JELAJAH HUTAN MANGROVE MUARA ANGKE DAN MENGHITUNG KARBON SERAPAN HUTAN MANGROVE
Penulis: Muhammad Luqman
( Jakarta, Selasa dan Minggu, 3 dan 8 September 2024) Perubahan iklim ditandai dengan meningkatnya suhu panas bumi yang utamanya disebabkan oleh aktivitas manusia yang sangat masif. Fenomena efek gas rumah kaca yang menghasilkan gas CO dan CH4 yang terperangkap di atmosfer. Penggunaan transportasi pribadi, asap pabrik, pembakaran sampah, penebangan hutan hingga pembakaran hutan menjadi penyumbang karbon beracun tersebut .Â
Karbon memiliki hubungan erat dengan tumbuhan dalam sistem fotosintesis. Hutan merupakan wilayah yang ditumbuhi oleh banyak tumbuhan, berarti penyerapan karbon di hutan sangat besar, bahkan hutan mangrove memiliki penyerapan karbon 3 kali lebih besar daripada hutan lainnya (Amanda et al., 2021)
Hutan mangrove merupakan ekosistem pesisir yang hidupnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut memiliki hubungan erat antara ragam tumbuhan, hewan, ombak dan substrat didalamnya menandakan bahwa keterkaitan antara ketiganya. Hutan mangrove yang termasuk blue carbon juga memiliki peran penting dalam perubahan iklim, kemampuan sebagai penyerap karbon udara seperti pada umumnya pohon, namun hutan mangrove memiliki kemampuan menyerap lebih banyak. Keterkaitan antara hutan mangrove atau tumbuhan dengan karbon ialah sistem fotosintesis, menangkap karbon yang berada di atmosfer lalu disimpan dalam vegetasinya dalam bentuk biomassa.Â
Mengukur biomassa yang terserap, dapat menjadi gambaran untuk penyerapan karbon atmosfer oleh hutan mangrove. Perhitungan karbon ekosistem mangrove digunakan untuk mengetahui kemampuan hutan mangrove dalam menyerap gas-gas yang menyebabkan perubahan iklim. Upaya perhitungan karbon ini menjadi indikator untuk melakukan tindak pengurangan jumlah CO di atmosfer.
Teluk Muara Angke yang berada di kabupaten Daerah Khusus Jakarta, memiliki banyak sekali hutan mangrove yang menjadi penyangga untuk mengurangi perubahan iklim. Disebabkan adanya reklamasi tentu akan mempengaruhi pertumbuhan hutan mangrove di wilayah Jakarta Utara ini perlu dilakukan untuk mengetahui penyerapan karbon. Hal ini dilakukan untuk mendukung pengelolaan berkelanjutan dan lestari yang berkaitan dengan pencegahan perubahan iklim.
Kegiatan dilaksanakan menggunakan metode survey. Penelitian menggunakan teknik observasi. Pengambilan data mangrove dilakukan pada 2 stasiun dengan penetuan titik 10 x 10 m (pohon). Perhitungan biomassa tanpa melakukan destructive sampling namun menggunakan metode dari IPCC (Haryani et al., 2022) .
Hutan mangrove teluk muara angke didominasi oleh tumbuhan Rhizopora sp. , Sonneratia sp. , Nypa Fruticans. , Avicennia alba. yang merupakan tumbuhan mangrove sejati, yang terkena pasang surut air laut atau juga yang menjadi garda terdepan dalam mengatasi abrasi dan bencana laut lainnya (Anggreana et al., 2021). Â Jenis tumbuhan ini memiliki kerapatan pohon yang berbeda sesuai dengan keadaan atau kondisi lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan. Hal ini penting diketahui untuk menghitung nilai karbon.
Pada stasiun 1 didapatkan kandungan karbon sebanyak 0,0168 ton/ha dan serapan CO2 sebanyak 0.616 ton/ha. pada stasiun 2 didapatkan karbon sebanyak 0,2751 ton/ha dan serapan CO2 sebanyak 1.0098 ton/ha. Menandakan serapan karbon yang didapat masih sedikit untuk mengatasi perubahan iklim.
Maka dari itu untuk wilayah perkotaan sangat diperlukan mitigasi yang serius untuk menangani perubahan iklim tersebut, bukan hanya sekadar menanam pohon, namun kegiatan untuk mengurangi emisi menggunakan kendaraan umum, tidak membuang sampah sembarangan, tidak membakar sampah dan tidak membakar pohon menjadi tindak yang mempengaruhi pertumbuhan pohon di wilayah perkotaan agar tidak terjadi penumpukan karbon yang sukar diserap oleh pohon karena ketidakmampuan atau kapasitas pohon untuk menyerap karbon.
Kolaborasi
Komunitas Mangrove Muara Angke (KOMMA)
Amanda, Y., Mulyadi, A., & Siregar, Y. I. (2021). Estimasi Stok Karbon Tersimpan pada Hutan Mangrove di Muara Sungai Batang Apar Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Ilmu Perairan (Aquatic Science), 9(1), 38--48.
Anggreana, V., Studi, M. P., Biologi, P., Unsyiah, F., Program, D., & Biologi, S. P. (2021). KEANEKARAGAMAN SPESIES MANGROVE DI GAMPONG ALUE NAGA KECAMATAN SYIAH KUALA KOTA BANDA ACEH. In Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP USK (Vol. 6, Issue 3).
Haryani, H., Muhlis, M., & Santoso, D. (2022). Potential Carbon Content in The Coastal Mangrove Forests Area Of West Lombok District, West Nusa Tenggara Province. Jurnal Biologi Tropis, 22(3), 698--704. https://doi.org/10.29303/jbt.v22i3.3647
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H