Manggala Lolalola
Karya: Muhammad Lutfi
Sebulan sebelumnya berita koran di Malaysia memuat cerpen tentang pendekar harimau. Manggala jadi terkenal karena cerita silat tentang dirinya. Padahal semua itu hanya cerita hampa bagi kenyataan hidup yang dijalani Manggala. Manggala jujur kepada dirinya sendiri kalau dia telah tertipu mentah-mentah hanya untuk belajar silat. Dia menggerutu dan ingin mengumpat. Dibantingnya koran itu sebab dia sendiri merasa muak.
Dia telah kehilangan uang sebesar nilai motor hanya untuk belajar silat cap harimau. Tetapi pahit mesti dia telan mentah-mentah. Dia hanya tertipu omongan orang saja. Rasanya dia ingin menangis. Apalagi setelah dia menulis di koran dan diterbitkan di Malaysia, jadi terkenal dia sebagai Manggala. Sulit baginya menerima kenyataan itu.
Setelah penat menunggu habisnya kertas dia coret-coret, dia menunggu di kursi dapur. Dia duduk sendirian di dalam gelap. Dia menggerutu dengan dirinya sendiri. Orang-orang apalagi anak kecil sekarang semakin mengenal Manggala. Dia dipermainkan anak kecil yang masih SMP. Manggala anak cupu kalau teriak anak-anak SMP kekinian.
Tentu saja Manggala tidak bisa apa-apa. malam itu dia merungguk sepi. Seperti biasa dia menyalakan rokok dan merokok sampai habis berbatang-batang. Isu-isu mendesis kalau dia kini dikenal sebagai orang keramat. Punya khodam angin badai. Kalau sedang wirid rumornya bisa mengeluarkan angin putting beliung. Itu rumor yang dikatakan orang lalu lalang.
Sehingga Manggala dikenal sebagai orang keramat rumornya. Tetapi Manggala sendiri merasa dia bukan orang keramat. Apa yang datang padanya hanyalah maunah dari Maha Kuasa. Dia berkata, "Sebenarnya perkataan orang itu hanya membuatku semakin besar kepala". Dia tak tahu kalau semua tetangganya sudah memakai ilmu mata batin. Apa yang diucapkan Manggala dalam hati terketahui semua oleh orang-orang di luar rumah.
Hingga dia dicap sebagai orang sombong dan sok-sok'an. Mungkin itu yang menyebabkan Manggala mudah ketipu orang lain.
 Dia ditipu sebesar lima juta, dan hanya diam tidak berani melawan penindasan dari kelompok preman kuli desa itu. Badannya yang kecil dan kurus itu semakin menambah kecut dan bergetar di dalam pikirannya saja. Setiap hari dia terpikir bagaimana harus mengembalikan utang kepada kedua orang tuanya.
Dia tega maling ATM milik orang tuanya hanya untuk membayar biaya silat cap harimau, kalau kata orang yang dia datangi. Manggala mau saja walaupun dia harus mengeluarkan uang kembali untuk membeli pakaian dan biaya perjalanan jauh pulang pergi dari rumahnya. Semenjak dia datang ke padepokan cap harimau itu, dia merasa terror awalnya sudah hilang. Tetapi dugaan dia salah. Terror itu datang kembali semakin besar. Ternyata orang-orang di sana sudah bersekongkol untuk menipu Manggala mentah-mentah.
Hingga suatu saat ibunya menyuruhnya untuk tidak berangkat silat lagi. Ibunya tahu keresahan hati Manggala, kalau Manggala sedang dirundung masalah. Dia ditipu orang mentah-mentah. Adiknya yang tahu itu bahkan sampai marah, ibu dan ayah Manggala juga ikut marah.
"Kamu anak bodoh, bisa-bisanya kamu habiskan uang sebesar itu hanya untuk kegiatan tak berguna," kata ibu Manggala.
"Kamu itu ditipu orang, kamu harus sadar, jangan jadi babu," kata adiknya.
Manggala tersadarkan dengan perkataan ibu dan adiknya. Dia memang telah ditipu mentah-mentah. Dia tak tahu bagaimana harus cara membayar utang kepada ayahnya. Kini dia sadar kalau dia ditipu oleh oknum perguruan yang berlabelkan silat harimau hitam.