirkan oleh MAFY dan Cholsverde sebagai sikap tidak permanen, bahwa makna selalu bersifat sementara dan tidak pernah final, membuka ruang bagi interpretasi yang terus berubah. Dalam konteks tematik acara yakni makrifat, seorang pelaku kreatif juga harus melewati berbagai fase ketidakpastian dan keraguan sebelum mencapai pemahaman yang sejati. Proses ini diuji dalam bentuk performance mereka untuk pembelajaran, pengalaman, dan pencarian dalam meruntuhkan pemahaman-pemahaman awal yang mungkin paten, superfisial atau keliru. Yang sebenarnya dengan tajuk performance Ekspedisi Kesadaran ini, sebuah kesadaran sebagai capaian tak berujung guna mencari sifat yang lebih dalam lagi memang bersifat berubah-rubah. Tergantung ruang dan waktu, namun baginya terdapat satu hal yang bisa menjadi tiang dan tombak, yakni sebuah keyakinan maupun keimanan.

Secara keseluruhan, Performance "Ekspedisi Kesadaran" coba dihadirkan oleh MAFY dan Cholsverde sebagai sebuah karya seni yang tidak hanya merepresentasikan perjalanan fisik atau simbolis menuju pengetahuan yang lebih tinggi, tetapi juga menegaskan pentingnya kesadaran sebagai pondasi yang menjaga agar perjalanan ini tetap terarah dan berermakna. Kesadaran dalam konteks ini adalah kunci untuk memahami makrifat sebagai tujuan akhir dalam tanda kutip bukan pada capaian material, namun pada nomena performativitas yang berangkat dari ekspedisi spiritual seseorang.

Saungsirkulasi 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun