Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat - Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sama-sama "Nekat" Nyapres, Akankah Giring Bernasib Sama dengan Rhoma?

30 Agustus 2020   14:28 Diperbarui: 30 Agustus 2020   14:26 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Giring Ganesha & Rhoma Irama ( Gambar dikolase, Sumber Kompas.com )

Giring Ganesha Djumaryo adalah mantan vokalis dari grup band Nidji. Lama tidak bermusik, kini Giring tengah fokus meniti karir di bidang politik. Pelantun lagu laskar pelangi itu pada 2017 lalu ikut bergabung menjadi kader dari Partai Solidaritas Indonesia ( PSI ) hingga saat ini. Kiprah karir politik Giring bisa dikatakan masih seumuran jagung, meski demikian berkat usaha kerja kerasnya kini ia didapuk sebagai pelaksana ( Plt ) dari Partai Solidaritas Indonesia menggantikan Grace Natalie yang sedang melanjutkan pendidikannya.

Meski sempat gagal maju pada Pileg 2019 lalu, tidak membuat semangat Giring berkurang sedikitpun. Dengan lantang dan penuh semangat Giring mendeklarasikan dirinya maju pada Pilpres 2024 diusung penuh oleh Partai Solidaritas Indonesia.

Perihal maju pada Pilpres 2024 ini disampaikan Giring dalam jumpa pers virtual ( 24/8 ), dan di unggah langsung oleh Giring di sosial media miliknya. Hal ini sontak menyorot banyak perhatian mata, berbagai spekulasi pun muncul menyoal niatnya maju pada Pilpres mendatang. Ada yang mendukung, mengkritik dan tidak sedikit juga yang meremehkan.

Alasan Giring maju pada Pilpres cukup klasik, mewakili millenial menyuarakan aspirasinya. Ia menilai banyak keputusan penting menyangkut ekonomi hingga pekerjaan diputuskan dalam  politik, untuk itulah ia membulatkan tekad menekuni politik, hingga pada beberapa hari terakhir ia menyatakan akan maju pada Pilpres mendatang.

Terjadi pro kontra terkait persoalan ini. Bahkan, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menganggap pencapresan Giring tidak rasional. " Performa politiknya kan sebenarnya kalau mau jujur dibandingkan dengan teman-teman PSI lain kan dia masih nggak keliatan. Kenapa nggak Grace aja yang maju atau Raja Juli  ? " Kata Adi. ( Republika.co.id, 28/08/ ).

Menurutnya, pencapresan Giring semata-mata hanyalah kegenitan politik PSI saja supaya menjadi perhatian publik. Dalam teori komunikasi upaya-upaya seperti ini terbilang cukup efektif.

Berkaca dari Pengalaman Rhoma Irama 

Kita tidak perlu berkaca jauh-jauh menyangkut public figur yang terjun ke dunia politik, dalam hal ini sebut saja yang " nekat " nyapres. Pada Pilpres 2014 lalu, semua orang heboh membahas soal Rhoma Irama yang mau nyapres. Saat itu, Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ) digadang-gadang akan mengusungnya.

Namun, apa mau dikata, setelah berjuang habis-habisan, ternyata habis manis sepah dibuang. Dalam hal ini banyak yang menyebut Bang Rhoma " dikhianati " partainya. Perjuangan Bang Rhoma mengkampanyekan PKB pada Pileg kala itu berakhir dengan kesia-siaan yang merugikan dirinya.

Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ) juga ikut mendukung Joko Widodo dan bergabung dengan PDIP dalam koalisi. Siapa yang tidak kecewa, setelah berjuang susah payah menjadi Jubir PKB pada Pileg 2014, akhirnya Rhoma dicampakkan begitu saja. Bukan hanya itu, berkat peran Rhoma, PKB berhasil meraih suara 9,04 persen atau menduduki ranking kelima setelah PDIP ( 18,95 % ) pada Pileg kala itu. 

