Mohon tunggu...
Muhammad Lukman Prayoga
Muhammad Lukman Prayoga Mohon Tunggu... -

Pribadi Pembelajar dalam berbagai hal, termasuk dalam menulis. Kritik dan saran sangat dinantikan, terima kasih :)

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Believe in Yourself and You Will be Unstoppable, is That True?

5 September 2018   17:30 Diperbarui: 5 September 2018   20:10 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Placebo, mungkin sebagian dari kita cukup asing dengan istilah tersebut. Istilah placebo sebenarnya merupakan salah satu metode penanganan penyakit dalam dunia kesehatan, dimana pasien akan diberikan obat atau suntikan palsu, yang secara medis sama sekali tidak memiliki kandungan untuk meredakan penyakit pasien. Namun dokter menjelaskan jika obat itu dapat menyembuhkan penyakit pasien. Menurut Dr Frans Liwang, dalam artikel yang dimuatnya di website berita online Kompas, dijelaskan bahwa tujuan dari placebo adalah untuk menguji efektifitas obat dalam tubuh, dan meningkatkan kepercayaan diri pasien terhadap kesembuhanya.

Berdasarkan penelitian, sudah ada pembuktian yang menunjukan efektifitas dari metode ini, seperti penelitian yang dilakukan oleh pakar dari Nottingham University pada tahun 2013. Dalam penelitianya dijelaskan bahwa, placebo terbukti dapat meredakan keluhan sakit yang diakibatkan penyakit osteoartristis (penyakit persendian). Hal tersebut terjadi dikarenakan pengondisian pasien dengan sugesti yang bersumber dari obat palsu yang diberikan beserta penjelasan dari dokter, alhasil sugesti tersebut meningkatkan kepercayaan diri pasien akan kesumbuhanya, dan mampu meredakan rasa sakit yang dirasakan olehnya. Fakta diatas menunjukan bahwa kepercayaan diri atau self-confidence, dapat memberikan pengaruh pada diri seseorang, sebagaimana kepercayaan diri yang dimunculkan oleh placebo.

Selain terjadi pada fenomena placebo tadi, ternyata self-confidence dapat memberikan pengaruh positif pada karir seseorang. Hal tersebut bisa kita lihat pada kasus Bill Gates. Di masa ia awal merintis karir dengan Paul Allen, Gates sempat merasa tidak percaya diri untuk menawarkan bahasa pemrograman yang mereka buat, kepada pihak perusahaan Altair. Namun kemudian, pria kelahiran Seattle ini mencoba menumbuhkan kepercayaan dirinya. Hasilnya siapa sangka, kepercayaan diri Gates berbuah manis, tawaranya diterima oleh pihak perusahaan. Tidak berhenti sampai disitu, dengan self-confidence yang ia miliki, Gates kemudian memberanikan diri untuk mendirikan Microsoft yang produknya sudah biasa kita pakai sekarang, dan hasilnya dengan perusahaan tersebut, membuat CEO Microsoft itu pernah dinobatkan sebagai orang terkaya nomor satu di dunia. Menurut Bill Gates, self-confidence merupakan sesuatu yang vital untuk mencapai kesuksesan, sebab dengan hal tersebut dapat memberikan keberanian dalam mengatasi tantangan.

Dari penjelasan diatas menunjukan bahwa self-confidence memberikan pengaruh positif diri seseorang, salah satunya pada karir. Jika seseorang percaya diri maka potensi sukses dalam karir akan terbuka lebar, namun jika tidak percaya diri potensi tersebut bisa jadi tertutup.

Self-Confidence

Self-confidence atau kepercayaan diri menurut KBBI memiliki arti yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan yang dimiliki (bahwa akan dapat memenuhi harapannya dan sebagainya). Sedangkan menurut Sigmund Fred kepercayaan diri adalah sesuatu tingkatan rasa sugesti tertentu yang berkembang dalam diri seseorang sehingga merasa yakin dalam berbuat sesuatu. 

