Sebagai perekat persatuan, Bahasa Indonesia telah menjadi jembatan yang menghubungkan beragam suku, budaya, dan bahasa di Nusantara. Namun, implementasi bahasa nasional di komunitas adat seringkali terkendala oleh perbedaan kosakata dan struktur bahasa yang signifikan, serta keterbatasan akses terhadap pendidikan dan media yang berbahasa Indonesia di daerah terpencil. Kurangnya apresiasi terhadap kekayaan bahasa daerah juga menghambat proses internalisasi bahasa Indonesia. Akibatnya, keberagaman bahasa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa justru terancam terkikis. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pendekatan yang lebih inklusif dalam pengembangan kurikulum bahasa Indonesia, serta pelibatan aktif masyarakat adat dalam proses pembelajaran.Adapun beberapa tantangan yang dihadapi:
1. Ancaman terhadap Bahasa Daerah
Bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional, secara tidak langsung menjadi ancaman bagi keberlangsungan bahasa daerah. Dominasi bahasa Indonesia di berbagai aspek kehidupan telah menyebabkan erosi budaya lokal yang signifikan. Hal ini sangat memprihatinkan karena bahasa daerah merupakan cerminan identitas dan nilai-nilai luhur suatu masyarakat.
2. Kesenjangan Linguistik
Keterbatasan akses pendidikan di daerah terpencil menyebabkan banyak masyarakat adat memiliki kendala dalam memahami bahasa Indonesia. Hal ini menciptakan kesenjangan informasi yang signifikan, menghambat mereka dalam mengakses layanan publik dan memperjuangkan hak-hak mereka. Akibatnya, hak-hak dasar masyarakat adat seringkali terabaikan dan partisipasi mereka dalam pembangunan nasional menjadi terbatas.
3. Persinggungan dengan Nilai Tradisional
Perbedaan antara terminologi modern dalam Bahasa Indonesia dengan konsep-konsep tradisional masyarakat adat seringkali menimbulkan kesenjangan komunikasi. Hal ini dapat memicu konflik nilai dan resistensi ketika kebijakan publik diperkenalkan tanpa mempertimbangkan konteks budaya lokal.
4.Kurangnya Dukungan untuk Pembelajaran Multibahasa
Sistem pendidikan di banyak wilayah belum memberikan ruang yang cukup bagi pembelajaran bahasa daerah. Padahal, idealnya, masyarakat adat dapat menguasai baik bahasa Indonesia maupun bahasa ibu mereka. Namun, dalam praktiknya, prioritas yang lebih tinggi diberikan pada bahasa Indonesia, sehingga mengabaikan pentingnya pelestarian budaya lokal.
5.Dominasi Bahasa Indonesia dalam Media dan Teknologi
Dominasi bahasa Indonesia di media massa dan teknologi digital telah menciptakan lingkungan bahasa yang semakin seragam. Hal ini membuat generasi muda lebih sering terpapar bahasa Indonesia, sehingga penggunaan bahasa daerah dalam interaksi sehari-hari menjadi semakin terbatas.