Mohon tunggu...
Muhammad Nuno Artama
Muhammad Nuno Artama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sosiologi 2020 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Review Buku "Muslimah Feminis: Penjelajahan Multi Identitas" Menggunakan Perspektif Metode Kualitatif

5 Juni 2022   13:30 Diperbarui: 5 Juni 2022   13:47 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3) METODOLOGI FEMINISME DAN GENDER

Melihat dengan menggunakan metode feminisme dan gender, saya lebih menitik-beratkan kepada Bab 3 “Aku sebagai Perempuan” karena pada Bab ini juga bagaimana penulis menjelaskan “Identitas sebagai Perempuan” dan terdapat poin-poin dari feminisme dan gender:

Teologi Feminisme, berangkat dari gerakan perempuan yang bertujuan melakukan suatu perubahan yang lebih baik dalam hal ini yaitu keadilan sosial sesungguhnya kepada perempuan. Dalam buku ini, penulis memilih agama beliau sendiri (Islam) sebagai landasan keagamaannya. 

Beliau mengungkapkan bahwa Islam membuat perubahan dirinya dalam hal kemandirian dan tidak ketergantungan. Selanjutnya teologi feminisme Islam ini pula memiliki kaitan dengan Feminisme Liberal dan Feminisme Radikal. 

Feminisme Liberal itu sendiri ialah penempatan perempuan untuk memiliki kebebasan penuh dan individual serta aliran yang tidak mendukung adanya subordinasi. Sedangkan Feminisme Radikal ialah sebuah filosofi yang menekankan pada konsep patriarki yang mana adanya dominasi dari pihak laki-laki terhadap pihak perempuan. 

Penulis pun mengungkapkan bahwa tidak perlu membedakan antara laki-laki dan perempuan dari segi tuntutan, karena hal demikian dapat menciptakan ketimpangan gender.

Gerakan Feminis, pada halaman ke 76, tepat di bawah foto pernikahan penulis dapat kita lihat mengenai beliau yang sedikit menceritakan nenek kandungnya yang bernama Masyitoh yang ternyata memiliki jiwa feminis dan mempraktikkan dalam perjuangan hidupnya walaupun mungkin nenek Masyitoh tidak mengenal istilah feminis tersebut. 

Berangkat dari situlah, beliau terinspirasi dari sang nenek salah satunya adalah dengan aktif dalam forum-forum diskusi mengenai feminisme serta menjadi salah satu anggota LSM perempuan. 

Selain itu, beliau berani menyuarakan apa yang menjadi keinginannya seperti masa depan beliau yang tidak terikat pada tradisi bagi perempuan dan mendirikan beberapa sekolah dasar Islam. Dedikasinya terhadap pendidikan dan anak-anak cukup membuat saya takjub. Bagaimana tidak, mungkin hanya sekian dari jutaan perempuan di Indonesia di tahun 70-an yang memiliki kekuatan berdaulat untuk dirinya sendiri sebagai perempuan.

Stigmatisasi Perempuan, menurut saya pribadi dalam buku ini sangat penting dibaca untuk perempuan-perempuan yang memiliki problem yang mirip dengan yang penulis alami. Dimulai dari masa kecil beliau yang kental dengan didikan agama Islam dan konstruksi untuk menjadi seorang perempuan yang harus mengerjakan serta melakukan pekerjaan rumah tangga seperti bersih-bersih maupun memasak tetapi perlakuan berbeda diberikan kepada saudara laki-laki beliau yang lebih diberikan kebebasan untuk bermain di luar rumah. 

Selain itu, harapan yang diberikan orang tua penulis juga memiliki perbedaan terhadap anak perempuan dan anak laki-laki. Orang tua beliau berharap anak laki-lakinya untuk meneruskan kuliah di luar negeri dan melanjutkan ayahnya sebagai ulama, namun untuk penulis beliau hanya diminta untuk kuliah di dalam negeri saja. Sangat terlihat betapa berbedanya sikap yang diberikan kepada anak perempuan dan laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun