Dalan artikel ini ,kita akan membahas mengenai "Moderasi Beragama Dan Respon Generasi Milenial".
Moderasi beragama menjadi salah satu bentuk toleransi terhadap ummat beragama satu sama lain.
Mengutip dari lamaran resmi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag), pengertian moderasi beragama adalah cara pandang sikap dan perilaku beragama dan dianut dan di praktikan oleh sebagian besar penduduk di Indonesia,dari dulu hingga sekarang. Dalam konteks akidah dan hubungan umat beragama moderasi beragama adalah menyakini kebenaran agama sendiri secara radikal dan menghargai, serta menghormati penganut agama lain yang yang menyakini agama mereka tanpa harus membenarkannya. Selain itu moderasi beragama dapat di artikan sebagai sikap,cara pandang, dan praktik beragama dengan cara mengedepankan aspek kemanusiaan dan kemaslahatan sesuai dengan konsep Pancasila.
Menurut Prof M. Quraish Shihab,moderasi beragama dalam Al-Qur'an berarti "wasathiyah" yang berarti pertengahan. Maksudnya pertengahan adalah adil,baik,terbaik,dan paling utama.
Dalam hal ini,QuraishShihab melihat dalam wasathiyah terdapat empat pilar penting,yaitu:
Pertama,pilar keadilan yakni adil dan tidak memihak kepada salah satu seseorang yang berselisih.
Kedua,pilar keseimbangan berarti dalam suatu kelompok terdapat banyak bagian yang mengarah pada satu tujuan yang penting syarat dan kadar dapat terpenuhi semua bagian.
Ketiga,adil artinya dapat memberikan hak-haknya pada setiap individu sesuai dengan hak-hak pemiliknya.
Keempat,adil yang di nisbatkan pada ilahi,artinya Rahmat dan kebaikan.
Moderasi beragama bagi semua agama memiliki tujuan untuk saling berdamai, empati, dan saling menghargai setiap perbedaan keyakinan.
Toleransi dapat di jadikan sebagai sikap dalam menghargai dan menghormati setiap perbedaan antar individu atau kelompok baik masyarakat maupun agama.
Selain itu, moderasi beragama juga sebagai upaya dalam menghormati setiap perbedaan dan menjaga keutuhan Bhinneka Tunggal Ika.
Berikut ini adalah beberapa nilai-nilai dalam moderasi beragama, diantaranya sebagai berikut:
*Toleransi adalah sikap paling menghormati dan menghargai terhadap suatu perbedaan.
*Kerjasama adalah sikap yang harus di miliki setiap individu atau kelompok dalam menerapkan moderasi beragama.
*Adil adalah tidak memilih salah satu pihak yang sedang menghadapi perselisihan.
*Rahmat dan kasih adalah sikap yang sangat penting di miliki baik individu atau kelompok masyarakat sehingga mampu menumbuhkan kecintaan dan perdamaian.
Di sampaikan oleh Reza Ahmad Zahid atau yang akrab di sapa Gus Reza pengasuh Ponpes Al-Mahrusiah,Lirboyo kediri bahwa generasi milenial sebagai insan yang berakal harus dapat mengetahui zamannya, serta gejala dan perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Tak hanya itu, ia juga menyampaikan bahwa generasi milenial harus melakukan hal yang positif untuk merespon segala gejala dan perubahan yang terjadi. Hal positif yang dilakukan tak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tapi juga bermanfaat bagi orang banyak di sekitarnya.
"Generasi bangsa itu harus melakukan tiga hal, yaitu 'arifan bi zamanih,mustaqbilan bi sya'nih dan 'arifan bi rabbin. Yang di maksud dengan 'arifan bi zamanih yaitu seorang yang mempunyai akal harus mengetahui zamannya, serta gejala dan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Sedangkan yang di maksud mustaqbilan bi sya'nih, dimana generasi bangsa harus melakukan hal-hal yang positif. Jadi tidak hanya memberi energi positif untuk diri sendiri, melainkan untuk orang lain,"jelasnya.
Selain merespon gejala dan perubahan yang terjadi di sekitar, generasi milenial juga harus dapat menyeimbangkan dengan mendekat kan diri kepada Sang Maha Kuasa, serta mengikuti prinsip ajaran agama Islam. Demikian di sampaikan Gus Reza bahwa setelah merespon gejala dan perubahan, serta melakukan hal yang positif. Maka, hal terakhir yang harus dilakukan yaitu tetap mendekatkan diri kepada Sang pencipta alam semesta.
" 'arifan bi rabbih, mengetahui tuhannya, dia harus berprinsip pada jalan yang tidak tunjukkan oleh tuhannya, yaitu Al-Qur'an dan hadits. Ikutilah zaman yang seperti ini, tapi tidak boleh tergerus dengan zaman,"ujarnya.
"Yang lock down itu buminya, tapi langitnya tak pernah lock down. Kita harus terus berdoa. Langitnya tak pernah tertutup 24 jam. Kita akan selalu dekat pada Allah dan berdoa kepada Allah. Kita harus optimis. Idza ahabbalallahu 'abda ibtalahu,yang artinya jika Allah mencintai, maka dia akan mengujinya,"tutur Gus Reza.
Tak jauh berbeda dengan Gus Reza Makki Nasir atau kerap di panggil Ra Makki pengasuh ponpes Falahun Nashirin, Senenan, Bangkalan mengatakan, mati dan hidup seseorang tak lepas dari sebuah cobaan dan ujian.
"Sebagaimana tertuang dalam ayat Al-Qur'an surat Al-Mulk ayat 2, yaitu alladzi kholaqol mautawal haya taliyab luwakum ayyukum ahsanu'amala artinya yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya ,"ucapnya.
Dengan begitu generasi milenial dapat terus berusaha melakukan yang terbaik dengan menggunakan setiap pengetahuan yang di miliki untuk terus berkarya dan berkreasi, seperti yang di sampaikan Ra Makki, di era digital saat ini tak ada sekat antara bangsa dan agama, maka generasi milenial harus mampu membungkus segala ide menjadi sebuah inovasi baru.
Materi bersumber dari :
kumparan.com
Dan Istimewa/PWNU) dari Ning Izmi Nugraheni | 14 Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H