Kue timphan sangat istimewa kedudukannya di Aceh. Kue basah ini merupakan sajian khusus setiap ada acara penting, seperti acara adat dan juga perayaan hari besar islam seperti lebaran idulfitri dan idul adha.
Maka tak heran jika pada hari pertama lebaran, kue timphan ini hampir merata tersedia di setiap rumah masyarakat Aceh.
Di rumah saya sendiri, setiap lebaran kue timphan ini wajib ada. Pasti bakal menjadi pertanyaan orang-orang jika ibu tidak membuat kue timphan ketika lebaran. Sebab, ibu merupakan pembuat kue yang cukup andal. hehe
Kue Timphan dan Kerinduan Anak Perantauan
Di kalangan masyarakat Aceh, sampai hari ini masih beredar sebuah pantun yang maknanya cukup mendalam.
"Uroe geut buleun geut, Timphan Ma peugeut beu meutemeuy rasa"
Artinya begini, " Hari baik bulan baik, Timphan buatan ibu harus dapat dirasa".
Hari baik dan bulan baik disini maksudnya adalah lebaran. makanya pantun ini bisa dikatakan dapat memantik rindu para perantau untuk pulang kampung. Sebab, bagi masyarakat Aceh yang sedari kecil hidup dan besar di Aceh, timphan dan momentum lebaran memang sudah melekat menjadi sebuah tradisi.
Maka ketika mengingat lebaran, sebagian perantau pasti bakal mengingat momen dimana ibu membuat kue timphan dan menghidangkannya untuk tamu yang datang.
Meski begitu, tidak semua perantau dapat pulang ke kampung halaman sesuai harapan. Makanya sekarang, kue timphan ini juga banyak kita dapati berada di luar Aceh. Ini merupakan buatan masyarakat Aceh yang sedang berada di perantauan.
Pembuatan Kue Timphan