Salah satu hal yang tidak pernah lepas dari lebaran adalah silaturrahmi. Baik bersilaturrahmi dengan keluarga, tetangga maupun dengan teman-teman. Semuanya biasa dilakukan ketika momen lebaran datang.
Namun, sangat disayangkan. Dua tahun terakhir ini, suasana lebaran sudah tidak seperti biasanya lagi.
Dulu, ketika lebaran tiba. Saya sering bersilaturahmi mengunjungi keluarga besar ayah dan ibu. Saya beserta keluarga biasanya selalu bareng ketika pergi ke rumah sanak saudara.
Karena ayah dan ibu dua-duanya bukanlah anak sulung. Maka sesuai dengan adatnya, mereka lah yang harus berkunjung ke rumah kakak-kakak yang lain. Saya biasanya memanggil mereka dengan panggilan Nyakwa (kakak perempuan dari ayah dan ibu). Kalau untuk kakak laki-laki dari ayah dan ibu, saya biasa memanggilnya Pakwa.
Biasanya setelah selesai salat ied di Masjid. Kami sekeluarga akan langsung pergi bersilaturahmi dengan keluarga besar ayah dan ibu. Menjelang siang baru kami pulang ke rumah untuk menjamu tamu.
Tapi lebaran kali ini tidak seperti biasanya lagi. Meski disini masih banyak masyarakat yang abai dengan Prokes. Namun tetap saja suasana sudah berubah. Orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah masing-masing.
Kami pun begitu. Paling hanya berkunjung ke rumah tetangga dan saudara yang tinggal berdekatan. Untuk bersilaturahmi ke luar kampung kami belum berani. Gegara pandemi belum selesai, bersilaturahmi juga menjadi batal.
Namun, semuanya juga jangan khawatir. Sejatinya bersilaturahmi juga bisa dilakukan dengan cara apa saja. Apalagi sekarang teknologinya sudah lebih maju dari zaman dulu.
Cukup bermodal gawai dan kuota internet, kita bebas mau bersilaturahmi kemana saja.
Sekarang sudah banyak aplikasi yang bisa kita gunakan untuk berkomunikasi. Misalnya seperti Zoom dan Google Meet. Bersilaturahmi dengan cara seperti ini rasanya juga tidak akan mengubah makna dari silaturahmi itu sendiri.
Sebab inti dari silaturahmi ini adalah saling menyapa satu sama lain. Bermaaf-maafan, hanya saja berkunjung langsung ke rumah yang tidak kita lakukan. Itupun karena memang sudah dilarang. Bukan tanpa alasan, pandemi ini belum usai. Makanya tetap patuhi peraturan, menjaga jarak, menerapkan Prokes, semuanya harus tetap dilakukan.
Mari untuk sementara kita ubah dulu kebiasaan kita sejenak. Adaptasilah dengan kebiasaan-kebiasaan di tengah pandemi seperti ini. Semoga saja lebaran depan, pandemi ini sudah menghilang di muka bumi.
Sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H