Selain asyik bermain bersama teman-teman, ketika kecil saya juga banyak menghabiskan waktu dengan buku bacaan.
Masa kecil setiap orang pasti berbeda-beda. Begitu pula dengan saya. Saya terlahir dari keluarga yang sederhana. Ketika kecil dulu, saya bersekolah di SD yang lumayan dekat dengan rumah.
Bersekolah di kampung itu enak. Selalu bisa berkumpul dengan teman-teman. Sebab semuanya memang tinggal di kampung yang sama. Jika ada permainan yang belum puas dimainkan di kelas, bisa kembali dilanjutkan ketika pulang.
Tinggal dan bersekolah di kampung itu banyak ketertinggalannya. Pernah dulu ketika SD saya mewakili sekolah untuk mengikuti lomba di Kota. Saya kalah telak. Wawasan mereka berada di level yang berbeda dengan saya. haha
Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh buku bacaan ya. Sebelum saya menulis artikel ini. Saya tadi banyak membaca tulisan teman-teman K yang lain. Saya melihat banyak sekali koleksi buku mereka yang sangat asing dengan saya. Dan ajaibnya, mereka sedari kecil sudah mulai membaca semua buku tersebut dengan mudahnya.
Makanya tidak heran jika banyak sekali teman-teman di K ini yang hebat-hebat. Buku bacaannya pun keren-keren.
Lalu bagaimana dengan saya?
Menyanggupi topik pilihan yang diberikan Kompasiana tentang buku masa kecil. Saya juga akan sedikit bercerita.
Seperti yang saya ceritakan di atas. Ketika kecil saya sekolah di kampung. Sangat jarang ada pengenalan-pengenalan tentang buku-buku di sana. Kami hanya terbiasa membaca buku pelajaran sekolah.
Bahkan, di SD saya tidak ada perpustakaan yang bisa dikunjungi untuk membaca. Meski begitu, saya cukup rajin membaca buku pelajaran yang dibagikan di sekolah. Bahkan saya ingat, misalnya hari ini dibagikan buku baru, pulang sekolah saya langsung membaca buku tersebut selama mungkin.
Apalagi buku pelajaran bahasa Indonesia dan agama. Saya senang membaca kisah-kisah Nabi dan para sahabatnya. Ataupun cerita rakyat yang ada di buku pelajaran Bahasa Indonesia. Belum lagi di buku SKI (Sejarah Kebudayaan Islam), banyak sekali kisah-kisah islami disana. Misalnya kisah tentang Bani Israil dan perang-perang di masa Rasulullah SAW.
Hobi Mengoleksi KomikÂ
Selain suka membaca buku pelajaran. Saya juga senang membaca komik. Dulu di sekolah, hampir setiap hari ada penjual mainan dan buku-buku komik di depan sekolah.
Ada juga bapak-bapak yang menyewakan perlengkapan game untuk dimainkan. Di antara semua pilihan yang ada. Saya memilih membeli komik. Karena bermain game memang tidak saya suka hingga sekarang.
Komik Petruk dan Gareng Karya Tatang Suhendra
Saya yakin generasi 90-an pasti pernah mengenal dengan komik yang satu ini. Ini adalah komik lokal karya Tatang Suhendra. Beliau adalah seorang komikus asal Bandung yang terkenal di era 80-an dan 90-an.
Sebelum terkenal dengan komik Petruk dan Gareng. Tatang S (nama pena) telah lebih dulu dikenal sebagai komikus yang bergelut dengan tema persilatan.
Tatang S termasuk salah satu komikus asal Indonesia yang sanggup bertahan di industri di tengah gencar-gencarnya serbuan komik asing asal Eropa dan Jepang.
Makanya juga tidak heran jika anak-anak banyak yang tidak tahu tentang komikus Tatang S. Sebab banyak sekali komik asing yang juga sedang tren di Indonesia kala itu.
Nah kembali ke topik pembicaraan. Saya suka mengoleksi komik Tatang S, khususnya yang paling saya senangi adalah Komik Petruk dan Gareng.
Komik ini dijual dengan harga seribu rupiah kala itu. Jadi bagi anak SD seperti saya, membeli komik seperti ini tidak terlalu memberatkan. Harganya sangat bersahabat.
Komik Petruk dan Gareng bergenre komedi dan horor. Saya senang membaca komik tersebut lantaran ceritanya yang mudah saya pahami. Mengangkat hal-hal yang memang akrab dengan lingkungan kita. Misalnya tentang genderuwo, kuntilanak dan pocong yang memang sudah sangat familiar dikisahkan.
Kemudian mengenai Petruk dan juga Gareng. Kedua tokoh ini dapat dikatakan sangat mencerminkan ciri khas masyarakat Indonesia yang masih percaya dengan tahayul.
Petruk adalah seorang pemuda yang pemberani dan sigap. Sedangkan Gareng merupakan pemuda yang kadang sok bijak, sok berani namun solutif. Ada juga sosok pemuda lainnya bernama Bagong yang suka bertindak sembrono. Kemudian ada juga Pak Semar yang merupakan sosok orangtua yang suka memberi nasihat.
Komik ini berlatar belakang pedesaan, dan nama desa tempat mereka tinggal adalah Tumaritis. Suasana desanya masih sangat kental dengan budaya dan adat istiadat. Masyarakat di desa Tumaritis juga masih suka bergotong royong, melakukan ronda ketika malam, dan suka membantu ketika ada warga yang sedang kesusahan.
Komik ini juga dilengkapi dengan adegan-adegan konyol Petruk dan Gareng. Makanya untuk anak seusia saya saat itu, komik ini mempunyai daya tarik tersendiri.
Beli Mie Berhadiah Komik Lipat
Selain komik karya Tatang S. Dulu, saya juga sering mengoleksi komik lipat hadiah dari mie gemez.
Komik lipat tersebut mengangkat beberapa cerita. Seingat saya, yang paling populer adalah Cintami dan Bionic Boy. Saya sudah lupa bagaimana alur cerita dua komik ini.
Namun sepanjang ingatan saya, komik lipat ini adalah komik bersambung. Makanya banyak anak-anak yang ketagihan membeli mie itu karena penasaran dengan lanjutan cerita dari komik tersebut. Â Salah satunya adalah saya.
Harganya juga cukup murah, hanya lima ratus rupiah saja kita bisa mendapatkan keduanya sekaligus, mie dan komik lipat.
Namun saya menyesali, tidak ada satupun lagi komik tersebut yang saya simpan sampai sekarang. Semuanya telah hilang. Tapi tenang saja, sekarang komik tersebut masih bisa kita beli di beberapa toko online yang ada, kok. Jadi untuk kalian yang ingin bernostalgia, kalian masih ada kesempatan untuk memilikinya.
Tetapi, sekarang saya tidak hobi lagi membaca komik. Saya sekarang suka membaca buku apa saja. Tidak peduli lagi buku tersebut bergenre apa. Jika saya suka, saya akan membeli dan membacanya.
Makanya kadang saya suka bingung saat ke toko buku. Rasanya semua buku sangat menarik. Saya ingin membeli semuanya. Namun, karena banyak juga kebutuhan lainnya, akhirnya hanya satu atau dua buku saja yang berhasil saya beli. Hehe
Nah, itu dia sekilas nostalgia tentang buku kesayangan ketika saya kecil. Saya menghabiskan waktu bersama karya Tatang S, Petruk dan Gareng.
Terima kasih Pak Tatang. Masa kecil saya menjadi berwarna karena karya-karya Anda.
Sekian
Aceh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H