Mohon tunggu...
Muhammad Naufal Iman
Muhammad Naufal Iman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

kadang males nulis

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Ancaman Polusi Bandung, si Kota Estetik

17 Oktober 2024   19:10 Diperbarui: 17 Oktober 2024   19:14 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudahkah kita bernapas dengan nyaman hari ini? 

Bandung sekarang sudah terlihat lebih abu dari biasanya. Semakin bertambah hari, udara yang dihirup terasa semakin berat di dada. Banyaknya kendaraan yang melintasi ruas jalan di Kota Bandung menambah emisi dari knalpot semakin menyebar di udara. Sangat penting untuk memakai masker bagi kita yang memiliki hidung sensitif dan gangguan pada sistem pernapasan.

Menilik dari kualitas udara di Bandung pada tanggal 14 Oktober 2024, tingkat polusi udara sedang berada di level "Tidak Sehat Bagi Kelompok Sensitif" dengan jumlah polutan utama, dimana berdasarkan dari Air Quality Index, konsentrasi PM2.5 saat ini mencapai 8 kali dari nilai panduan kualitas udara World Health Organization (WHO). Sehingga terdapat himbauan berdasarkan nilai konsentrasi PM2.5 bagi  masyarakat yang sensitif untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, sesuai dari web AQI tersebut. 

Kita ambil contoh di Dago yang selalu dipenuhi oleh kendaraan bermotor tiap harinya. Saya sebagai yang tinggal di daerah Dago dan selalu melewatinya untuk pergi ke mana-mana tidak pernah merasa udara di sana segar, apalagi saat siang ke sore yang di mana sedang jamnya para pekerja pulang. Bahkan, di kos pun saya merasa sumpek dan tidak nyaman. Bagusnya sih memang beli alat penjernih udara ya atau air purifier biar gampang mencarinya di online shop.  

Mari kita memperluas cakupan kita, dari Dago menjadi se-Bandung Kota. Kerasa ga  sih semakin ke sini semakin banyak penduduk di Kota Bandung. Ya, memang ga bisa dihindari ya hal tersebut, Kota Bandung memang salah satu pusat para pendatang yang, baik yang menetap atau yang pulang-pergi. Dari media sosial juga Kota Bandung itu selalu tersorot sebagai kota yang wajib dikunjungi karena isinya. Bisa dihubungkan dari keduanya kalau banyak pendatang yang main ke Kota Bandung dari berbagai daerah sebab hal-hal yang sebelumnya dibahas, dan seringkali mereka membawa kendaraannya sendiri. Memang sih memudahkan sekali untuk membawa kendaraan sendiri biar pulang pergi nya ga usah transit atau kepatok jam berangkat dan pergi transportasi umum. Lebih bebas aja sih kalo bawa kendaraan pribadi ke mana-mana. Nah, tapi kan namanya juga kendaraan bermotor dan memakai bahan bakar minyak, kebuang lah sisa-sisa nya berupa asap kendaraan dan kecampur lah sama udara di sekitarnya. Semakin banyak kendaraan bermotor di Kota Bandung, semakin berkurang juga kualitas udara di sini, dan ga ada turis dari luar juga tuh Kota Bandung udah dipenuhi sama kendaraan bermotor. 

Sebenarnya ada transportasi umum seperti angkot, damri, dan sebagainya di Kota Bandung, tapi antara rutenya ga sama dengan tempat yang diinginkan atau bahkan ga tau rute-rutenya, atau semudah gamau naik transportasi umum aja. Padahal dengan meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi, jumlah polutan dari kendaraan bermotor tuh bisa tidak bertambah atau berkurang, itu yang kita semua pikir secara mudahnya. Mengulik faktanya bahwa bentuk daerah Bandung Raya yang dikelilingi gunung-gunung, atau dengan sebutan Cekungan Bandung, sebenarnya polutan-polutan yang mengisi udara kita tidak dapat terdispersi ke luar, bahkan kembali lagi berkumpul ke dalam karena karakteristik angin gunung dan angin lembah. Bandung juga merupakan kota yang luas daerahnya ga besar-besar banget. Makanya pernah tercatat bahwa Bandung merupakan kota yang tingkat polutannya tinggi, bahkan lebih tinggi daripada Jakarta. Padahal Bandung memiliki lebih banyak tumbuhan dan kelihatan lebih asri dan hijau, tapi memang karena kondisi daerahnya saja yang membuat Bandung memiliki kualitas udara yang lebih buruk.

Walau, sebenernya ga bisa serta-merta menyalahkan kondisi daerahnya saja. Kan ada faktor-faktor lain seperti kendaraan bermotor tadi dan faktor industri juga bisa menjadi penyebabnya. Hal seperti kondisi fisik daerah gitu ya mau gimana lagi, emangnya pemerintah dan rakyat bisa mengubah bentukan daerah Bandung? Kalau bisa juga pastinya nambah biaya operasional dan jujur aja, menurut saya itu tuh sia-sia. Daripada hanya fokus pada suatu hal yang tidak bisa diubah atau bersifat mutlak, mendingan kita melakukan suatu hal yang memang memungkinkan untuk dilakukan. Ke depannya, semoga Bandung dapat kembali mengambil gelarnya sebagai kota yang asri.

Foto Lalu Lintas di Kota Bandung

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun