Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama (ISHARI) merupakan salah satu organisasi seni keagamaan yang memiliki akar kuat di lingkungan Nahdlatul Ulama. Seni hadrah sendiri adalah bentuk seni Islam yang memadukan pujian kepada Nabi Muhammad SAW dengan alunan musik tradisional seperti rebana. ISHARI menjadi wadah bagi para penggiat seni hadrah dalam melestarikan tradisi sekaligus memperkuat syiar Islam di masyarakat.
Di Kecamatan Bungah, Gresik, ISHARI memiliki sejarah panjang yang kini mulai memudar dari ingatan. Keberadaan ISHARI di wilayah ini tidak lepas dari peran Haji Abdus Salim, seorang tokoh yang berjasa menggerakkan kegiatan hadrah di Desa Mojopuro Wetan dan sekitarnya.Â
Pada sekitar tahun 1988, Haji Abdus Salim bersama Ta'mir Masjid Al-Falah, Mojopuro Wetan, memulai langkah penting dalam membangun ISHARI di Kecamatan Bungah. Dengan dukungan penuh dari pengurus masjid, kegiatan hadrah mulai berkembang dan menyebar ke desa-desa sekitar.
Masjid Al-Falah di Desa Mojopuro Wetan menjadi pusat pertama berkumpulnya para pecinta seni hadrah. Kegiatan ini awalnya dipimpin langsung oleh Haji Abdus Salim yang juga dikenal sebagai sosok berpengaruh dalam masyarakat. Berbekal semangat syiar dan pelestarian tradisi, beliau mengajak generasi muda untuk aktif dalam kegiatan hadrah. Dari satu desa ke desa lain, ISHARI perlahan tumbuh menjadi kekuatan seni dan budaya yang mendalam di kalangan masyarakat setempat.
Pada masa kejayaannya, ISHARI di Kecamatan Bungah menjadi wadah utama bagi para pecinta hadrah untuk mengekspresikan kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad melalui lantunan puji-pujian yang indah dan mendalam. Setiap kali ada acara keagamaan atau peringatan hari besar Islam, grup-grup hadrah dari berbagai desa ikut memeriahkan acara tersebut.Â
Dengan mengenakan seragam khas, mereka tampil dengan penuh semangat dan kebanggaan. Acara-acara seperti Maulid Nabi dan Haul menjadi momen penting bagi ISHARI untuk menunjukkan eksistensinya di hadapan masyarakat luas.
Namun seiring berjalannya waktu, kejayaan ISHARI di Kecamatan Bungah mulai meredup. Banyak faktor yang memengaruhi kondisi ini, salah satunya adalah perubahan sosial dan perkembangan zaman. Generasi muda yang dulu aktif dalam kegiatan ISHARI mulai sibuk dengan aktivitas lain yang lebih modern, sehingga seni hadrah pun perlahan ditinggalkan. Hal ini menyebabkan sejarah ISHARI di Bungah, yang dulu begitu berpengaruh, kini mulai kabur dari ingatan kolektif masyarakat.
Meskipun demikian, upaya untuk melestarikan ISHARI terus dilakukan oleh beberapa pihak, termasuk para pengurus masjid dan komunitas setempat yang masih peduli pada kelestarian seni hadrah. Mereka berusaha menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan ISHARI dengan harapan generasi muda bisa kembali mengenal dan mencintai seni hadrah. Dukungan dari masyarakat dan pemerintah setempat sangat diperlukan untuk menjaga agar tradisi ini tidak hilang ditelan zaman.
Sejarah panjang ISHARI di Kecamatan Bungah, yang dimulai dari tangan Haji Abdus Salim dan berkembang dari Masjid Al-Falah Mojopuro Wetan, adalah bagian penting dari warisan budaya Islam di Gresik. Kini, saat jejaknya mulai memudar, tugas kita adalah merawat dan melestarikan agar seni hadrah tetap hidup di hati masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H