[caption id="attachment_339603" align="aligncenter" width="542" caption="ATURAN DICIPTAKAN TIDAK UNTUK MENGHALANGI, MELAINKAN DEMI KELANCARAAN ANDA SENDIRI"][/caption]
Mungkin anda masih ingat, pemilihan gubernur jateng pada 26 Mei 2013 yang lalu diikuti oleh tiga kandidat. Kandidat pertama, Hadi Prabowo – Don Kardono yang didukung oleh koalisi gemuk: PKS, Partai Gerindra, PPP, PKB, Partai Hanura dan PKNU. Hadi Prabowo adalah Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tegah sedangkan Don Kardono adalah Bupati Sumedang dua periode. Kandidat kedua, Bibit Waluyo – Sudijono Sastroatmojo yang diusung koalisi agak gemuk: Partai Demokrat, Partai Golkar dan PAN. Bibit Waluyo adalah calon gubernur incumben sedangkan Sudijono Sastroatmojo adalah Rektor Universitas Negeri Semarang dengan latar belakang Doktor ahli hukum agraria. Kandidat ketiga, Ganjar Pranowo – Heru Sudjatmoko yang diusung koalisi sangat kerempeng: PDI P. Ganjar Pranowo adalah anggota DPR RI dari partai PDI P. Sedangkan Heru Sudjatmoko adalah birokrat mantan sekda Kudus 2005-2010 dan Bupati Purbalingga 2010-2013. Saat itu, saya masih ingat betul, Hadi Prabowo – Don Kardono atau yang biasa disingkat HP-Don seringkali memenangi survey yang dilakukan. Tetapi kenyataan berkata lain. Pemilu Gubernur ini akhirnya dimenangi oleh pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sadjatmoko yang hanya didukung oleh satu partai saja yaitu PDI P dengan suara sebesar 6.962.417 (48,82%) sebagaimana yang diputuskan KPU Jateng pada Juni 2013. Ini adalah sebuah hasil yang sangat mengejutkan!
Mengenai fenomena yang mengejutkan ini banyak orang membuat analisis. Salah satunya adalah kawan saya yang punya profesi sebagai marbot masjid. Anda tahu marbot masjid? Marbot masjid itu orang yang diserahi tetek bengek urusan kebersihan masjid. Dia bilang begini, “kekalahan itu faktor utamanya adalah masjid !”, “ Loh kok bisa?”, tanya saya heran. “Apa karena khatib masjid pada kampanye untuk Ganjar?”, tanya saya kebingungan. Kawan saya yang merasa di atas angin terkekeh kekeh kegirangan melihat kebodohan saya.
“Bukan begitu, bro.. Masjid itu sangat menentukan.Coba lihat papan pengumuman itu !”, sambil tangannya menunjuk sebuah papan kecil sebagai pengumuman. “Bila anda masuk masjid, HP harap dimatikan!”. Saya lihat tidak ada yang aneh. Tetapi kawan saya yang marbot masjid itu semakin terkekeh-kekeh. Tak lama setelah nafasnya tenang kembali dia melanjutkan, “Justru inilah yang membuat Ganjar menang, dan HP kalah !”.
Candaan marbot masjid kawan saya itu membuat kita tertawa bersama. Gara-gara pengumuman “hp harap dimatikan”, Ganjar pun menang.
[caption id="attachment_339604" align="aligncenter" width="256" caption="biang keladi (achedy.penamedia.com)"]
Kini pemilihan umum presiden tanggal 9 April 2014 sudah mendekati waktunya.Bukan kebetulan juga jika “hp dan masjid” muncul lagi menjadi isu penting dalam pemilu. Buktinya, elit salah satu partai pendukung kandidat capres menginstruksikan kadernya untuk memantau materi khotib saatberkhotbah. Alasannya masjid sering dipakai untuk kampanye hitam. Pilihan alat rekam yang bisa dipakai ada beragam macamnya, bisa saja tape recorder atau Handphone. Rasanya yang paling efektif dan setiap orang punya adalah HP. Berkaitan dengan perintah ini, bukan tidak mungkin, HP akan membanjiri masjid-masjid di seluruh wilayah Indonesia. Dalam skala kecil, tindakan ini akan sangat mengganggu kenyamanan beribadah jamaahnya. Dalam skala besar, tindakan ini dapat memicu konflik di tingkat arus bawah di masing-masing wilayah.
Makanya tidak heran jika dari tindakan yang gegabah ini kemudian memunculkan banyak penolakan. Ormasterbesar di Indonesia, NU dan Muhamadiyyah sudah menyampaikan keberatan. Majelis Ulama Indonesia turut memberikan kecaman atas ide ini. Belum lagi lawan politik, tentu saja isu ini bisa untuk barang mainan yang menyenangkan.
Saya pribadi juga tidak setuju dengan wacana ini. Membawa alat rekam ke masjid sama saja mengusir kucing liar yang ada di rumah kita dengan mendatangkan anjing. Bukannya kucing itu akan pergi, tapi rumah kitalah yang akan hancur berantakan. Sungguh sangat disayangkan, bukan?
Membawa alat rekam ke dalam masjid mungkin saja bagi anda bisa efektif -katakanlah, menghalangi orang untuk bicara politik yang kurang menyenangkan. Bagi saya itu bukan penyelesaian yang elegan. Tindakan ini sudah keterlaluan dan berlebihan. Jika ingin mengusir nyamuk di dahi istrimu, tidak perlulah memakai pemukul kasur. Perbuatanmu yang berlebihan saya jamin membuat istrimu bereaksi bak kesetanan.
Oleh karena itulah saya mengajak kita semua untuk menjaga keharmonisan yang selama ini sudah terbina. Biarkanlah masjid alamiah seperti apa adanya. Para khotib biarkanlah menyampaikan khutbahnya tanpa rasa kekhawatiran. Lagi pula, mereka sudah tahu batasan-batasannya. Kalau masih ada yang dikhawatirkan, saya yakinkan kepada anda bahwawarga kita sudah cukup cukup dewasa untuk bisa membedakan mana emas dan mana sampah. Yakinlah, masjid adalah tempat untuk beribadah, bukan tempat untuk menyebar fitnah. Yakinlah, masjid bagi jama’ahnya adalah sumber energi, bukan tempat menyebar benci.
Selamat malam, Salam Damai !
SALAM BINTANG SEMBILAN
Rembang, 2 Juni 2014
Artikel yang lain:
Madrasah Diniyyah VS Penjual Makanan di Luar Pagar
Pak Prabowo, Jupe Siap Jadi Ibu Negara !
Kegemasan Tingkat Dewa kepada Simbah Amien Rais
Inanike Agusta (Pramugari Garuda) VS Iptu Andik (Pengawal Jusuf Kalla)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H