Mohon tunggu...
muhammadmuharrikmaulana
muhammadmuharrikmaulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mewujudkan Pendidikan yang Memberdayakan : Dari Gaya Bank ke Pembelajaran Kritis bagi Kaum Tertindas

17 Desember 2024   23:33 Diperbarui: 17 Desember 2024   23:33 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem pendidikan bagaimanapun seringkali tidak mengikuti prinsip pemberdayaan, terutama untuk kelompok terpinggirkan. Pendidikan gaya bank, sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed (1970) adalah salah satu konsep yang sangat relevan untuk memahami keterbatasan sistem pendidikan yang ada. Freire mengkritik pendidikan karena hanya berfokus pada transfer pengetahuan dari guru ke siswa dan tidak melibatkan siswa dalam proses berpikir kritis.

Saat ini, masalah pendidikan gaya bank masih sangat relevan dalam diskusi pendidikan global, terutama dalam hal pendidikan bagi kaum tertindas dan ketidaksetaraan sosial. Dalam Pedagogy of the Oppressed, Freire mengatakan bahwa pendidikan gaya bank memperlakukan siswa sebagai penerima informasi yang tidak bergerak. Dalam model ini, guru dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang memiliki kendali atas seluruh proses pendidikan. Hal ini sangat membatasi kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mengajukan pertanyaan, dan merefleksikan pelajaran mereka dalam konteks sosial mereka. Freire melihat sistem pendidikan seperti ini sebagai kontrol yang mempertahankan status quo tanpa memberikan ruang bagi kaum tertindas untuk mengubah situasi mereka.

Meskipun dunia telah mengalami perubahan besar dalam pendidikan, terutama dengan meningkatnya akses teknologi dan informasi, banyak sistem pendidikan masih menggunakan model yang mirip dengan model bank. Sistem pendidikan di banyak negara berkembang, seperti di Afrika dan Asia Selatan, masih berfokus pada hafalan dan transfer pengetahuan. Ini seringkali tidak relevan dengan kebutuhan sosial dan ekonomi siswa. Namun, pendidikan sangat penting bagi kelompok tertindas seperti perempuan, komunitas miskin, dan komunitas marginal lainnya. Pendidikan harus mengajarkan mereka cara berpikir kritis dan mengubah situasi sosial mereka.

Analisis

Sebagaimana dijelaskan oleh Freire, pendidikan gaya bank memiliki efek yang sangat merugikan bagi kaum tertindas karena mengurangi peluang mereka untuk berkembang secara kritis dan berpikir kritis. Guru bertindak sebagai "deposito" pengetahuan dalam sistem ini, yang kemudian diberikan kepada siswa yang bertindak sebagai penerima pasif. Akibatnya, siswa tidak dianjurkan untuk menanyakan, menganalisis, atau mengkritisi materi yang diajarkan. Hal ini membuat situasi kaum tertindas menjadi lebih buruk, karena mereka sudah terperangkap dalam ketidakadilan sosial dan ekonomi.

UNESCO (2020) melaporkan bahwa sekitar 258 juta anak dan remaja di seluruh dunia tidak memiliki akses yang memadai ke pendidikan dasar dan menengah. Orang-orang yang tidak menerima pendidikan formal atau terjebak dalam sistem pendidikan berkualitas rendah seringkali tidak diberi kesempatan untuk memperoleh keterampilan berpikir kritis yang diperlukan untuk menghadapi tantangan. Ketidaksetaraan yang ada justru diperburuk oleh pendidikan bank yang berpusat pada hafalan dan penerimaan informasi tanpa berpikir kritis.

Selain itu, laporan World Bank (2018) menunjukkan bahwa pendidikan yang tersedia di banyak negara berkembang seringkali tidak relevan dengan kebutuhan ekonomi dan sosial siswa. Banyak sekolah terus mengajarkan keterampilan dasar yang tidak sesuai dengan tuntutan dunia kerja yang terus berubah, sementara siswa yang berasal dari keluarga miskin atau daerah terpencil tidak memiliki akses yang cukup ke pendidikan berkualitas. Bukan untuk mendorong siswa untuk berubah, sistem pendidikan ini memperkuat ketidaksetaraan.

Panduan Pendidikan

Paulo Freire mengusulkan pedagogi kritis sebagai alternatif untuk pendidikan gaya bank. Metode ini bertujuan untuk mendorong siswa untuk menjadi lebih cerdas dengan menumbuhkan kesadaran kritis atau kesadaran. Siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan baru, tetapi juga terlibat dalam proses refleksi tentang realitas sosial di mana mereka hidup. Siswa dan guru bekerja sama untuk menemukan dan menganalisis masalah sosial, ekonomi, dan politik yang berkaitan dengan kehidupan mereka.

Sebagai contoh, model pembelajaran kritis telah terbukti meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan sosial dan politik dalam banyak program pendidikan berbasis komunitas di negara-negara berkembang. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Giroux (2011) pendidikan kritis dapat membantu siswa memahami hubungan antara pendidikan dan struktur kekuasaan. Selain itu, pendidikan kritis dapat memberi mereka kemampuan untuk berpartisipasi dalam perubahan sosial. Pendidikan memberikan pengetahuan teoretis dan kemampuan untuk mengatasi ketidakadilan dengan memasukkan konteks sosial siswa dalam pembelajaran.

Studi tambahan oleh McLaren (2003) menunjukkan bahwa pembelajaran kritis juga dapat membantu siswa beradaptasi dengan perubahan dunia yang cepat. Ketika siswa terlibat dalam proses berpikir kritis dan analitis, mereka tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga keterampilan yang dapat membantu mereka menjadi agen perubahan di masyarakat mereka. Mereka dapat menggunakan pengetahuan ini untuk membuat rencana yang berguna untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun