Akhirnya, mengapakah seorang yang mengaku muslim tidak bermuhasabah dalam keluasan hari-hari yang diberikan Allah Ta’ala kepadanya? Mengapa justru ia sibuk berletih-letih dan menghamburkan segala potensi yang dimilikinya tidak untuk keta’atan kepada Yang Maha Berkuasa? Bergembira-ria dalam menyambut hari raya—tentu saja dianjurkan dalam Islam, tapi asal tak keluar dari jalur yang disyari’atkan tentunya. Rasulullah saw sendiri sudah menyampaikan bahwa telah dicukupkan dua hari raya bagi umat Islam, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Mengapakah lagi seorang muslim harus tasyabbuh dan mentransfer budaya di luar Islam?
Allah Ta’ala berfirman,
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hasyr, 59:18)
Dari Hasan al-Bashri rahimahullah diriwayatkan bahwa beliau berkata, “Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu tidak lain hanya hidup beberapa hari saja; setiap kali waktu berlalu, berarti hilanglah sebagian dirimu.” (Siyar A’lam an-Nurbala’, 1/496) Untuk itu waspadalah bagi para pelanggan penikmat malam tahun baruan, jangan-jangan usai pesta tutup tahun—lalu engkau pulalah yang tutup usia! Wallahu ‘alam bishowwab