Berdasarkan dua definisi tersebut, bisa kita tarik kesimpulan bahwa Self-confidence merupakan perasaan/sugesti seseorang yang merasa yakin benar akan kemampuan, kelebihan, atau aspek lain yang ada dalam dirinya. Dan dengan keyakinan itu, memunculkan rasa mampu untuk mencapai tujuan atau harapan yang diinginkan.

magazine.job-like.com
magazine.job-like.com
Self-confidence ini begitu penting dalam kehidupan karir seseorang. Menurut Iswidharmanjaya dan Agung, penulis buku "Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri" menyebutkan bahwa seseorang yang percaya diri, mampu mengaktuskan segala potensi yang dimilikinya secara yakin, mampu meningkatkan motivasi dalam setiap prilakunya, dan mampu meningkatkan kreativitas, sikap pengambilan keputusan, nilai-nilai moral, pandangan, serta harapan. Begitupun sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki tingkat Self-confidence yang baik, maka ia akan sulit menemukan gairah dalam bekerja, dan sulit mengaktuskan potensi dirinya dalam bekerja, walaupun ia memiliki keahlian mumpuni, serta dilengkapi segudang pengetahuan.

Dari penjelasan diatas, dapat kita simak betapa besarnya pengaruh Self-confidence dalam kehidupan karir seseorang, namun disisi lain hal itu menimbulkan pertanyaan dibenak penulis. "Apakah bisa kita meraih kesuksesan karir, hanya bermodalkan percaya diri?", "Apakah benar, ungkapan believe in yourself and you will be unstoppable, atau believe in yourself anything is possible yang kadang kita temui di quote motivasi atau status seseorang?".

Objektif Terhadap Diri Sebagai Penunjang Self-Confidence

Objektif menurut KBBI bermakna keadaan yang sebenarnya, atau sesuai dengan fakta yang ada. Seseorang dikatakan objektif ketika ia menilai sesuatu sesuai dengan fakta yang ada, bukan dengan pandangan pribadi yang belum bisa diuji kebenaranya. Keobjektifan diperlukan juga dalam dalam Self-confidence. Sebab dengan objektifitas seseorang akan mampu menilai kemampuan, pengetahuan, dan kondisi lain dalam diri, secara tepat, dan berdasarkan fakta yang ada.

Self-confidence tanpa menimbang kapasitas diri (nekat), justru akan menjadi bumerang yang memberikan mudharat terhadap diri sendiri dan lingkungan. Ilustrasinya seperti seseorang yang dengan berani terjun kelautan untuk menolong anak yang tenggelam, namun ternyata orang tersebut tidak bisa berenang. Alhasil, sang anak tidak tertolong, dan orang tersebut justru menjadi salah satu korban juga. Dari ilustrasi tersebut, sangat jelas bahwa objektifitas dalam mengukur kapasitas diri, sebelum memunculkan Self-confidence, begitu penting untuk dilakukan.

Ketika kita telah menilai diri secara objektif, hasilnya adalah dapat memunculkan dua potensi. Potensi yang pertama adalah, secara objektif kita mampu melakukan apa yang ingin dilakukan, karena memiliki pengetahuan, kemampuan, dan aspek lain yang memadai. Sedangkan potensi kedua ialah, objektifnya memang kita tidak memiliki atau kurang secara kapasitas untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Jika potensi pertama yang muncul, maka sisanya tinggal menumbuhkan Self-Confidence, sebab jika secara kapasitas sudah siap, kemampuan sudah mumpuni, pengetahuan sudah mencukupi, sudah tidak ada alasan untuk tidak percaya diri. Namun jika objektifnya masih banyak kekurangan, solusinya adalah menurunkan target menjadi lebih realisitis untuk dicapai dengan kondisi yang ada sekarang, atau memberanikan diri mengejar target yang sama, dengan berusaha melayakan diri untuk bisa mencapai tujuan yang kita inginkan.   

