detik-detik mulai rontok dari jeratan dinding, aku yang keranjingan kenangan belum bisa beranjak kembali ke pembaringan.
"dua tahun yang bodoh,"
menyalahkan situasi tidak membuat semuanya menjadi lebih baik.
menatap gelas di bawah lampu belajar,
berharap semuanya bisa berlalu disembuhkan waktu
jangan, sungguh jangan
yang ada, waktu itu menggelinding seperti bola salju yang meluncur dari titik tertinggi,
ia terus membesar
hingga akhirnya meledak nanti menabrak aku yang singgah di perapian.
sebentar lagi akhir tahun, kamu tahu sudah berapa besar bola salju itu menggelinding?
mau sebesar apa pun nanti,
aku sudah siap mati
karena ekspektasi itu jahat, pikiran-pikiran itu memanipulasi hati. kamu tahu rasanya bukan?
kebas dari ujung rambut ke ujung kakimu?
mati rasa,
namanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H