Rhoma mengklaim perannya sangat berpengaruh dalam peningkatan jumlah suara PKB saat itu, oleh sebab itu dirinya menagih janji pada Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ) untuk mengusungnya menjadi Capres. Dilain pihak, PKB sudah melobi parpol-parpol lain, namun sayang tidak ada yang berniat untuk mendukungnya.

Bagaimana dengan Giring ? Akankah bernasib sama dengan Rhoma ? 

Wajar jika sekarang banyak pihak yang menganggap jika " nyapresnya " Giring akan berujung sama dengan Rhoma. Sama-sama seorang public figure yang dikenal banyak orang dan berprofesi sebagai pemusik di tanah air.

Jika bicara soal karir politik, tentu Rhoma lebih matang. Menjadi juru kampanye simpatisan untuk Partai Persatuan Pembangunan ( PPP )  pada tahun 1977, duduk di bangku MPR sebagai utusan golongan di tahun 1993-1997. Rhoma berlalu lalang antara PPP dan PKB. Hingga terakhir Rhoma mendirikan Partai Islam, Damai, Aman ( Idaman ), namun karena partainya tidak lolos jadi peserta Pemilu 2019, kini Rhoma membawa partainya untuk " diakuisisi " PAN.

Jika membandingkan dua individu tersebut, tentu Giring jauh tertinggal di belakang Rhoma. Seperti yang kita tahu, karir politik Giring masih seumuran jagung. Ditambah prestasi Partai Solidaritas Indonesia juga terbilang masih jauh tertinggal, pada Pemilu 2019 lalu, PSI tidak lolos ke Senayan. Maka agak meragukan rasanya jika PSI benar-benar serius soal ini.

Namun, jika soal ditinggal atau tidak sama partai, rasanya posisi Giring lebih menguntungkan dibanding Rhoma. Pasalnya sekarang dia berhasil menduduki posisi terpenting di PSI. Jika memang nanti dia gagal nyapres, setidaknya dia juga termasuk orang yang memutuskan dalam partai. Jadi untuk " dikhianati " partai peluangnya cukup kecil. Namun tidak ada yang mustahil dalam politik, bisa saja nanti Giring mendirikan partai sendiri atau bergabung dengan partai lain, tidak ada yang bisa menebak.

Menyoal Pretasi Giring di Politik

Memang benar, generasi muda adalah aset bangsa. Banyak generasi muda yang telah sukses menunjukkan prestasinya di dalam maupun luar negeri, termasuk Giring. Tidak dipungkiri banyak penghargaan musisi yang berhasil diraih Giring, karir musiknya bisa dikatakan cukup cemerlang dibanding musisi lainnya.

Tetapi, disaat Giring dengan bangga menyatakan ingin nyapres, maka sangat wajar jika kemudian orang-orang mulai mempertanyakan soal prestasinya dalam dunia Pemerintahan dan politik.

Sebab menjadi seorang Presiden sangatlah tidak gampang. Lihat saja misalnya SBY, sebelum menjadi Presiden ia sudah lebih dulu berkarir di Kemiliteran. Pernah menjabat berbagai jabatan Menteri, hingga suskes berkarir di bidang politik. Begitu juga dengan Joko Widodo, sebelum menjadi Presiden berbagai jabatan juga sudah pernah dijabatnya, menjadi Walikota hingga menjadi Gubernur. Pengalaman mereka dalam Pemerintahan sudah tidak lagi diragukan.

Memang tidak benar jika membandingkan Giring dengan SBY dan Jokowi. Namun hal ini juga perlu dilakukan. Mengingat Giring juga masih minim prestasi politik, maka sudah sepantasnya jika ia belajar dan bercermin dari presiden sebelumnya. Terlepas dari semua hanya trik PSI untuk mencari perhatian, mengusung Giring untuk maju pada Pilpres mendatang bisa dikatakan adalah sebuah kekonyolan belaka. Peluang Giring cukuplah kecil jika dibandingkan dengan  Ganjar, Anies, Sandiaga Unoe dan elit politik lainnya.

Sebab, jika hanya bermodal nama besar tapi minim prestasi, siapa saja pasti bisa menjadi Presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun