Mohon tunggu...
Muhammad Luqman
Muhammad Luqman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Periset

Mengikuti kegiatan lingkungan menjadi hobi saya untuk mengetahui dan menjadi bentuk kepedulian kepada alam semesta. Selain itu, menjadi periset di bagian hidup saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Opet Project: Polusi Mengancam Masyarakat Jakarta

14 September 2024   08:18 Diperbarui: 14 September 2024   16:42 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis: Raditya Raksi Putra dan Gilang Fajrilansha

(Jakarta, 2 September 2024)Polusi udara menimbulkan kerugian ekonomi hampir $3 triliun, setara dengan 3,3% GDP dunia. Sebuah laporan yang dirilis pada tahun 2020 oleh Greenpeace Asia Tenggara dan Centre for Research on Energy and Clean Air mengungkapkan kematian akibat polusi udara diperkirakan menimbulkan kerugian ekonomi sebesar $2,9 triliun, dan menyebabkan 1,8 miliar hari ketidakhadiran kerja.

Polusi udara merupakan faktor risiko utama penyakit kesehatan kronis dan kematian dini di dunia. Pada tahun 2017, polusi udara bertanggung jawab atas sekitar 5 juta kematian secara global, yang mencakup hampir 9% populasi dunia. Paparan terus-menerus terhadap udara yang tercemar meningkatkan risiko penyakit jantung dan pernapasan, stroke, diabetes, dan kanker paru-paru.

Kualitas udara Jakarta yang buruk bikin alergi Chef Renatta Moeloek kambuh. Tanpa lihat data terkini, dia bisa tahu kualitas udara di sekitarnya sedang tidak sehat tanpa bila alergi itu kambuh. "Tiap ada gejala-gejala, saya cek dan benar," kata Renatta di akun Twitter @moeloekrenatta.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membeberkan penyebab permasalahan kualitas udara di DKI Jakarta yang semakin memprihatinkan. Data menunjukkan, transportasi masih menjadi penyumbang terbesar masalah kualitas udara di DKI Jakarta, baik dari minyak bumi maupun gas. Sektor transportasi menjadi penyumbang polusi udara pertama, yakni 44 persen. Lalu diikuti dengan sektor industri 31 persen, manufaktur 10 persen, perumahan 14 persen, dan komersial 1 persen.

Selain transportasi, penyumbang polusi udara di DKI Jakarta adalah penggunaan batu bara. Penggunaan batu bara menimbulkan adanya emisi Sulfur Dioksida (SO2). Hasil kajian menunjukkan, emisi pencemaran Sulfur Dioksida dengan total 4.257 ton per tahun. Sumber utamanya adalah dari sektor industri manufaktur sebesar 61,9 persen. Dikutip dari Kompas.com, Jumat, DKI Jakarta dikepung 16 PLTU batu bara yang berlokasi di Provinsi Banten dan Jawa Barat.

Industri dan pemukiman yang tidak memiliki tata ruang yang baik dinilai ikut berkontribusi terhadap buruknya kualitas udara di Jakarta, selain sektor transportasi. Karena itu, perbaikan terhadap tata ruang industri dan pemukiman harus menjadi konsen utama pemerintah ke depan.

Kebiasaan masyarakat urban di Angke yang sering terpapar polusi udara tanpa disadari mempengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Setiap hari, banyak yang terbiasa beraktivitas di luar rumah meski udara tercemar, menghirup partikel halus dan gas beracun yang perlahan merusak sistem pernapasan dan kesehatan jantung.

Kekhawatiran tentang dampak polusi udara terhadap masyarakat kelas menengah di kota-kota seperti Angke seringkali terabaikan dalam narasi pembangunan kota global. Fokus pada modernisasi dan transformasi perkotaan untuk mencapai status kota global kerap mengabaikan realitas pemukiman padat dan tidak sehat yang dihadapi warga. Solusi praktis seperti merelokasi penduduk dari wilayah padat tampak mudah di atas kertas, namun pendekatan ini mengabaikan sisi kemanusiaan dan hak dasar warga untuk mendapatkan lingkungan yang sehat tanpa dipindahkan seperti objek.

Acknowledge : Ucapan terima kasih kepada Kampung Susun Akuarium dan Rujak Center for Urban Studies

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun