Mohon tunggu...
Muhammad Nur, OKT
Muhammad Nur, OKT Mohon Tunggu... Dewan Pengawas -

Just want to keep working until the end of life, like reading, writing, playing the guitar while singing Living in Mamuju, West Sulawesi province., Personal shy But easy Going and Follow Me On https://twiiter.com/princeinno https://www.facebook .com/princeinno.55,\r\nvisit my personal blog type: geraklangkah.blogspot.com ( reaching steps Teasers )\r\nThanks You Very much.\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah "Trompet Tahun Baru"

31 Desember 2010   07:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:09 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_81011" align="alignright" width="300" caption="Penjual trompet"][/caption] Dalam rangka persiapan jelang malam Tahun Baru 2010 - 2011, saya terpaksa hanya bekerja di Kantor sampai siang, mau bantu-bantu isteri mempersiapkan segala sesuatunya untuk penyambutan Tahun Baru,tenda didirikan, kursi-kursi diatur dihalaman Kompleks didepan rumah, layar LCD untuk putar film ( Nonbar ) atau bernyanyi karaoke juga sudah terpasang, Ibu-Ibu memasak bersama di dapur. Tiba-tiba anak saya yang dua orang datang memanggil saya, katanya Kembang api dan Trompet belum sempat dibeli oleh Ibu, mendengar rengekan mereka, saya lalu bergegas mengganti pakaian dan mengantar mereka ketempat para penjajah di jalan utama Kota, hanya 15 menit kemudian kami bertiga sampai ketempat tujuan. Yang menakjubkan sepanjang sekitar 1 kilometer berjejer para penjual musiman ini menggelar dagangannya yang hanya sejenis apalagi kalau bukan trompet warna-warni, dengan berbagai bentuk ada yang berwarna silver, biru, hijau, kuning, merah, ungu, serta warna-warni terang metalic, dalam berbagai bentuk dan model, yang biasa standard bentuknya seperti corong lurus-lurus saja harganya antara 7.500 sampai 10 ribuan, tapi yang berbentuk saxsafon, Mellofon, klarinet, agak mahal antara 10 ribu sampai 15 ribu rupiah. dan yang paling mahal yang bentuknya Frenc Horn, melilit-lilit membentuk lingkaran agak besar masih terbuat dari karton dan kertas metalic ini bisa mencapai 20 ribu rupiah. Padahal di hari-hari biasa para pedagang ini , satupun tak ada yang nampak di jalan poros depan kantor DPRD. Setelah anak-anak memilih-milih sesuai dengan selera mereka, terpilihlah 2 buah yang standard model corong seharga 7.500 ribu rupiah/buah dan 2 buah yang berbentuk Saxsofon seharga 12 ribu rupiah/buah. [caption id="attachment_81013" align="alignright" width="300" caption="kembang api ( foto : kaskus.us )"]

1293781456970769066
1293781456970769066
[/caption] Selesai saya bayar kami bertiga lalu menuju ke Pasar Baru, tempat para penjual Kembang api mangkal, sesampai disana, setalah memilih kembang api yang tidak berbahaya dan tidak mengeluarkan letusan yang besar, kami pun pulang ke rumah. Persiapan tempat penyambutan sudah terpasang, makanan sudah siap, Trompet dan kembang  api sudah ada, tinggal bersiap menanti datangnya Tahun baru dengan harapan yang baru**

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun