[caption id="attachment_89325" align="aligncenter" width="540" caption="Bukit Kasih berpose bersama keluarga sebelum mendaki 2000 anak tangga ( Foto Priibadi )"][/caption] Perjalanan Wisata Saya  Ke Bukit Kasih dengan keluarga besar adalah sebuah Pengalaman berharga suatu Hari Minggu di Bulan Mei 2010 yang baru lalu. Pagi Hari sekitar Jam 09.00 dengan menggunakan Mobil Rental Toyota Avansa sewaan 300 ribu perhari plus sopir diluar ongkos oprasional, Saya  dan keluarga yang terdiri dari Saya sendiri, Isteri, Mertua dua orang ipar seorang anak kecil dan sopir berangkat dari Manado menuju ke Bukit Kasih sebuah tempat Wisata yang saat itu mulai banyak dikunjungi orang di Sulawesi Utara selain Taman Laut Bunaken yang sudah lama tersohor itu. Menyusuri jalan keseletan Kota melewati jalan berasapal memasuki  perbatasan Kota madya Manado, Wianangun, lalu Pineleng, dan Tinoor, jalan Raya Tinoor  disini kondisi jalan berasapal licin dan  mulai menanjak, berkelok-kelok sepanjang jalan yang dilewati banyak Warung besar dan kecil berjejer menjajakan makanan di tepi jalan yang dikiri kanan dipenuhi oleh hutan tropis yang rindang, mobil melaju dengan kencang ditengah hujan rintik yang mulai turun membasahi Bumi. [caption id="attachment_89333" align="alignleft" width="300" caption="tugu bukit kasih ( Foto : google )"]
[/caption]
Sekitar 45  menit lebih berada diatas Mobil tak terasa rombongan kami sudah memasuki Pintu gerbang Kota Madya Tomohon yang pernah di juluki sebagai Kota Bunga di Minahasa, Udara mulai terasa dingin meremas walau hujan rintik berhenti dan matahari telah menyembul keluar dari awan, maklum Kota Tomohon berada diatas ketinggian pegunungan Minahasa. Mobil terus bergerak melewati Kota Tomohon, menikmati pemandangan indah dikiri-kanan jalan membuat perjalanan terasa tak melelahkan, tiba-tiba saja bau busuk  mulai menyengat, seperti bau telur rebus yang sudah basi, maklum karena saya baru pertama kali datang ke Minahasa, bau itu membuat saya curiga ada anggota keluarga yang mengelaurkan Gas dari perutnya. Ketika saya tanya pada Isteri dia mengatakan bahawa itu bau belerang yang tak pernah hilang di daerah  Lahendong ini sejak dahulu kala, dan bau itu akan berangsur-angsur hilang setelah kita keluar dari Desa ini,  aneh pikirku.
Melewati Lahendong mobil terus melaju,di Desa Kanonang  mobil membelok  kekanan tak beberapa menit kemudian sampailah kami di pintu gerbang Wisata Bukit Kasih yang berjarak kurang lebih 55 Km selatan Kota Manado,
letaknya di desa Kanonang, Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa, setelah membayar retribusi masuk di Pos penjagaan mobil beranjak lagi untuk parkir di area khusus  dekat tugu Monumen, kami semua turun dari mobil, wah sekitar tugu banyak penjual assesoris kalung, cincin, gelang, penjual topi, macam ole-ole untuk dibawah pulang mereka berdatangan menawarkan barang dagangannya, silih berganti, setelah belanja aksesoris seorang penjaja aksesoris siap mengantarkan sekaligus jadi pemandu. [caption id="attachment_89329" align="alignright" width="300" caption="pemandangan di bukit kasih menuju replika 5 rumah ibadah"]
[/caption] [caption id="attachment_89367" align="alignright" width="300" caption="sebelum ke Bukit Kasih mampir dulu di Kasuratan Minahasa kampung halaman Isteri"]
[/caption] Sebelum memulai pendakian saya bertanya kepada pemandu perempuan yang merangkap sebagai Penjual  tentang seluk Wisata Bukit Kasih, sambil duduk-duduk dibawa tuguh cuaca  dingin membuat suasana semakin nyaman walau hari telah siang , dia lalu bercerita :
Tadi kan Bapak masuk dari Gerbang Utama sekarang kita ada di tugu yang tingginya sekitar 22 Meter, tugu segi  lima ini, yang disetiap sisinya ada ayat-ayat suci dari ke-5 Agama, yang isinya adalah ajakan menuju kedamaian, menarik  memang karena setipa pengunjung yang mengerti maksud ayat suci akan mengahayati dan pastilah terenyuh membaca bait-bait kalimat, semoga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Monumen atau tugu peringatan tersebut bermakna dan menggambarkan kerukunan antar ummat beragama di Sulawesi Utara, dimana Sulawesi Utara yang mayoritas penduduknya adalah kristen dari dulu sampai sekarang tetap menjaga kerukunan hidup antar Ummat beragama dan selalu terbina dengan baik, ingat semboyan " Torang Samua Basaudara ". [caption id="attachment_89334" align="alignleft" width="300" caption="Isteri dan Ipar di Bukit Kasih ( foto Pribadi )"]
[/caption]
Tempat Wisata Bukit Kasih Mulai dibangun oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sejak tahun 1999 dan mulai terkenal sejak tahun 2004, awalnya di Bukit kasih ini di gunakan sebagai tempat melakukan pertemuan-pertemuan dan ikrar pemuka lima agama yang ada di Minahasa yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Budha Dan Hindhu, agar persaudaraan dan Damai selalu terjaga dan terpelihara dengan baik.
Menurut cerita turun temurun masyarakat setempat Wilayah yang sekarang di sebut dengan Nama Bukit Kasih dahulu kala merupakan tempat dimana nenek moyang Orang Minahasa bernama
Toar dan Lumimuut berdiam dan juga  meninggal di Daerah ini, sebagaimana telah di abadikan dengan mendirikan Patung di Bukit Kasih, berbetuk sepasang manusia Laki-Laki dan Perempuan yang berdiri menghadap ke-5 Rumah Ibadah yang dibangun di Bukit Kasih. Lima rumah Ibadah yaitu Gereja, Mesjid, Pura dan Vihara, sungguh mengagumkan. Disamping sebagai obyek Wisata Bukit kasih juga merupakan pusat spritual lima agama untuk melakukan ibadah diwaktu-waktu tertentu. Sebelum  memulai pendakian naik keatas Bukit kasih dimana terdapat  2000 anak tangga untuk sampai kepuncak , mampir dulu menigisi perut di  warung-warung yang berjejer di depannya ada kawah-kawah mengeluarkan asap belerang, kami memesan jagung rebus yang anehnya tak dimasak diapi yang menyala, tapi jagung muda telur ayam atau telur bebek di masukkan kedalam wadah lalu diikat dicemplungkan kedalam kawah belerang menunggu sebentar jagung dan telur sudah masak dan bisa di makan betapa nikmatnya. [caption id="attachment_89368" align="alignleft" width="300" caption="Bukit Kasih dan asap belerang ( dok Pribadi )"]
[/caption]
Setelah menikmati Kopi susu,Jagung rebus, telur rebus atau  pisang goreng, serta kue-kue Khas Minahasa sesuai selera masing-masing kami-pun bersiap-siaga untuk mulai menapaki anak tangga dengan terlebih dahulu menyiapakan minumam Aqua dan makanan-makanan kecil untuk djalan.
Dengan diantar Pemandu tadi, kami pun bergegas menapaki satu-satu anak tangga yang berjumlah 2000 buah untuk menuju ke Puncak Bukit paling tinggi  dimana terdapat salib Besar, salib berwarna putih ini kelihatan jelas menjulang  kalau kita berada di pesawat beberapa saat  akan mendarat di Bandara Sam Ratulangi Manado, maupun ketika berada di Seputaran pantai Boulevard Manado.
Mendaki anak tangga sangat menegangkan dikiri kanan terlihat curam karena kita berjalan diatas pungung bukit di ketinggian 1000 sampai 1300 Â dari permukaan laut dengan udara dingin, serta kabut tipis , dan kalau baru pertama kali naik keatas jangan lupa bawa pemandu karena kalau salah arah, bukannya mendaki tapi kembali lagi ketempat semula. Berjalan melewati anak tangga cukup memeras keringat jantungpun ikut berpacu, tegang namun ada kedamaian ketika memandang kebawa asap belerang nampak mengepul di kiri maupun kanan jalan seperti awan yang sedang berarak.
Dari atas bukit kasih disamping kita bisa menikmati indahnya panorama alam minahasa yang menghijau, asap belerang yang keluar dari celah bebatuan, kita juga bisa menikmati birunya air  danau Tondano dari kejauhan disela-sela hutan dan nyiur yang menghijau pemandangan yang  sungguh sangat mengagumkan.
Setelah sampai diatas puncak kamipun beristirahat minum sembari menikmati alam dibawa sana setelah sebelumnya  mampir dulu  melihat-lihat 5 rumah Ibadah yang dibangun untuk menandai betapa rukunya masyarakat Minahasa walau berbeda-beda etnik dan keyakinan namun tetap satu jua dalam kerukunan dan persaudaraan, hal ini patut di contoh untuk menjaga stabilitas dan keutuhan Negara Kesatuan RI yang kita cintai bersama***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya