Malang -- Aktualisasi CoE (Center of Excellence) berupa Learning Innovation dilakukan Tim Penelitian Pendidikan Universitas Negeri Malang dengan membuat inovasi media pembelajaran dalam kaitannya dengan bencana kepesisiran. Tim penelitian ini diketuai oleh Alfyananda Kurnia Putra, S.Pd, M.Pd dengan beranggotakan Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd dan Listyo Yudha Irawan, S.Pd., M.Pd., M.Sc serta Tim Mahasiswa Muhammad Naufal Islam, Akmal Fahmi, dan Muhammad Rafi' Attamimi. Kali ini, Tim Penelitian Pendidikan melakukan pengembangan media pembelajaran terkait bencana kepesisiran utara di Provinsi Jawa Timur.
Wilayah kepesisiran atau coastal zone di Provinsi Jawa Timur secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yakni: kawasan kepesisiran Pantai Utara Jawa Timur (Pantura) dan kepesisiran pantai selatan Jawa Timur (Pansela). Kawasan kepesisiran utara Jawa umumnya terbentuk karena proses pengendapan marin (gelombang) yang terakumulasi dengan aliran sungai (fluvial) yang bermuara ke laut, sehingga dapat disebut sebagai pesisir yang terbentuk akibat pengendapan material daratan oleh sungai (sub aerial deposition coast). Proses ini dicirikan dengan pola saluran sungai yang berkelok-kelok (meandering) dan bagian muara sungai dapat membentuk cabang-cabang yang disebut berpola creak.
"Karateristik fisik demikian menjadikan pantai utara rentan terhadap resiko bencana, utamanya banjir fluvial (musim hujan) dan banjir rob (musim kemarau)", papar Alfyananda Kurnia Putra, S.Pd., M.Pd.
Karakteristik Pantai Utara Jawa, termasuk pantai dangkal dengan kedalaman maksimal 200 meter dari permukaan laut, menjadikan rentan terhadap banjir rob. Tinjauan morfologi wilayah Utara Jawa yang berupa dataran, dengan genangan muncul sebagai akbat adanya penurunan muka tanah (subsidence), material penyusun berupa klastika halus (aluvium) yang mengalami normal konsolidasi. Selain itu, tinjauan antropogenik dengan aktivitas kompleks berupa penggunaan lahan menjadikan kawasan pesisir rentan terhadap resiko bencana. Ancaman tersebut mengakibatkan penduduk yang bertempat tinggal di kawasan kepesisiran memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap bencana. Oleh karena itu, pemahaman ancaman bahaya, kerentanan, elemen berisiko, serta upaya pengurangan risiko bencana diperlukan suatu media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bencana dan lingkungan.
"Mengetahui pentingnya penelitian ini, maka kami (Tim Penelitian Pendidikan) berusaha mengakomodasi gaps empiris pada kondisi di lapangan dengan pembelajaran kelas melalui media pembelajaran berbasis karakteristik lokal untuk bencana kepesisiran", tambah Alfyananda Kurnia Putra, S.Pd., M.Pd.
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur. Penentuan lokasi didasarkan analisis fisik -- lingkungan serta karakteristik wilayah meliputi 1) Topografi; 2) Klimatik; 3) Hidrologis; dan 4) Demografis. Berdasarkan kajian tersebut diketahui bahwa bencana banjir di kecamatan di Kabupaten Sampang potensi dampaknya mencapai 18.608,47 Ha yang berada pada kelas bahaya sedang hingga tinggi. Bencana banjir di Kabupaten Sampang berada pada kelas bahaya (ancaman) Tinggi. Kondisi demikian menunjukkan urgensitas dalam penelitian, utamanya pengembangan media pembelajaran berbasis karakteristik lokal sebagai upaya mereduksi resiko bencana.
"Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait dengan pengurangan resiko bencana kepesisiran melalui pendidikan dan pembelajaran, salah satunya dengan inovasi media pembelajaran berbasis karakteristik lokal. Pada akhirnya, esensi pembelajaran tidak hilang dan siswa mendapatkan proses pembelajaran bermakna melalui aktivitas reflektif -- kontekstual", ucap ketua Tim Penelitian Pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H