Lantas pemuda yang merupakan operator CCTV tersebut mengklarifikasi bahwa sosok hantu bungkung  bertopeng yang masuk kedalam kamar mandi halaman rumahnya bukanlah hantu. Melainkan pelanggan pertashop yang hendak membeli bensin tetapi izin ke kamar mandi untuk buang air kecil. Adapun topeng yang dilihat itu adalah masker wajah perawatan, karena pelanggan pertashop tersebut buru buru masuk kantor sehingga memakai masker wajahnya sembari jalan ke kantor.Â
Kemudian operator CCTV pun melanjutkan klarifikasinya perihal gerombolan pocong di waktu pasca subuh. Usut punya usut, ternyata itu adalah ibu ibu pengajian yang telah melaksanakan pengajian bareng di subuh. Adapun sosok putih menyerupai pocong, itu adalah pakaian solat mukena.
Selanjutnya operator CCTV kembali melanjutkan klarifikasinya yang terakhir, yaitu hantu pemancing di atas genteng sebetulnya bukanlah hantu, melainkan warga setempat yang mencari ikan yang terpental di atas genteng karena saat memancing di selokan terlalu bersemangat menarik ikannya, sehingga ikan terbanting ke atas genting.
Sontak karena kejadian tersebut wargapun tertawa terbahak-bahak, tetapi sebagian warga kecewa dengan kejadian ini dan meminta uang mereka untuk dikembalikan. Dengan lapang dada ijal pun mengembalikan uang para warga dengan wajah yang tampak bahagia tanpa ada rasa canggung sedikitpun. Wargapun bingung mengapa Ijal tidak menunjukan ekspresi panik, melainkan wajahnya yang tesenyum dan tertawa tipis.
Plotwistnya ternyata Ijal dengan sengaja membuat rekayasa ini, untuk memberikan edukasi terhadap warga agar tidak langsung percaya tanpa mempertimbangkan sumber kebenaran dan rasionalitasnya. Awalnya warga tampak kecewa seketika berubah menjadi senyum, dikarenakan warga sadar bahwa mereka perlu mempertimbangkan dan menyaring informasi yang beredar. karena biasanya terutama ibu-ibu selalu ghosip dan ghibah tanpa memvalidasi kebenaran informasi yang disebarkan secara cepat dari mulut ke mulut.
Ternyata plotwistnya belum sampai disana, hahaha ternyata cerita diatas ialah hanya sebuah kiasan fiktif yang dibuat oleh penulis untuk mengedukasi bagi pembaca akan pentingnya memilah dan memilih informasi yang beredar dan memvalidasi kebenarannya. Mohon maaf apabila ada nama atau tokoh yang menyerupai pembaca. Disclaimer ini hanyalah sebagai kiasan untuk mengambil hikmah dari cerita.
 Terima kasih telah membaca, sampai jumpa kembali nanti pada tulisan-tulisan selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H