Terkadang sang anak harus pura-pura menjadi pribadi yang lain untuk menyenangkan orangtuanya. Memilih menjadi penurut agar orangtuanya senang. Semua dilakukan agar tidak membuat orangtuanya kecewa, apalagi hingga membuat nama baik kedua orangtuanya tercoreng.
Disisi lain, peran orangtua sangat berdampak besar pada masa depan sang anak. Apa yang diajarkan, dilatih dan apa yang diberikan akan menjadi sebuah alat dalam mengubah perilaku dan sikap sang anak kedepan.
Bukan hanya soal materi saja yang perlu disanggupi orangtua. Anak-anak juga perlu dipersiapkan secara mental sedini mungkin. Bagaimana pandangannya melihat dunia, etika hingga caranya berinteraksi dalam masyarakat harus diajarkan oleh orangtua.
Mendidik seorang anak tentu tidak mudah. Anak-anak memiliki pemikiran dan emosi sendiri yang tumbuh seiring beranjak usianya. Maka, kurang tepat jika mengharapkan sang anak harus mengikuti semua keinginan orangtuanya. Apalagi jika menyangkut kenyamanannya, misalnya dalam menentukan pekerjaan, hobi dan pasangan.
Peran orangtua dalam hal ini bukanlah sebagai pengambil keputusan. Tetapi, orangtua bisa mengambil peran sebagai pemberi masukan, bertindak sebagai pengarah dalam menentukan keputusannya kedepan.
Jika anak-anak terlalu dikekang dengan keputusan orangtua, takutnya ini akan menjadi beban mental sendiri bagi sang anak. " dikekang " yang dimaksud disini adalah tidak membiarkan sang anak melakukan sesuatu yang dia minati. Misalnya, jika orangtuanya berprofesi sebagai dokter, maka sang anak juga dituntut harus menjadi seorang dokter. Padahal sang anak lebih suka menjadi seorang arsitek.
Meski begitu, dalam memberikan kebebasan kepada anak juga jangan sampai tidak terkontrol. Tentu ada momen dan waktu yang tepat untuk memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan yang dia sukai.
Kembali pada kasus Rafathar di atas. Tidak ada yang menyalahkan sikap Raffi yang ingin anaknya masuk dalam industri hiburan seperti dirinya. Itu sah-sah saja. Mungkin itu yang Raffi inginkan supaya anaknya menjadi sosok " bintang " di masa depan.
Pada sisi lain, tidak pula salah bagi sebagian orang yang merasa kasihan dengan Rafathar lantaran masa kecilnya tidak senornal anak lain. Biasanya anak-anak seumurannya asyik bermain bersama teman-temannya, namun ia malah harus melakukan syuting dengan orang-orang sebaya ayahnya. Lagi-lagi ini adalah pilihan.
Kita juga patut memberi jempol dengan sikap Rafathar. Walaupun masih anak-anak, secara tidak sadar dia sudah mengungkapkan keinginannya sendiri pada ayahnya. Dia sudah berani menolak keinginan ayahnya dan mengungkapkan apa yang dia inginkan.
Juga, jempol yang sama juga patut kita layangkan pada sikap Raffi. Sebagai ayah, setidaknya dia menerima dengan baik apa yang menjadi keinginan anaknya, Rafathar. Â