Mohon tunggu...
Muhammad Leksono
Muhammad Leksono Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Semua karya yang tercipta dibantuan oleh secangkir teh.

Bukan pencinta kopi, tapi ingin membuat kedai kopi. Lebih suka minum teh. Masih mencari jadi diri, hal itulah yang membuat saya masih asik sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lebih Penting Rebahan atau Berkarya?

29 November 2019   10:59 Diperbarui: 29 November 2019   11:21 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan Rebahan terus, ayo bangkit ! Kejar cita-cita kamu. Sumber gambar: freepik.com

Mungkin semua orang setuju kalau rebahan adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada hambanya yang berjiwa lelah. Masing-masing orang memiliki berbagai tipe rebahan yang berbeda beda; ada yang rebahan sambil main hp/laptop, ada yang rebahan sambil baca novel kesayangan, ada yang rebahan sambil denger musik yang lagi hit, ada juga yang niatnya rebahan eh malah molor.

Bukan tanpa alasan, rebahan dilakukan orang karena banyak faktor dan keperluan; Lelah setelah kuliah dengan tugas segudang, lelah karena dikejar target kerjaan, lelah karena mencari pekerjaan tapi enggak kunjung dapat, bahkan lelah menunggu kepastian hubungan yang menggantung.

Tubuh butuh istirahat makanya rebahan.

Tidak ada yang melarang rebahan, silakan saja. Asal sesuai kebutuhan, jangan satu hari penuh digunakan untuk rebahan, karena yang berlebihan itu enggak baik (Termasuk mencintai dia berlebihan, tapi ujung-ujungnya ditikung teman seperjuangan).

Lalu kenapa kita lebih senang rebahan? Karena zaman sudah canggih, apa saja tinggal klik di gawai, ini itu ada di gawai, tinggal klik bayar dan apa yang diinginkan datang ke rumah tanpa buang tenaga. Dan satu lagi yang menjadi alasan; karena diberikan waktu luang. Kita dikasih bonus jam kosong untuk kita gunakan sebaik mungkin. Ingat pepatah "Waktu adalah uang".

Namun, persoalan utamanya, apakah setiap jam kosong harus kita gunakan untuk rebahan saja? Saya rasa tidak. Banyak hal yang bisa kita lakukan, contohnya; jalan-jalan dengan keluarga, nongkrong bareng sahabat, lari sore sambil menikmati indahnya senja, menghabiskan waktu untuk introspeksi diri, bahkan berkarya.

Tapi di antara semua yang saya sebutkan, berkarya adalah fokus utama untuk mengisi kekosongan. Kenapa? Berkarya merupakan suatu anugerah juga, sama seperti rebahan. Tidak semua orang bisa atau punya waktu untuk berkarya.

Hanya segelintir orang saja yang mau berkarya sejak muda, bahkan enggan berkarya karena menganggap "Enggak ada duitnya" benar juga sih, tapi rebahan juga kan enggak ada duitnya?

Pendahulu kita saja banyak yang berkarya. 

Orang dulu berkarya untuk bangsanya, beliau menggunakan keahliannya untuk membangkitkan semangat perjuangan untuk bangkit dari penjajahan. Contohnya Bung Hatta, beliau gunakan kecerdasannya untuk menulis buku mengenai pentingnya kebangsaan, Affandi menggunakan lukisannya untuk menggambar poster semangat perjuangan bersama Chairil Anwar yang bertuliskan "Boeng, Ajo Boeng!" sebagai pembakar semangat para pejuang bangsa kala itu.

Mereka berkarya demi tanah air, walau karya yang mereka buat kadang dirampas, atau disita oleh para penjajah, tapi mereka tidak pernah patah semangat, mereka tetap berkarya. Bukan karena uang, tapi karena hati memanggil mereka demi tanah air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun