Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat - Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku, Kompasiana, dan Kisah Empat Tahun Lalu

25 Oktober 2023   13:18 Diperbarui: 26 Oktober 2023   01:57 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis jadi hobi yang menyenangkan, Sumber [Pixabay]

Tidak terasa sudah empat tahun saya menulis di Kompasiana. Memulai debut di Kompasiana pada pertengahan 2019 lalu membuat saya kecanduan menulis hingga sekarang. Meski memang tidak seaktif kompasianer lain, namun pengalaman saya menulis di Kompasiana selama lebih kurang empat tahun ini juga tetap membuat saya bangga.

Saya akan bercerita sedikit awal mula mengenal Kompasiana. Tahun 2018 saya lulus kuliah, karena saya kuliah di jurusan keperawatan, saya tidak bisa langsung bekerja. Ada satu syarat yang harus saya penuhi sebagai syarat untuk bisa bekerja yaitu mendapat Surat  Tanda Registrasi (STR). Ini semacam sertifikat kompetensi yang menyatakan kita sudah kompeten sebagai seorang perawat.

Untuk mengisi kegabutan saya selama menganggur, saya kemudian mulai mencari berbagai platform dan website yang bisa menghasilkan uang. Karena sebagai anak, saya mulai merasa malu harus minta uang jajan kepada orangtua. Apalagi saat itu kuliah saya telah selesai.

Karena hobi saya menulis, kemudian saya mulai mencari berbagai platform yang membayar tulisan. Akhirnya sampailah pada satu momen saya menemukan Kompasiana sebagai salah satu platform menulis terbesar di Indonesia. Saya juga mulai melihat berbagai potensi yang bisa saya hasilkan jika konsisten menulis disini.

Jujur, orientasi atau niat awal saya menulis di Kompasiana memang sepenuhnya ingin mencari uang. Tulisan saya pertama sekali tayang pada 28 Mei 2019. Saya saat itu membuat tulisan perihal fenomena kesurupan. Selang dua hari kemudian saya membuat tulisan lagi seputar agama.

Tulisan perdana di Kompasiana, Sumber [Dokpri]
Tulisan perdana di Kompasiana, Sumber [Dokpri]

Namun, tidak seperti dugaan dan ekspetasi. Hanya ada beberapa orang yang membaca tulisan saya. Semangat pun mulai kendor. Kemudian pada pertengahan Juni 2019, saya mulai semangat mencoba kembali.

Saya mulai menulis seputar kesehatan, bidang yang saya geluti dan kuasai. Namun, hanya dua tulisan yang saya rampungkan. Lagi-lagi semangat saya down. Tulisan saya minim pembaca.

Kemudian saya mencoba mencari pembahasan baru. Kali ini saya menulis seputar adat-adat Aceh. Karena selain bidang kesehatan, saya juga senang mempelajari tentang adat. Namun, masih saja belum terlihat tanda-tanda akan berhasil. Viewer saya mentok disitu-situ saja.

Akhirnya pada bulan Juli 2019, Kompasiana mengadakan lomba menulis. Saya beranikan diri untuk mencoba. Seperti dugaan, saya kalah di lomba ini. Akhirnya semangat saya pun sudah biasa-biasa saja. Hilang harapan untuk mendapat penghasilan dari Kompasiana.

Saya hanya menulis beberapa artikel saja sejak saat itu. Hingga akhirnya saya vakum beberapa bulan. Saya mulai menulis lagi pada pertengahan 2020. Kali ini orientasi saja bukan lagi soal uang. Karena saya sudah mulai berjualan dan membuka kedai jus di Kota saya. Maka soal uang, saya sudah tidak peduli lagi.

Headline dan Menang Lomba 

Headline perdana, Sumber [Dokpri]
Headline perdana, Sumber [Dokpri]

Menulis kali ini hanya semata-mata karena ingin menyalurkan hobi dan mengasah kemampuan menulis. Sembari menunggu pembeli, saya rajin menulis di laptop. Banyak tulisan saya hasilkan pada tahun 2020.

Pada Juli 2020, tulisan saya pertama kali masuk menjadi Headline. Tentunya saya sangat senang, karena itulah salah satu impian saya menulis sekarang. Saya menganggap jika tulisan kita headline, peluang tulisan kita untuk dibaca oleh banyak orang menjadi semakin besar.

Semangat menulis pun meningkat. Pada bulan itu saya juga mendapat K-reward pertama. Meski jumlahnya masih tergolong sedikit, tapi hal itu menjadi sebuah kebanggaan sendiri bagi saya. Sejak saat itu saya suka menulis berbagai topik yang sedang tren.

Kemudian di penghujung tahun 2020, kembali diadakan lomba menulis. Kali ini seputar haji millenial. Saya juga mengikuti lomba tersebut, kali ini saya hanya ingin mencoba keberuntungan.

Saya cukup kaget ketika melihat pengumuman pemenang. Nama saya tercatut disana beserta link tulisan saya. Wah, Alhamdulillah ya Allah. Saya kegirangan. Siapa yang tidak senang, masuk menjadi salah satu pemenang di kontes menulis yang cukup ternama.

Menang lomba menulis di Kompasiana, Sumber [Dokpri]
Menang lomba menulis di Kompasiana, Sumber [Dokpri]

Akhirnya saya menyadari tujuan saya menulis selama ini. Saya tidak boleh lagi terpaku pada uang semata. Tidak ada yang instan, semuanya itu butuh proses. Ketika menulis karena hobi, kita tidak akan terbebani. Jauh berbeda dari dulu, sekarang saya lebih menikmati setiap proses yang ada.

Mendapat Jati Diri dan Tujuan Baru

Saya mulai rajin menulis kembali. Meski tidak konsisten seperti kompasianer lainnya. Tapi sudah lebih dari seratus tulisan saya tayangkan di Kompasiana. Saya akhirnya menemukan pashion dan gaya menulis sendiri.

Saya senang mengulik seputar adat dan budaya. Saya senang menulis adat karena itu sangat berbeda rasanya. Karena saya merasa sedikit prihatin, banyak anak muda sekarang mulai melupakan adat-adat mereka.

Mulai menulis seputar adat, Sumber [Dokpri]
Mulai menulis seputar adat, Sumber [Dokpri]

Akhirnya saya juga menemukan tujuan baru. Saya ingin mengenalkan adat serta budaya Aceh di Kompasiana. Karena pada beberapa artikel adat yang saya tulis, saya melihat banyak kompasianer yang antusias serta mendukung tulisan seputar adat. Mereka juga sering merasa takjub dan penasaran tentang adat Aceh.

Sesekali saya juga membahas seputar kesehatan dan beberapa tren masa kini. Saya sering mencoba hal-hal baru. Mulai mempelajari dunia parenting dan beberapa keterampilan lainnya. Semuanya saya coba salurkan di Kompasiana.

Menulis kini menjadi lebih ringan. Jika mendapat reward, ya saya anggap itu bonus. Banyak sekali hal saya lalui, akun saya menjadi centang biru. Tulisan saya juga lebih sering masuk Headline. Itu semua saya anggap sebagai hadiah.

Sekarang saya hanya ingin menulis serta menjalin silaturahmi dengan kompasianer lainnya. Masih belum ada kesempatan bagi saya untuk bertemu langsung dengan mereka. Tentunya karena permasalahan jarak dan waktu. Saya tinggal di Aceh dan kita tahu jika para Kompasianer kebanyakan berasal dari Pulau Jawa.

Nah, pada momen 15 tahun Kompasiana ini, saya berharap semoga Kompasiana menjadi lebih bagus dari segi manapun. Mampu menjadi platform menulis yang memberikan rasa nyaman bagi semua penulis yang bernaung di dalamnya.

Semoga Kompasiana terus berbenah dan menjadi lebih besar dari sekarang.

Kota Sabang, Aceh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun