Mohon tunggu...
Muhammad Mulky Al Haramein
Muhammad Mulky Al Haramein Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi Bersarung

Usaha Tidak Pernah Mengkhianati Hasil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyongsong Keanekaragaman: Wajah Indonesia dalam Wajah Amtsilati

3 Maret 2024   21:43 Diperbarui: 3 Maret 2024   21:52 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keragaman suku dan budaya. Setiap suku di Indonesia memiliki kebudayaan yang unik dan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan ini seharusnya tidak dianggap sebagai hambatan, melainkan sebagai kekayaan budaya.

Meskipun penduduk Indonesia hidup dalam semangat "bhinneka, namun dalam kesatuan hati mencerminkan ke "ika" an sebagai satu kesatuan yang utuh. Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" mencerminkan realitas masyarakat Indonesia yang memiliki banyak perbedaan dalam kebudayaan, karena adanya berbagai suku dan etnis yang berbeda.

Amtsilati, diciptakan oleh KH. Taufiqul Hakim, dikenal sebagai metode cepat membaca kitab kuning, Al-Quran, dan hadis dalam rentang waktu 3 hingga 6 bulan dengan mengikuti panduan program yang tersedia. KH. Taufiqul Hakim, yang memiliki kapasitas spiritual dan intelektual yang tinggi, juga merupakan pendiri Pondok Pesantren "Darul Falah Amtsilati" di Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, yang menaungi ribuan santri. Meskipun metode Amtsilati telah tersebar luas di seluruh Indonesia, seringkali ada kebingungan di antara para santri yang mengenyam pendidikan di sana terkait istilah tersebut. Amtsilati sebenarnya adalah sebuah metode pembelajaran, sedangkan Pondok Pesantren "Darul Falah Amtsilati" adalah lembaga pendidikan Islam yang diasuh oleh KH. Taufiqul Hakim. Oleh karena itu, menurut pandangan mereka, istilah Amtsilati bisa merujuk pada pondok pesantren, metode pembelajaran, maupun sosok pengasuhnya.

Karena pembahasan ini tentang keanekaragaman, maka Amtsilati ini sebagai Pondok Pesantren. Amtsilati mempunyai ribuan santri yang berasal darimana saja, seperti dari Jabodetabek, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, NTB, NTT, Lampung, Riau, Jambi, Aceh dan Bali. Interaksi positif antara berbagai jenis santri Amtsilati, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus, serta berasal dari beragam latar belakang regional, menunjukkan sebuah kekayaan budaya multikultural yang sangat nyata. Selain sekadar saling mengenal, mereka juga mendapatkan pengalaman yang melimpah dalam berbagai budaya, yang membantu mereka untuk memahami dan menempatkan keragaman budaya dalam konteks pesantren. Sebagai bagian dari sistem pendidikan Islam, keberagaman di antara peserta didik (santri) dianggap sebagai modal utama dalam mengembangkan kekayaan budaya multikultural.

Keistimewaan perbincangan Amtsilati yang didasarkan pada banyak hal yang menarik dapat dijelaskan dengan beberapa faktor kunci. Pertama-tama, Pondok Pesantren "Darul Falah Amtsilati" memiliki pendekatan yang unik dalam pendidikannya. Meskipun usianya relatif muda, pendekatan yang diadopsi oleh KH. Taufiqul Hakim telah terbukti efektif dalam menarik minat dan memfasilitasi pembelajaran bagi para santri. Salah satu faktor kunci dalam keberhasilan Amtsilati adalah metode pembelajaran yang inovatif yang diperkenalkan oleh KH. Taufiqul Hakim. Metode ini dikenal sebagai metode pemula bukan pemuka. Metode ini memungkinkan para santri untuk mempelajari dan memahami kitab kuning dengan lebih mudah dan cepat, tanpa harus melalui tahapan yang panjang dan rumit. Pendekatan ini memungkinkan para santri untuk langsung terlibat dalam memahami isi kitab kuning, tanpa perlu menunggu hingga mereka memiliki pemahaman yang mendalam terlebih dahulu.

Selain itu, Pondok Pesantren Amtsilati juga menarik perhatian karena reputasi yang telah dibangun oleh KH. Taufiqul Hakim dan para pengajar lainnya. Reputasi ini didasarkan pada kualitas pendidikan yang diberikan, serta dedikasi para pengajar dalam membantu para santri mencapai potensi mereka yang terbaik. Faktor lain yang mungkin berperan adalah atmosfer inklusif dan mendukung di Pondok Pesantren Amtsilati. Santri dari berbagai latar belakang dan daerah dapat merasa diterima dan didukung dalam lingkungan belajar mereka, yang mungkin juga menjadi alasan mengapa begitu banyak santri dari seluruh Indonesia tertarik untuk belajar di sana. Dengan kombinasi metode pembelajaran yang inovatif, reputasi yang solid, dan lingkungan belajar yang inklusif, tidak mengherankan bahwa Pondok Pesantren Amtsilati telah mampu berkembang dengan cepat dan menarik minat dari banyak orang.

Dari banyak santri yang masuk kedalam Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati ini mempunyai keanekaragaman yang menyongsong wajah Indonesia. Sekian banyaknya santri Amtsilati dari berbagai penjuru Indonesia akhirnya secara tidak langsung terinternalisasi nilai-nilai keanekaragaman santri. Keanekaragaman santri di Pondok Pesantren Amtsilati menjadi salah satu faktor yang menarik perhatian dan memperkaya pengalaman belajar di sana. Keanekaragaman ini bisa terwujud dalam berbagai aspek, seperti latar belakang etnis, budaya, dan sosial ekonomi.

Keanekaragaman etnis dan budaya di antara santri memberikan kesempatan bagi mereka untuk saling belajar dan memahami perbedaan antarbudaya. Ini menciptakan lingkungan yang inklusif dan mempromosikan toleransi antaranggota komunitas. Santri dapat saling berbagi pengalaman dan pemahaman mereka tentang budaya dan tradisi mereka sendiri, yang pada gilirannya dapat memperkaya perspektif mereka. Keanekaragaman sosial ekonomi juga bisa terlihat di antara santri di Pondok Pesantren Amtsilati. Ada kemungkinan bahwa santri berasal dari berbagai lapisan masyarakat, dari keluarga dengan tingkat pendapatan yang berbeda-beda. Ini menciptakan kesempatan bagi santri untuk belajar satu sama lain tentang realitas sosial dan ekonomi yang berbeda di Indonesia, serta mengembangkan empati dan pemahaman tentang berbagai kondisi kehidupan.

Secara keseluruhan, keanekaragaman santri di Pondok Pesantren Amtsilati tidak hanya mencerminkan realitas Indonesia yang pluralistik, tetapi juga menjadi salah satu kekayaan yang memperkaya pengalaman belajar dan membentuk karakter santri dalam perspektif yang inklusif dan toleran.

Daftar Pustaka

Kusnanto, Keanekaragaman Suku dan Budaya Indoensia, Semarang: Alprin, 2009

Futaqi, Sauqi, Kapital Multikultural Pesantren, Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun