Fi'ie yang sudah berkumpul dengan keluarga, teringat dengan siapa sosok orang yang tergeletak tak sadarkan diri di tepi jurang saat itu. Yang raganya dipakai oleh Nyai Pelet. Fi'ie melompat keluar jendela dan berlari ke tepi jurang. Orang itu masih tergeletak tak berdaya.
Fi'ie: wah kasihan benar orang ini, kurawat saja dia di rumahku.
Fi'ie membawa pulang ke rumah, tetapi Lia marah-marah.
Lia: siapa lagi itu, kakang?
Fi'ie: ini adalah orang yang raganya dipakai oleh Nyai Pelet.
Lia: rawat dia kakang. Kasihan sekali.
Fi'ie merawatnya dan mengompresnya dengan air hangat. Wanita itu siuman kembali.
Adelia: dimana aku? Siapa kamu?
Fi'ie: kamu di rumahku, aku Fi'ie yang menolong kamu.
Adelia: suami saya dibunuh Nyai Pelet. Lalu dia pakai raga saya. Saya bersedih.
Fi'ie: sudahlah, tak usah risau dengan segala hal yang berlalu.
Adelia: tapi saya cinta pada suami saya.
Fi'ie: sabar, kamu berasal darimana?
Adelia: dari desa Tambak, di tepi sawah.
Fi'ie: aku akan hantarkan kamu pulang.
Adelia: saya sudah tak punya rumah, rumah saya diobrak abrik oleh tiga orang tak saya kenal.
Lia: ya sudah, sementara tinggal di sini dulu.
Adelia: saya tak mau merepotkan kalian.
Fi'ie: kami tak keberatan.
Adelia akhirnya tinggal di rumah Fi'ie dan menemukan keluarga yang baru. Adelia kadang membantu Lia membuat kain tenung dan menjual kelapa. Tetapi, sebagai manusia, lama-lama Adelia jadi suka merasa sepi dalam hatinya. Ketika Fi'ie mengajarkan mengaji anak-anak, Fi'ie meminta Adelia mengantarkan air minum. Adelia saat itu lupa memakai jarik pundak dan kerudung. Fi'ie tetap manusia biasa. Ternyata Adelia memang sengaja melakukan itu.
Adelia: maafkan aku Lia, aku tak bisa terus kesepian di sini.
Fi'ie seusai mengajar mengetuk pintu Adelia.
Fi'ie: Adelia, kamu sengaja dengan hal tadi kan. Untuk apa kau lakukan itu.
Adelia: saya hanya bisa menangis. (menangis)
Fi'ie: Adelia, kemarilah. (sambil mengusap pundak Adelia dan pipinya)
Fi'ie: kamu bilang pada Lia, bagaimana kalau kamu jadi istri kedua dari Fi'ie.
Adelia: tapi saya takut.
Fi'ie: aku hanya berusaha menolong kamu, siapa tahu ada jalan.
Lia: kakang, aku mendengar pembicaraan kalian. Biar aku saja yang pergi dari sini, kakang.
Fi'ie: Lia......, jangan pergi.
Lia: cukup, kamu menganggapku sebagai apa selama ini. Aku menerima kamu, tetapi kamu masih serakah. Dasar lelaki.
Fi'ie: tidakkkkk, Liaaaaa!
Bersambung.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H