Mohon tunggu...
Muhammad Nanang
Muhammad Nanang Mohon Tunggu... Freelancer - Be humble and chill

Abadi dalam karya

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kolaborasi Mematikan, Pandemi dan Ancaman Karhutla

30 Juni 2020   15:56 Diperbarui: 1 Juli 2020   20:36 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak pertama kali penyebaran Covid-19 masuk di Indonesia yang dikonfirmasi oleh presiden Indonesia, Joko Widodo pada Senin 2 Maret 2020 hingga saat yang telah terpapar covid-19 mencapai 41.369 ODP dan 38.277 orang yang dinyatakan positif dari 34 provinsi/430 kab/kota. 

Penyebaran Covid-19 yang tidak terbendunng kini menjadi pandemi di Indonesia dan memaksa pemerintah menerapkan PSBB dan karantina mandiri di berbagai wilayah. Hal tersebut sebagai upaya dalam menekan tingkat penyebaran pandemi demi menjaga stabilitas negara.

Penyebaran Covid-19 yang terus meningkatkan dengan pesat mengakibatkan lumpuhnya beberapa sektor, khususnya pada sektor ekonomi. PSBB yang menjadi upaya pemerintah dalam menstabilkan perputaran ekonomi pun tidak kunjung membuahkan hasil. 

Pasalnya, tidak semua aktivitas perekenomian dalam diselenggarakan dari rumah. Sebagaimana gerakan #dirumahaja yang digaungkan sejak pertama kali Covid-19 menyebar di Indonesia.

Di balik wabah pandemi yang terus meningkat dengan pesat, beberapa wilayah di Indonesia telah masuk dalam daftar rawan karhutla yang merupakan bencana nasional sejak beberapa tahun belakangan ini. 

Menurut Deputi Klimatologi, Drs. Herizal M.Si hampir di seluruh wilayah Indonesia memasuki musim penghujan, namun ada beberapa wilayah yang memasuki musim kemarau dan menjadi titik api. 

Beberapa wilayah yang masuk musim kemarau dan diwaspadai terancam bencana karhutla yaitu NTT wilayah Sumbawa, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara bagian selatan, Riau bagian timur, Sumatra Utara bagian timur dan Aceh bagian timur. 

Sama halnya dengan ancaman karhutla, beberapa wilayah yang memasuki musim penghujan juga terancam banjir. Diperkirakan di beberapa wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan yang cukup tinggi dan diwaspadai dapat menilmbukan banjir, khususnya di daerah pesisir.

Pembakaran hutan dan lahan disertai penebangan pohon secara ilegal mengakibatkan karhutla dan banjir yang menjadi bencana nasional beberapa tahun terakhir.

Apabila pada tahun ini ancaman karhutla dan banjir benar-benar terjadi di beberapa wilayah Indonesia, maka tahun ini menjadi tahun-tahun yang paling sulit bagi rakyat Indonesia. Belum selesai dari dampak pandemi, ditambah lagi dengan ancaman dua bencana nasional. Hal ini tentu menjadi kolaborasi mematikan bagi rakyat Indonesia.

Perlu adanya kesadaran mendasar baik pemerintah maupun masyarakat sipil dalam menghadapi situasi sulit seperti saat ini. Kesadaran dalam menjaga kelestarian alam, khususnya hutan sebagai upaya mencegah terjadinya karhutla dan banjir yang telah diprediksi akan terjadi kembali pada tahun ini. 

Upaya pengembalian perputaran ekonomi yang lumpuh akibat pandemi dengan penerapan new normal tentu menjadi fokus utama. Namun, kewaspadaan terhadap bencana karhutla dan banjir juga perlu diperhatikan. 

Hal ini sebagai bentuk perhatian terhadap sumber daya alam yang menjadi sumber kehidupan umat manusia dan sebagai upaya dalam mencegah terjadinya masa-masa sulit.

 Hal yang paling mendasar ketika kita bicara tentang kesadaran adalah kepedulian terhadap orang lain. Tingginya ego atas kepentingan pribadi mampu menghilangkn empati kita terhadap orang lain. 

Terlebih masa pandemi dimana hampir mayoritas mengalami keterpurukan secara ekonomi dan sedang mengusahakan berbagai cara memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Pembakaran hutan dan lahan yang dilakukan oleh oknum maupun koorporat adalah bentuk dari ketidakpedulian mereka terhadap manusia-manusia lain. Demi kepentingan pribadi dan kelompoknya, kantong penuh berisikan uang, nyawa manusia bukan lagi persoalan. 

Mereka tidak memikirkan dampaknya atau lebih tidak perduli terhadap dampak yang sebenarnya juga akan mereka rasakan. Maka, selain dituntut adanya kesadaran dalam mencegah terjadinya bencana khususnya karhutla perlu dibarengi dengan adanya edukasi terkait pencegahan terjadinya karhutla. 

Ketiadaan kesadaran mengenai hal ini bisa jadi akibat dari tidak adanya edukasi yang diberikan. Maka perlu adanya gerakan secara masif dalam upaya mencegah terjadinya bencana karhutla yang sudah mulai mengancam.

Bagi para petani konvensional, pembukaan lahan dengan cara membakar mungkin menjadi pilihan satu-satunya. Hal ini tentu menjadi perhatian bersama baik masyarakat maupun pemerintah daerah. 

Dengan adanya edukasi terkait pencegahan karhutla sekaligus langkah-langkah strategis yang diberikan pada para petani, tentu hal ini menguntungkan para petani dan juga tidak membahayakan lingkungan. 

Sebab, bencana asap yang terjadi pada tahun 2019 silam adalah dampak dari pembakaran hutan yang tidak terkontrol. Bayangkan jika hal tersebut kembali terjadi pada tahun ini, dapat dipastikan kita masyarakat Indonesia akan benar-benar kembali mengalami kelumpuhan di berbagai sektor.

Pandemi dan asap karhutla adalah dua hal mematikan yang sama-sama menyerang pernafasan, tentu masker lagi-lagi menjadi benda berharga. Maka kita akan kembali menemukan pemandangan bagi-bagi masker yang dilakukan oleh manusia-manusia baik yang peduli terhadap manusia-manusia lainnya. 

Gerakan yang baik, tapi akan bertentangan dengan himbauan untuk tetap Social distancing. Ah, dilema sekali rasanya jika kondisi seperti ini harus benar-benar terjadi. Belum lagi jika penimbunan masker kembali terjadi, tentu harganya melonjak tinggi.

Bagaimana pun, kepedulian dan kesadaran harus kita tanamkan pada diri sendiri. Kepedulian terhadap orang lain dan kesadaran untuk tidak mencedarai lingkungan dan alam, karena dampak buruknya akan menimpa siapapun, tak pandang bulu. Mari saling menjaga agar peradaban manusia tetap terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun