Ramadan kali ini adalah tahun keempat aku hidup di perantauan. Dulu aku bekerja di salah Pesantren sebagai seorang Perawat. Merawat santri-santri yang sakit adalah pekerjaanku. Tapi, sejak 2021 aku pindah ke Kota yang lebih jauh lagi, sekarang aku bekerja sebagai Perawat di salah satu Puskesmas di Kota tersebut.
Aku ditugaskan di UGD. Maka jam kerjaku sekarang sudah model shift. Kadang masuk jam pagi, siang bahkan malam. Aku bekerja dengan baik, selalu mengedepankan aturan dan profesional dalam pekerjaan.
Nah, sejak dua tahun terakhir ini, aku mulai tinggal berdua dengan teman dalam satu rumah. Lumayan lah untuk menghemat biaya sewa rumah. Sebagai anak lajang di tanah perantauan, momen Ramadan menjadi salah satu tantangan untuk kami.
Hal yang paling aku takuti adalah ketika sahur. Sialnya, momen sial pernah aku alami ketika sahur tiba.
Alkisah pada  puasa hari ketiga, aku kebetulan dinas siang. Kebetulan saat itu banyak pasien berdatangan. Ada yang kecelakaan, demam, hingga diare. Maklum, masih banyak orang belum terbiasa dengan pola makan yang berubah.
Aku sangat sibuk mengurusi pasien. Beruntungnya, tepat beberapa menit sebelum waktu berbuka pekerjaan kami pun selesai. Akhirnya bisa berbuka dengan tenang. Singkat cerita, selesai pergantian laporan dengan tim yang dinas malam. Aku pun pamit pulang.
Seperti biasa, sampai di rumah aku langsung mandi. Kemudian salat insya sendirian di rumah. Kalau dinas siang, aku biasanya tidak sempat salat tarawih di Masjid. Karena waktu yang singkat. Makanya aku salat Insya saja di rumah.
Karena kelelahan, aku pun berniat istirahat sebentar. Harapannya adalah nanti pukul sepuluh malam aku keluar untuk sekedar ngopi dengan teman. Sekalian aku bisa menyiapkan makanan untuk sahur. Naasnya, aku ketiduran dan baru terbangun ketika mendengar salawat dari Masjid. Buru-buru aku lihat handphone, sialnya jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Aku pun termenung, sial harus berpuasa tanpa sahur.
Temanku pun demikian. Dia ketiduran karena pulang telat dari tempat kerja. Sejak hari itu sahurku menjadi beda. Aku tidak pernah lagi tidur malam, aku begadang menunggu sahur dan tidur sebentar setelah salat Subuh.
Trauma karena ketiduran hingga membuat perut kosong seharian. Beginilah nasib anak lajang di perantauan. Entah bagaimana Ramadan tahun depan. Semoga sudah ada pasangan yang mengingatkan. Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H