Mohon tunggu...
Muhammad Khrisna
Muhammad Khrisna Mohon Tunggu... Seniman - Seniman (?)

Hi, selamat datang di blog saya. Blog ini berisi berbagai dinamika kehidupan di dalam dunia kesenian.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kuliah Seni Murni Masa Depan Suram? Apakah Benar?

29 Oktober 2022   22:43 Diperbarui: 29 Oktober 2022   23:04 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mungkin sebagian besar orang tua akan cukup bingung ketika mendengar sang anak mengatakan ingin berkuliah mengambil jurusan Seni Murni, satu kata yang mungkin akan keluar dari mulut orang tua adalah "Mau jadi apa?" atau pertanyaan lainnya seperti "Kerjanya nanti apa?". 

Dua kata tersebut bagi sebagian besar orang mungkin akan kesulitan menjawabnya termasuk saya ketika pada awalnya memilih untuk masuk ke dalam jurusan Seni Murni. 

Lantas apa sebenarnya jurusan seni murni? apa yang membedakannya dengan seni rupa? ya sebenarnya seni murni dan seni rupa merupakan satu kesatuan, yang membedakan hanya secara spesifik bahwa seni murni adalah seni yang mengutamakan keindahan dengan media yang umumnya dikenal sebagai seni lukis, seni patung dan seni grafis. 

Sedangkan seni rupa mencakup wilayah yang cukup luas yang berkaitan dengan berbagai bidang seperti desain, kriya (atau yang biasa disebut seni terapan seperti keramik,tekstil dan kayu) atau pun animasi. 

Umumnya orang tua atau masyarakat umum akan hanya menganggap kegiatan melukis hanyalah sekedar kegiatan sampingan, seni patung dianggap sebagai orang-orang yang hanya kerjanya membuat berhala, dan seni grafis yang sering kali dianggap asing ataupun disalahartikan sama dengan desain grafis.

Kesalahpahaman tersebut lah yang sering kali membuat seni murni dianggap sebagai gurusan yang tidak punya masa depan. Selain faktor yang disebutkan tadi ada beberapa hal lainnya yang menurut saya pribadi cukup menghambat berkembangnya seni murni di Indonesia.

1. Kurangnya apresiasi yang baik dari masyarakat 

Ini merupakan permasalahan seni rupa yang cukup mendasar namun tidak mudah menemukan solusi untuk mengatasinya. 

Apresiasi yang dimaksud oleh saya adalah sering kali pekerja seni di Indonesia dibayar dengan harga yang tidak sesuai dengan hasil kerja kerasnya, saya akan memberikan contoh kasus yang sering terjadi di sekitar saya dan teman-teman saya seperti kalimat "Gambarin muka gua dong, tapi gratis ya? kan kita temen" atau "yaelah cuma desain hitu doang masa bayar?  dan dipaksa serba bisa namun ingin mendapatkan harga yang murah. 

Padahal dibalik itu semua ada tenaga yang diperlukan ketika membuat, ada ide yang harus dicari dengan susah payah & waktu yang lumayan panjang untuk melatih kemampuan. Yang cukup disayangkan bahkan yang melakukan hal-hal tersebut Adalah keluarga sendiri ataupun oknum dari instansi Pemerintah (yang seharusnya mendukung) 

2. Literasi yang kurang mengenai fungsi seni & tentang seni

Masyarakat umumnya hanya menganggap fungsi seni sebagai hiburan mata semata dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu saja (ya meskipun opini tersebut tidak sepenuhnya salah) namun terdapat banyak fakta yang masyarakat tidak sadari, dari seni murni yang berperan penting baik dalam sejarah ataupun keseharian. 

Contohnya adalah poster-poster propaganda pada era kemerdekaan yang mengajak pemuda-pemudi ikut untuk berjuang, beberapa perupa yang menjadi dokumentasi secara manual dengan melukis di tempat ketika perang hingga komik harian di koran ataupun internet sebagai media kritik.  

Masalah ketidaktahuan pun juga berdampak pada dunia pekerjaan ketika lulusan seni murni seringkali dianggap tidak bisa mengimplementasikan pengetahuannya ke pekerjaan lain, padahal seni murni merupakan dasar dari segala hal yang berkaitan dengan visual. 

Beberapa contohnya adalah para mahasiswa seni murni umumnya mempunyai kemampuan mendasar seperti sketsa yang bisa diterapkan ke dalam pekerjaan membuat storyboard untuk film atau ide iklan, lalu seni grafis bisa menerapkan teknik screenprint (umumnya dikenal dengan sablon) ke dalam dunia konveksi, serta beberapa teknik seni patung bisa digunakan untuk membuat properti untuk perfilman, panggung musik ataupun kebutuhan artistik lainnya.

Kemudian ilmu nirmana dan estetika yang dapat digunakan di segala bidang agar membuat sesuatu terlihat indah dan terakhir kemampuan dalam mengolah sebuah konsep, Karena lulusan seni murni umumnya sudah terlatih dalam membuat konsep yang kemudian dapat dituangkan ke dalam sebuah karya.

Jika kita kembali ke pertanyaan awal "apakah lulusan seni murni masa depannya cukup suram?" jawabannya ya tidak juga selama masyarakat mau memahami dan tidak asal memberi stigma. Satu hal lagi yang menjadi faktor pendukung keberhasilan menghapus stigma buruk tersebut secara perlarn adalah institusi seni itu sendiri juga yang harus mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan Industri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun