Mohon tunggu...
Seni dan Budaya Kita
Seni dan Budaya Kita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Media, Seni, Sastra, dan Berita

Penulis, Seni, Sastra, dan Berita

Selanjutnya

Tutup

Seni

Ekspedisi Kesadaran dalam Makrifat dan Performance Saung Sirkulasi oleh MAFY X Cholsverde

17 Juni 2024   17:31 Diperbarui: 17 Juni 2024   17:37 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu juga pada karya performance Ekspedisi Kesadaran, ketekunan dan keyakinan dalam dunia kreativitas dan estetika. Ini menunjukkan bahwa seni adalah jalan hidup yang memerlukan dedikasi total dan keyakinan yang kuat bukan pada material angka tetap, namun pada nilai-nilai estetika. Setiap personal harus memiliki iman terhadap proses ekspedisinya sendiri, meskipun penuh dengan ketidakpastian dan tantangan. Ini mengingatkan pada konsep "Sublim" dalam estetika Kantian, di mana pengalaman seni yang paling mendalam sering kali ditemukan di ambang kekacauan dan keteraturan, antara ketakutan dan keindahan dalam proses ekspedisi dan perjalanan.

Pameran Bukit Makrifat dalam seluruh rangkaiannya ini tak luput juga terdapat peran penulis sekaligus penganalisis yang juga menyambut di pembukaan oleh Drs. Farid Mustofa, M.Hum., Dosen Filsafat UGM Yogyakarta. Pak Farid Mustofa sempat memberikan tanggapan pada karya performance bertajuk Ekspedisi Kesadaran ini. Ia menilai bahwa seni pasti memiliki spiritualitas yang mungkin sama maupun berbeda dalam konsep religiusitas. Kreativitas itulah yang membuat pemahaman seni bisa sangat dekat bahkan setara dengan agama, yang tak bisa distop dalam satu puncak apapun, namun dengan berkembang dan berubah di setiap saat, era, dan ruangnya, seni itu sendiri akan berubah seiring energinya.

Begitu juga menjadi Sebuah kebanggaan karena dihadiri dan diberikan satu pandangan dan pembelajaran oleh Kurator pameran Bukit Makrifat ini yakni: Dr. Drs. Hajar Pamadhi, M.A (Hons). Pak Hadjar dalam diskusi (salah satu acara rangkaian Pameran Bukit Makrifat Ritus Gambar), juga sempat memutar ulang dan menganalisa karya performance Ekspedisi Kesadaran ini. Menurutnya, dalam konteks performance, pasti juga mempunyai garis, yang mungkin menyambung maupun terputus dalam setiap geraknya. Faiz, dengan alat musik dan instrumen yang sudah disiapkannya, kawin dengan gerak tubuh Cholis yang masuk dalam kain sempit bertekstur tubuh, layaknya hadir sifat tradisi intelektual dan material yang berbeda, namun sama-sama menekankan proses pemahaman yang mendalam dan berlapis terhadap realitas dan spirit. Performance tersebut memiliki penguraian yang dapat ditinjau sebagai sebuah pendekatan filosofis yang dikembangkan tak lagi pada teks namun pada hubungan pemain dengan pandangan setiap apresiator. Bagi pak Hadjar, performance seperti itu menunjukkan bahwa makna tidak pernah benar-benar paten layaknya sebuah garis, yang memiliki jarak karakter di setiap media, material, ruang, waktu, dan dimensi lainnya. 

Ekspedisi Kesadaran Performance by MAFY dan Cholsverde di Ritus Gambar Jogja 
Ekspedisi Kesadaran Performance by MAFY dan Cholsverde di Ritus Gambar Jogja 

"Ekspedisi Kesadaran" sebagai karya performance art dapat dipahami sebagai representasi perjalanan batin yang menekankan pentingnya kesadaran dalam pencapaian makrifat. Dalam konteks filsafat makrifat, yang merupakan puncak pengetahuan dan pemahaman spiritual dalam Islam, perjalanan ini tidak hanya bersifat fisik tetapi juga metafisik, melibatkan dimensi-dimensi terdalam dari jiwa manusia. Makrifat, yang sering dianggap sebagai pengenalan langsung dan intim terhadap Tuhan, memerlukan kondisi batin yang sangat peka dan waspada. Kesadaran di sini bukan hanya sekadar aware terhadap lingkungan sekitar, tetapi lebih kepada kesadaran yang mencakup pengenalan diri, pengertian akan hakikat wujud, serta hubungan antara diri, alam, dan Tuhan. 

 Dalam pemaparannya saat diskusi Membaca Bukit Makrifat, Pak Hajar Pamadhi menuaikan presentasinya tentang Konsep kesadaran dalam ekspedisi spiritual ini bisa dikaitkan dengan teori kesadaran transendental dari Immanuel Kant, yang melihat kesadaran sebagai prasyarat bagi semua pengalaman. Dalam konteks ini, seseorang yang menempuh ekspedisi kesadaran harus mampu mentransendensikan ego individu menuju ego transendental, yang membuka ruang bagi pemahaman makrifat.

Afrizal Malna, penulis dan kritikus seni, mengajukan pandangan yang mendalam mengenai Performativitas dalam Performance Art saat diundang dalam diskusi yang menjadi salah satu rangkaian acara kali ini, menjadi narasumber bersama Hajar Pamadhi dan Pak Farid Mustofa. Malna menggambarkan performativitas sebagai suatu garis yang, meskipun terdiri dari titik-titik berbeda, tetap memiliki keterhubungan intrinsik. Pernyataan ini dapat ditafsirkan secara kritis dalam konteks teori seni kontemporer, serta ia juga menyebutkan bagaimana yang pernah dilakukan oleh Kolektif Drawing Performatif yang pernah mencoba mencari kemungkinan lain antara hubungan Drawing dan Performatif saat perayaan Hari dan Bulan Menggambar Nasional 2022.

Malna mencoba membaca konsep artistik sebagai garis dengan titik-titik berbeda namun terhubung mencerminkan pandangan post-strukturalis tentang identitas dan makna. Dalam pandangan ini, performativitas bukanlah entitas statis tetapi proses dinamis yang terus menerus terbentuk dan terhubung melalui tindakan dan interaksi. Ini sejalan dengan teori performativitas dari Judith Butler, yang menyatakan bahwa identitas dibentuk melalui performativitas yang berulang, di mana setiap tindakan berkontribusi pada konstruksi makna yang terus berkembang. Dalam konteks Performance Art, setiap tindakan artistik adalah titik pada garis performativitas yang membentuk narasi dan identitas karya seni secara keseluruhan.

Afrizal juga mempertanyakan secara kritis bagaimana seharusnya hubungan antara seni dan keseimbangan yang damai dalam konteks negeri dan seni hari ini. Ini mengundang refleksi mendalam mengenai peran seni dalam masyarakat kontemporer yang sering kali dilanda konflik dan ketegangan. Seni memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan spiritnya, menciptakan ruang untuk dialog, dan mendorong refleksi kritis terhadap isu-isu sosial dan politik. 

Dalam diskusinya, Afrizal Malna tampaknya mengajak kita untuk mempertimbangkan peran spiritualitas yang kadang teralienasikan dalam seni sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar representasi visual atau performatif. Ia menekankan hubungan intrinsik antara berbagai elemen yang meskipun berbeda, berkontribusi pada pembentukan keseluruhan yang kohesif. Selain itu, ia menyoroti urgensi bagi seni untuk memainkan peran aktif dalam menciptakan keseimbangan dan harmoni dalam konteks sosial dan politik yang kompleks dan mungkin butuh udara segar. 

Ekspedisi Kesadaran Performance by MAFY dan Cholsverde di Ritus gambar Jogja 
Ekspedisi Kesadaran Performance by MAFY dan Cholsverde di Ritus gambar Jogja 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun