Ibu biasanya membangunkan saya 30 menit sebelum waktu imsak tiba. Tikar digelar dan menu kesukaan dihidang di depan saya. Tak jarang pula setelah usai makan sahur, saya tidak langsung balik ke kamar. Tapi lanjut tidur di dapur. Baru nanti ketika imsak dibangunkan lagi dan melaksanakan salat subuh.
Kedua, Membuat Target dan Memberi Hadiah Ketika Puasa tidak Bolong
Orangtua tidak begitu memaksa saya harus berpuasa penuh ketika masih kecil. Hanya saja mereka membuat target untuk saya ikuti dan jalankan.
Misalnya hari pertama puasa saya hanya sanggup menahan sampai pukul 11 pagi. Maka untuk hari kedua, saya harus bisa menahan lebih dari itu. Begitu seterusnya.
Dan yang membuat saya makin bersemangat adalah, jika saya sanggup berpuasa setengah hari. Maka ada hadiah yang diberikan. Biasanya ayah mengajak saya jalan-jalan keliling kota.
Begitulah cara mereka mengajarkan. Hingga membuat saya sudah tidak pernah bolong lagi berpuasa semenjak dari SD.
Ketiga, Mengajak Salat Berjamaah
Biasanya ketika subuh, orangtua sering mengajak saya salat berjamaah. Cukup sering sehingga membuat saya sudah mulai terbiasa dengan cuaca dingin di pagi hari.
Kebiasaan ini terus berlanjut hingga saya bersekolah. Meski sudah tidak pergi lagi bersama orangtua. Saya tetap ke masjid dengan teman-teman hingga sering juga tidur disana selesai salat subuh. Â
Keempat, Membaca Al Quran Bersama
Ketika bulan Ramadan, membaca Al Quran juga menjadi bagian dari kesehariaan saya sejak kecil.