Menjalankan Upaya Melayakan Diri

Bagi seseorang yang secara objektif memang tidak memadai secara kapasitas, bukan tidak mungkin mendapatkan tujuan yang diinginkan, apabila menjalankan upaya  melayakan diri. Makna melayakan diri disini adalah membuat aspek-aspek dalam diri kita baik pengetahuan, keahlian, moral, dan aspek lain dalam diri menjadi pantas, atau patut untuk bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. 

Contohnya, seorang ingin mencoba membuat sebuah tulisan, namun disisi lain secara objektif ia sadar bahwa kemampuan penulisannya kurang begitu baik. Jika ia tetap ingin mencapai keiinginanya, maka ia dapat melayakan diri dengan cara melatih kemampuan menulisnya, entah dalam hal sistematika penulisan, membuat kalimat penjelas, dan cara lainnya. Dengan begitu, ia bisa memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menulis.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk melayakan diri. Jika kurang dalam hal kemampuan, maka bisa menjalani pelatihan demi pelatihan agar dapat meningkatkan skill yang kita butuhkan. Jika kurang dalam hal pengetahuan, maka carilah pengetahuan tersebut dari sumber-sumber yang telah tersedia. Jika moral atau kepribadian yang masih kurang, mulailah untuk merencanakan strategi pembangunan moral tertentu, aktuskan dalam kehidupan sehari-hari, dan kemudian biasakan.

Bukti Sukses Self-Confidence dengan Objektif Terhadap Diri dan Menjalankan Upaya Melayakan Diri

Bukti sukses Self-Confidence dalam karir, dengan melalui tahapan penilaian yang objektif dan tahapan menjalankan upaya melayakan diri bisa kita lihat pada diri Jessica Cox. Jessica merupakan perempuan yang lahir di Arizona, Amerika, dengan kondisi yang disebut congenital amputee, atau bayi yang lahir tanpa lengan. Dari kecil sampai dewasa, sudah cukup banyak cemoohan yang didapatkan olehnya. 

Dari mulai ejekan "Robot Girl" sampai pandangan sebelah mata dari rekan kerjanya, tidak jarang ia dapatkan. Ada kalanya hal tersebut membuat dirinya tidak percaya diri, namun Jessica berusaha bangkit, dan menghiraukan cemoohan tersebut.

liputan6.com
liputan6.com
Kondisi congenital amputee, lahir tanpa kedua lengan tentu sangat menyulitkan dirinya, terlebih lagi cita-citanya menjadi seorang pilot. Jessica memandang objektif akan kondisinya ini, dan kemudian mencoba melayakan dirinya dengan cara melatih kedua kakinya, agar mampu mengendarai pesawat sebagaimana mimpinya selama ini. Aktivitas sehari-hari, termasuk mengikuti kelas taekwondo ia lakukan semuanya dengan kaki, ia berharap kakinya kelak mampu mengoprasikan panel kemudi pesawat secara lihai. Dan hasilnya ajaib, buah dari kepercayaan diri yang ditunjang oleh penilaian objektif terhadap diri, serta upaya melayakan diri telah membuatnya mampu menerbangkan pesawat setinggi 10.000 kaki. Kemudian, Guinness World Record menobatkan Jessica Cox, sebagai manusia tanpa lengan pertama dalam sejarah penerbangan dunia, yang mendapatkan sertifikat pilot.

Kesimpulan

Dari apa yang disampaikan diatas, kita dapat mengetahui pentingnya Self-Confidence dalam berkarir. Namun, tidak cukup jika hanya dengan bermodalkan Self-Confidence, seseorang berusaha mendapatkan apa yang dia kejar dalam karir. Perlu adanya penilaian yang objektif pada potensi diri, dan berusaha membuat diri menjadi layak disaat kapasitas diri belum mencukupi. Jika kedua hal tersebut telah dipertimbangkan, dan dilakukan, maka tidak ada alasan untuk tidak percaya diri, dan bukan menjadi kemustahilan untuk mendapatkan cita-cita dalam karir.

Allah pun sebetulnya telah memerintahkan kita untuk senantiasa percaya diri. Seperti dalam firmanya di QS  Ali Imran : 139 yang artinya, "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun