Ada beberapa penyedia layanan zakat kurang terbuka dengan laporan penyaluran hasil zakat mereka. Kebanyakan dari kita harus terlebih dulu meminta kepada pihak BAZ/LAZ tentang kemana saja penyaluran zakat itu diberikan.
Harusnya pihak LAZ/BAZ ini terbuka kepada para muzakki (orang yang mengeluarkan zakat). Sebab, tidak semua orang bersifat sama. Ada yang masih berpikiran seperti ini, "tidak percaya jika belum melihat dengan kepala sendiri".
Akibatnya banyak orang yang masih ragu dengan Lembaga Amil Zakat dan sebagainya.
Maka dari itu, harusnya dengan canggihnya teknologi seperti sekarang ini. BAZ/LAZ juga mulai memanfaatkan semua kecanggihan ini dengan rutin memberikan laporan di medsos milik mereka. Misalnya berbagi kisah seputar penyaluran dana zakat dan lain sebagainya.
Zakat Fitrah dan Kebiasaan di Kampung
Di penghujung Ramadan nanti, semua umat muslim akan menunaikan rukun islam yang keempat, yaitu menunaikan zakat. Zakat yang dikeluarkan adalah zakat fitrah. Biasanya dibayar menggunakan beras.
Praktik pembayaran zakat fitrah di kampung masih sama seperti dulu-dulu. Yaitu ketika menjelang beberapa hari sebelum idul fitri. Semua orang akan beramai-ramai datang ke masjid untuk membayar zakat.
Di kampung saya juga begitu. Kami biasanya membayar zakat ke meunasah (surau). Imam meunasah akan mulai menunggu masyarakat sehabis selesai salat tarawih hingga beberapa jam setelahnya.
Proses penyalurannya juga dilakukan oleh pihak pengurus meunasah. Semua data-data orang yang berhak menerima zakat sudah lebih dulu dikumpulkan. Kemudian satu persatu dari mereka akan diberikan kupon sebagai tanda jika mereka orang yang akan menerima zakat.
Dulu ketika saya masih kecil. Zakat ini akan diantar langsung satu persatu ke rumah oleh amil zakat. Namun, entah sejak kapan. Kebiasaan ini mulai diubah. Sekarang orang-orang yang menerima zakat akan datang sendiri ke meunasah untuk mengambil zakat mereka.