Mohon tunggu...
Muhammad Naufal Iman
Muhammad Naufal Iman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Orang biasa yang terkadang suka nulis tetapi terkadang malas hehe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dinamika Urbanisasi, Peluang Ekonomi dan Masalah Lingkungan di Bandung

7 Juli 2024   20:18 Diperbarui: 7 Juli 2024   20:18 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto pribadi penulis

Di balik berjuta manfaat ekonomi yang ditawarkan, urbanisasi dapat membawa dampak negatif yang serius. Kemacetan merupakan salah satu masalah yang timbul. Kemacetan di Bandung sudah termasuk parah, V/C Ratio atau perbandingan volume kendaraan dengan kapasitas jalan sudah menyentuh angka 40% menurut Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat A Koswara (13/10/23). Bahkan, jika tidak ada perubahan untuk memperbaiki masalah ini maka V/C Ratio tersebut akan mencapai 100% pada tahun 2035. Tidak hanya itu, modal share–persentase masyarakat yang menggunakan transportasi umum–transportasi umum di Bandung hanya 13% saja. Angka ini berarti 87% masyarakat Bandung masih memakai kendaraan pribadi untuk bepergian. Sebagai tambahan, berdasarkan data Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung, jumlah kendaraan di Kota Bandung saat ini mencapai 2,2 juta (2023), sedangkan jumlah penduduk yakni sebanyak 2,5 juta jiwa (Pada tahun 2024 menurut BPS). Kendaraan di Kota Bandung didominasi kendaraan roda dua atau sepeda motor sekitar 1,7 juta dan mobil 500 ribuan.

Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah kemacetan yang ada di Bandung. Salah satu contohnya ketika mantan Walikota Bandung, Ridwan Kamil (RK), meresmikan Skywalk Cihampelas pada 4 Februari 2017. Alasan utama mengapa RK membangun Teras Cihampelas adalah untuk menghilangkan area kumuh di Jalan Cihampelas dari maraknya PKL (Pedagang Kaki Lima). Dengan dipindahkannya PKL ke Teras Cihampelas, secara tidak langsung kepadatan jalan akan berkurang. Sayangnya, seringkali jalan itu masih terasa macetnya meski sedang tidak dalam jam sibuk. Jadi apa dong solusi untuk menyelesaikan masalah macet ini?

Satu Masalah Merembet ke Masalah Lain

Kian hari jumlah kendaraan kian bertambah, khususnya di kota besar seperti Bandung yang ditinggali 2,5 juta jiwa ini. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan, dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini tentu saja buruk bagi kesehatan makhluk hidup, tidak hanya manusia.

Berdasarkan website halodoc.com, penyumbang polusi udara terbesar adalah kendaraan dengan persentase 32-57%, dilanjut pembakaran terbuka 9-11%, dan banyak lagi. Terdapat banyak partikel halus (

Baik isu pemanasan global maupun perubahan iklim mungkin sudah sering kita dengar, bahkan istilah pemanasan global pertama kali dipopulerkan sedari tahun 1997. Namun, hal ini bukanlah suatu kebohongan. CO2 merupakan gas rumah kaca utama yang berkontribusi pada pemanasan global, selain itu ada NO, SO2, dan lainnya. Seiringnya pertambahan jumlah kendaraan, semakin banyak juga produksi gas rumah kaca, yang mana mempercepat pemanasan global. 

Terlepas dari segala polutan yang dihasilkan, kendaraan motor juga menghasilkan suara. Pada dasarnya, kendaraan umum bawaan pabrik tidak bersuara berisik karena terdapat peredam suara yang tertanam dalam knalpot. Namun, dengan banyaknya kendaraan di jalan, suara yang dihasilkan dapat terakumulasi sehingga menjadi lebih keras. Belum ditambah dengan kendaraan yang sedang mengebut dan kendaraan yang sudah dimodifikasi knalpotnya. Suara yang bising ini dapat mengganggu mereka yang hidup dekat dengan jalanan. Selain itu, suara bising juga dapat menyebabkan stress akibat kurangnya kualitas tidur.

Solusi yang Menjanjikan?

Baik membuat infrastruktur, memperbaiki atau memperluas jalan, maupun pengoptimalan transportasi umum mungkin saja bisa menjadi solusi yang menjanjikan. Sebenarnya sudah banyak strategi yang dilakukan untuk mengurai kemacetan di Bandung, Skywalk Cihampelas, Bus DAMRI, Trans Metro Bandung, Trans Metro Pasundan, dan banyak lagi. Namun, melihat keadaan sekarang, cukup membuat banyak pihak prihatin akan kemacetan jalanan di Bandung meski sudah banyak upaya sudah dilakukan. 

Menurut Pakar Transportasi Institut Teknologi Bandung, R. Sony Sulaksono Wibowo, salah satu solusi yang cukup menjanjikan adalah mengedukasi masyarakat. Namun, hal ini cukup sulit untuk dilakukan dan tidak dapat terwujud dalam waktu yang singkat, butuh waktu yang lama. Untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan langkah yang konsisten dan tegas dari pemerintah. 

Urbanisasi adalah fenomena yang membawa perubahan signifikan pada struktur sosial, ekonomi, dan lingkungan di kota-kota besar seperti Bandung. Meskipun urbanisasi memberikan berbagai manfaat ekonomi, seperti peningkatan lapangan pekerjaan, peluang bisnis, dan pendapatan daerah melalui pajak, dampak negatifnya tidak bisa diabaikan. Salah satu dampak terbesar adalah kemacetan lalu lintas, yang sudah menjadi masalah serius di Bandung. Tingginya penggunaan kendaraan pribadi dan rendahnya penggunaan transportasi umum memperburuk kondisi ini. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, seperti pembangunan Skywalk Cihampelas dan penyediaan transportasi umum, kemacetan tetap menjadi tantangan yang signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun