Baru-baru ini pecinta drama Korea alias drakor dikejutkan dengan pernyataan tegas dari Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. Sebagaimana dikutip dari New York Post, Kim Jong Un melarang keras warganya menonton film dan drama yang menampilkan budaya Korea Selatan.
Larangan seperti ini tentu akan mengecewakan banyak pecinta drakor. Namun, bukan tanpa alasan Kim Jong Un melarang rakyatnya untuk tidak menonton drama Korea. Pasalnya, budaya Korea Utara kini sedang memudar, dan 70 % warga Korea Utara ternyata suka menonton drakor alias film Korea Selatan.
Bukan hanya itu, yang membuat Kim Jong Un makin marah adalah warganya sekarang juga banyak memakai logat Korea Selatan saat berbicara dan juga menulis.Â
Untuk itu, Kim Jong Un kini mendeklarasikan "perang" dengan drakor. Akan ada sanksi yang diberikan kepada warganya jika kedapatan menonton drakor dan film dari Korea Selatan. Mulai dari dicukur rambut hingga bisa mendapat sanksi yang lebih berat lagi.
Baca juga :Adik Perempuan Kim Jong-un dan Manuver Nuklir Korea Utara
Kita semua tahu hubungan antara kedua negara ini memang tidak baik. Pembagian Korea menjadi Utara dan Selatan pasca-blok sekutu memenangkan peperangan pada Perang Dunia II ini membuat hubungan antara kedua negara menjadi buruk.Â
Korea Selatan menganut demokrasi liberal kapitalis dan menjadikan ekonomi negara tersebut berkembang dengan baik. Namun, Korea Utara lebih memilih menganut paham komunis yang terkesan lebih menutup diri dan stalinis.Â
Penikmat drakor mungkin sering melihat dalam beberapa drama Korea Selatan sering juga mengangkat tema tentang hubungan antara kedua negara ini. Walau terkesan seperti hitam dan putih, tapi setidaknya penonton bisa melihat sedikit gambaran apa yang terjadi.
Logis atau Tidak?
Jika kita telaah lebih dalam alasan Kim Jong Un melarang warganya menonton drakor rasanya memang wajar. Dilihat dalam aspek kebudayaan, Korea Utara tampak merugi karena pudarnya budaya asli mereka diakibatkan warganya ketagihan nonton drakor.
Sadar atau tidak mereka mengadopsi budaya Korea Selatan dalam kehidupan sehari-hari mereka di Korea Utara. Jelas saja ini membuat Kim Jong Un marah. Terlepas ini program Korea Selatan atau bukan, namun nyatanya kita bisa melihat ini berhasil.
Tetapi, kita juga bisa melihat hal ini dalam sudut pandang yang lain. Jika hanya dengan menonton film dari Korea Selatan mampu membuat pudarnya budaya Korea Utara di kehidupan warganya, bukankah masalah sebenarnya ada pada warga itu sendiri?
Baca juga : Drama Korea: Makin Banyak Drakor, Korea Utara Makin Kejam Ke Rakyatnya?
 Barangkali kecintaan mereka pada budaya sendiri memang tidak sepenuhnya besar. Mungkin juga mereka beranggapan jika budaya Korea Selatan lebih bagus. Hal ini tentu sesuai sudut pandang mereka sendiri.
Untuk itu, Korea Utara yang menganut paham komunis mengambil langkah serius menanggapi hal ini. Mungkin mereka bisa kembali memperkuat kecintaan warga akan budaya sendiri, caranya bisa macam-macam.
Cepat atau lambat kembalinya kecintaan warga Korea Utara akan budayanya, itu semua tergantung kebijakan yang akan diambil Kim Jong Un.
Indonesia, Bagaimana?
Demam drakor bukan hanya dialami warga Korea Utara. Semua tahu, drakor ini merambat cepat di hati masyarakat Indonesia. Tidak seperti Korea Utara yang melarang, di Indonesia drama-drama Korea Selatan bahkan mulai banyak ditayangkan di stasiun televisi kita.Â
Indonesia juga tidak mempermasalahkan tentang rakyatnya yang mulai menulis dan berbicara ala Korea Selatan. Bahkan, Indonesia terkesan terbuka menyambut baik drama Korea masuk dalam jejeran film favorit di Indonesia.
Baca juga : Meraba Garis Kuning Permusuhan Korea Utara dan Selatan
Indonesia mungkin menganggap kecintaan rakyat akan budaya sendiri itu masih jauh lebih besar ketimbang memikirkan hal-hal seperti yang Kim Jong Un lakukan. Atau mungkin Indonesia sudah mewanti-wanti jika suatu saat kebudayaan Indonesia akan hilang digantikan budaya-budaya luar lainnya? Kita tidak tahu.
Kita semua berharap, masyarakat Indonesia akan tetap mampu mencintai dan mempertahankan budaya sendiri walau mengagumi budaya luar. Semoga saja. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H