Location Quotient (LQ) adalah metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan dalam suatu wilayah berdasarkan kontribusi sektor tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Pribadi, 2021). LQ membantu menentukan apakah suatu sektor berfungsi sebagai sektor basis (unggulan) atau non-basis (non-unggulan) dengan membandingkan proporsi pendapatan sektor di wilayah tertentu dengan proporsi pendapatan sektor yang sama di tingkat yang lebih luas, seperti provinsi atau nasional.
 Tujuan utama dari analisis LQ adalah untuk memahami potensi ekonomi suatu daerah dan mengidentifikasi sektor-sektor yang dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi daerah tersebut (Nezha, 2014). Analisis LQ memiliki signifikansi yang tinggi dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Dengan mengetahui sektor-sektor unggulan, pemerintah dan pengambil kebijakan dapat mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi(Firdaus, 2019).Â
Sektor basis sering kali berperan sebagai penggerak utama dalam perekonomian daerah, karena mereka menghasilkan barang dan jasa yang diekspor ke luar daerah, menciptakan pendapatan dan lapangan kerja. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang struktur ekonomi daerah melalui analisis LQ sangat penting untuk merumuskan strategi pembangunan yang tepat (Pamungkas & Iriani, 2022).
Shift-share analysis adalah metode yang digunakan untuk menganalisis pertumbuhan pekerjaan dan daya saing suatu industri di suatu wilayah dibandingkan dengan pertumbuhan nasional. Metode ini membantu dalam memahami apakah suatu industri di daerah tertentu tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dibandingkan dengan tren nasional, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut.Â
Shift-share analysis sangat berguna bagi para pengambil keputusan, investor, dan ekonom untuk memahami dinamika ekonomi lokal (Handayani, 2023). Dengan mengidentifikasi sektor-sektor unggulan, analisis ini membantu dalam merumuskan strategi pengembangan ekonomi yang lebih efektif dan efisien (SUDRAJAT, 2017). Misalnya, jika suatu industri tumbuh lebih cepat dari rata-rata nasional, hal ini dapat menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lokal yang mendukung pertumbuhan tersebut, seperti kebijakan pemerintah daerah, infrastruktur, atau sumber daya alam yang melimpah.
Secara lebih rinci, analisis shift-share membagi perubahan dalam variabel ekonomi seperti lapangan kerja menjadi tiga komponen utama: efek pertumbuhan nasional, efek komposisi industri, dan efek daya saing regional. Efek pertumbuhan nasional mencerminkan pertumbuhan yang dapat dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.Â
Efek komposisi industri menunjukkan bagaimana struktur industri di suatu wilayah memengaruhi pertumbuhan lokal dibandingkan dengan tren nasional. Sementara itu, efek daya saing regional menggambarkan keunggulan atau kelemahan kompetitif di tingkat lokal dalam industri tertentu (Coresignal, 2023; Wikipedia, 2023). Dengan demikian, analisis shift-share tidak hanya memberikan gambaran mengenai kinerja industri lokal, tetapi juga membantu dalam merumuskan kebijakan yang dapat meningkatkan daya saing industri tersebut.
Kedua metode ini LQ dan analisis shift-share adalah alat yang krusial bagi pengambil keputusan dalam merencanakan dan melaksanakan strategi pembangunan ekonomi. Dengan memanfaatkan hasil dari analisis ini, diharapkan dapat terjalin sinergi antara kebijakan pemerintah dan potensi sumber daya lokal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Berikut adalah tabel hasil perhitungan LQ dan Shift Share yang telah kita lakukan:
Tabel 1. Analisis Hitungan LQ di Sektor Pertanian.
Â
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Berdasarkan hasil perhitungan LQ diatas dapat dikatakan basis apabila hasil perhitungan LQ nya lebih dari 1, jika kurang dari 1 maka komoditas tersebut non basis, total hasil analisis basis dan non basis sektor pertanian dapat dilihat pada tabel di bawah ini;
Tabel 2. Hasil total peritungan basis dan non basis.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Tabel 3. Analisis Hitungan LQ di Sektor Perkebunan.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Berdasarkan hasil perhitungan LQ diatas dapat dikatakan basis apabila hasil perhitungan LQ nya lebih dari 1, jika kurang dari 1 maka komoditas tersebut non basis, total hasil analisis basis dan non basis sektor perkebunan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. Hasil total peritungan basis dan non basis.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Tabel 5. Analisis Hitungan LQ di Sektor Peternakan.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Berdasarkan hasil perhitungan LQ diatas dapat dikatakan basis apabila hasil perhitungan LQ nya lebih dari 1, jika kurang dari 1 maka komoditas tersebut non basis, total hasil analisis basis dan non basis sektor peternakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6. Hasil total peritungan basis dan non basis.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Tabel 7. Analisis Hitungan LQ di Sektor Perikanan.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Berdasarkan hasil perhitungan LQ diatas dapat dikatakan basis apabila hasil perhitungan LQ nya lebih dari 1, jika kurang dari 1 maka komoditas tersebut non basis, total hasil analisis basis dan non basis sektor perikanan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8. Hasil total peritungan basis dan non basis.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Tabel 9. Analisis Hitungan Shift Share di Sektor Pertanian.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Berdasarkan hasil analisis hasil perhitungan shift share diatas, jika lebih dari 1 maka komoditas tersebut cepat, dan begitu sebaliknya. Â maka total laju pertumbuhan pada sektor pertanian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 10. Hasil total peritungan laju pertumbuhan.
Tabel 11. Analisis Hitungan Shift Share di Sektor Perkebunan.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Berdasarkan hasil analisis hasil perhitungan shift share diatas, jika lebih dari 1 maka komoditas tersebut cepat, dan begitu sebaliknya. Â maka laju pertumbuhan pada sektor perkebunan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 12. Hasil peritungan laju pertumbuhan.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Â
Tabel 13. Analisis Hitungan Shift Share di Sektor Peternakan dan Hasil peritungan laju pertumbuhan.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Tabel 14. Analisis Hitungan Shift Share di Sektor Perikanan dan Hasil peritungan laju pertumbuhan.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Dikarenakan tidak adanya data di sektor peternakan dan perikanan maka hasilnya akan 0 atau dianalisis laju pertumbuhannya lamban semua.
Peta Potensi Wilayah Sektor Pertanian:
Gambar 1. Peta Potensi Wilayah Per-sektor pertanian.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
      Berdasarkan gambar peta potensi wilayah di atas hanya di kecamatan Banua Lawas yang masih tertinggal, sedangkan kecamatan Muara Uya, Jaro, Bintang Ara, Haruai, Muara Harus dan Tanjung sudah menjadi andalan di sektor pertanian. Sedangkan pada kecamatan Upau, Murung Pudak,Tanta, Pugaan, dan kelua unggul disektor pertanian.
Gambar 2. Peta Potensi Wilayah Per-komoditas Kelapa Sawit.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
  Â
Pada peta di atas di sektor Perkebunan komoditas kelapa sawit pada kecamatan Tanjung, Murung Pudak, Haruai dan Jaro memiliki klasifikasi potensi wilayah yang prospektif. Sedangkan kecamatan lainnya masih tertinggal.
Gambar 3. Peta Potensi Wilayah Per-komoditas Kelapa.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
     Â
Pada peta di atas di sektor Perkebunan komoditas kelapa pada kecamatan Pugaan, Kelua, Muara Harus, dan Muara Uya memiliki klasifikasi potensi wilayah yang prospektif. Adapun hanya kecamatan Tanta yang menjadi andalan. Sedangkan kecamatan lainnya masih tertinggal.
Gambar 4. Peta Potensi Wilayah Per-komoditas Karet.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
Pada peta di atas di sektor Perkebunan komoditas karet pada kecamatan Banua Lawas, Tanta, Tanjung, Muara Pudak, dan Upau memiliki klasifikasi potensi wilayah yang prospektif. Adapun hanya kecamatan Kelua yang menjadi andalan. Sedangkan kecamatan Haruai dan Bintang Ara memiliki potensi wilayah unggul pada komoditas karet. Sedangkan kecamatan lainnya masih tertinggal.
Gambar 5. Peta Potensi Wilayah Per-komoditas Kopi.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
      Pada peta di atas di sektor Perkebunan komoditas kopi pada kecamatan Tanjung dan Jaro memiliki klasifikasi potensi wilayah yang prospektif. Adapun kecamatan Upau dan Muara Uya yang menjadi andalan di komoditas kopi. Sedangkan kecamatan lainnya masih tertinggal.
Gambar 6. Peta Potensi Wilayah Per-komoditas Kakao.
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
  Â
Pada peta di atas di sektor Perkebunan komoditas kakao hanya pada kecamatan Haruai memiliki klasifikasi potensi wilayah yang prospektif. Adapun haya kecamatan Muara Uya yang menjadi uggul di komoditas kopi. Sedangkan kecamatan lainnya masih tertinggal.
Gambar 7. Peta Potensi Wilayah Per-komoditas Tebu, Teh, Tembakau, Sektor Peternakan dan Perikanan .
Sumber: Hasil Olahan data Primer, 2024
      Dikarenakan tidak adanya data di sektor perkebunan komoditas tebu, teh dan tembakau maka hasilnya akan 0 atau dianalisis potensi wilayahnya tertinggal semua.
Analisis LQ digunakan untuk mengidentifikasi basis ekonomi suatu wilayah dengan membandingkan produksi lokal dan konsumsi lokal. Jika nilai koefisien LQ lebih dari 1, itu menandakan bahwa subsektor tersebut adalah subsektor unggulan dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Sebaliknya, nilai kurang dari 1 menunjukkan bahwa subsektor tersebut belum diekspor dan masih dikonsumsi di wilayah tersebut.
- Sektor Pertanian
- Basis Ekonomi: Berdasarkan tabel hasil perhitungan LQ, beberapa kecamatan di Kabupaten Tabalong menunjukkan kekuatan basis ekonomi dalam sektor pertanian. Misalnya, kecamatan Upau, Murung Pudak, Tanta, Pugaan, dan Kelua memiliki nilai LQ lebih dari 1, yang mengindikasikan potensi unggulan mereka dalam sektor pertanian.
- Sektor Perkebunan
- Komoditas Unggulan: Dalam sektor perkebunan, komoditas kelapa sawit, karet, dan kopi menunjukkan potensi unggulan di beberapa kecamatan. Sebagai contoh, kecamatan Haruai dan Muara Uya memiliki klasifikasi potensi wilayah yang menjanjikan untuk komoditas kelapa sawit dan kopi, sementara kecamatan Banua Lawas, Tanta, Tanjung, Muara Pudak, dan Upau menunjukkan potensi prospektif untuk komoditas karet
- Sektor Peternakan
- Potensi Tertinggal: Data primer menunjukkan bahwa sektor peternakan masih mengalami keterbelakangan di beberapa daerah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya populasi ternak dan kurangnya infrastruktur pendukung. Oleh karena itu, diperlukan strategi pengembangan yang tepat untuk meningkatkan daya saing sektor peternakan.
- Sektor Perikanan
- Data Kurang: Informasi mengenai sektor perikanan di Kabupaten Tabalong pada tahun 2021 dan 2022 tidak tersedia dari dalam publikasi Badan Pusat Statistik (BPS dalam angka). Hal ini mungkin disebabkan oleh kontribusi ekonomi sektor tersebut yang terbatas atau karena adanya prioritas pencatatan statistik yang lebih besar untuk sektor-sektor lainnya.
Analisis Shift Share digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan suatu sektor dibandingkan dengan rata-rata nasional. Jika nilai SS lebih dari 1, itu berarti sektor tersebut tumbuh lebih cepat daripada rata-rata nasional, sementara nilai kurang dari 1 menunjukkan pertumbuhan yang lambat.
- Sektor Pertanian, laju pertumbuhan: Berdasarkan tabel hasil perhitungan shift share, beberapa kecamatan di Kabupaten Tabalong menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam sektor pertanian. Misalnya, kecamatan Muara Uya, Jaro, Bintang Ara, Haruai, Muara Harus, dan Tanjung memiliki laju pertumbuhan yang cepat.
- Sektor Perkebunan, komoditas prospektif: Komoditas seperti kelapa sawit dan karet menunjukkan potensi yang menjanjikan di beberapa kecamatan. Sebagai contoh, kecamatan Tanjung, Murung Pudak, Haruai, dan Jaro memiliki klasifikasi potensi wilayah yang prospektif untuk komoditas kelapa sawit, sedangkan kecamatan Banua Lawas, Tanta, Tanjung, Muara Pudak, dan Upau menunjukkan potensi yang baik untuk komoditas karet.
Berdasarkan peta potensi wilayah, beberapa kecamatan di Kabupaten Tabalong menunjukkan potensi unggulan dan prospektif di berbagai sektor.
- Sektor Pertanian
Kecamatan Upau, Murung Pudak, Tanta, Pugaan, dan Kelua merupakan kecamatan unggulan dalam sektor pertanian, sementara kecamatan Banua Lawas masih tertinggal.
- Sektor Perkebunan
Kelapa Sawit: Kecamatan Tanjung, Murung Pudak, Haruai, dan Jaro menunjukkan potensi yang prospektif.
Karet: Kecamatan Banua Lawas, Tanta, Tanjung, Muara Pudak, dan Upau juga memiliki potensi yang baik.
Kopi: Kecamatan Tanjung dan Jaro memiliki potensi yang menjanjikan, sedangkan kecamatan Upau dan Muara Uya menjadi kecamatan andalan.
- Sektor Peternakan
Sektor ini masih mengalami keterbelakangan akibat rendahnya populasi ternak dan kurangnya infrastruktur pendukung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H