Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh ampunan, penuh harapan dan penuh kebahagiaan. Seluruh umat muslim di penjuru dunia selalu menantikan dan menyambut bulan Ramdhan dengan rasa yang begitu haru bahagia. Seperti apa yang ada dilirik lagu opick yang berjudul "Ramadhan Tiba" yaitu
Ramadhan tiba semua bahagia
Tua dan muda bersuka cita
Bulan ampunan bulan yang berkah
Bulan terbebas api neraka
Andikan saja Ramdhan semua
Bulan yang tiba bulan yang ada
Karena besarnya seiap pahala
Yang di janjikan kepada kita
Lagu opick yang itu memang sangat riil dengan kehidupan orang muslim yang dialami, bahkan bagi orang non-muslim pun ikut berbahagia ketika datangnya bulan suci Ramadhan, karena rasanya bulan Ramdhan itu mempersatukan rasa yang sama terhadap kita semua umat muslim.
Bulan Ramadhan biasa disebut bulan suci dalam Islam yang dihargai oleh orang-orang muslim di berbagai penjuru dunia. Selama bulan ini, mereka menjalani puasa dengan cara menahan diri dari makanan, minuman, dan kegiatan yang membatalkan puasa dari fajar hingga matahari terbenam. Keunikan dan kebermaknaan bulan Ramadhan bagi umat muslim sangatlah beragam. Diantara dari beberapa keistimewaan bulan Ramadhan adalah sebagai berikut:
- Kesempatan mendekatkan diri kepada Allah SWT
- Kebaikan dan kemurahan hati
- Kesempatan untuk meningkatkan kesabaran dan ketaqwaan
- Waktu intropeksi dan pembersihan diri
- Momen bersatu dalam ibadah
Indonesia memiliki kekayaan tradisi yang sangat beragam dan masih dijaga hingga sekarang. Setiap daerah memiliki keunikan tradisinya sendiri. Salah satu tradisi yang unik untuk menyambut bulan puasa yang dipertahankan sampai sekarang adalah "Gebyuran Bustaman" di Semarang.Â
Bustaman merupakan salah satu dari beberapa kampung kota di Semarang yang menampilkan keunikan kehidupan kampung kota dengan menjadi kampung 'gule'. Di kalangan penduduk luar kampung, Bustaman terkenal sebagai lokasi pemotongan hewan kambing dan olahan kuliner khasnya, yaitu 'gule', yang sangat terkenal, bukan hanya khas gulenya yang terkenal, tetapi dalam menyambut bulan Ramadhan para warga setempat juga melakukan tradisi Gebyuran yang begitu meriah. Kampung Bustaman juga memiliki nilai historis karena merupakan bagian dari sejarah pelukis terkenal, Raden Saleh, dimana Kyai Bustaman adalah kakek buyut dari pelukis tersebut. Selain itu, Kampung Bustaman juga memiliki nilai sejarah yang kuat terkait dengan masa penjajahan Belanda hingga saat ini.
Tradisi Gebyuran Bustaman ini melibatkan warga saling melempar dan menyiram air, tetapi penting untuk diingat bahwa tidak ada yang boleh merasa marah jika terkena lemparan air tersebut. Â Gebyuran Bustaman tidak hanya sekadar menyiram air, melainkan melibatkan ritual perang air. Proses dimulai dengan warga mengambil air dari sumur dan memasukkannya ke dalam bungkusan plastik. Kemudian, bungkusan plastik berisi air tersebut dilemparkan kepada warga lain tanpa membedakan usia atau status sosial. Dengan kata lain, semua warga bebas melemparkan air kepada siapa pun tanpa memandang kelompok, usia, atau status. Setelah perang air berakhir, warga berkumpul untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan bersama-sama.
Tradisi Gebyuran Bustaman menjelang bulan puasa menjadi simbol penting dalam budaya sosial saling memaafkan di antara warga kampung Bustaman, yang terletak di Semarang, Jawa Tengah.
Perlu disyukuri kita sebagai warga Indonesia ini memiliki keanekaragaman tradisi sosial yang membanggakan diri sendiri maupun khalayak banyak. Jika di Thailand mempunyai tradisi Songkran untuk menyambut perayaan tahun baru tradisional, di Indonesia mempunyai tradisi Gebyuran Bustaman di Semarang yang tidak kalah meriah.
Daftar Pustaka
https://baznas.go.id/artikel-show/Keistimewaan-Bulan-Suci-Ramadhan/198
Yuda, Saputra Imam, Sejarah Gebyuran Bustaman, Ritual Perang Air Sebelum Puasa di Semarang, diakses melalui https://jateng.solopos.com/sejarah-gebyuran-bustaman-ritual-perang-air-sebelum-puasa-di-semarang-1578808
Bharoto, Ragam Pandang Arsitektur Setempat, Semarang: Tigamedia, 2009.
Niko, Nikodemus, FESTIVAL AIR (SONGKRAN): KOMODIFIKASI BUDAYA DI THAILAND, Â SIMULACRA, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H