entrepreneur berbasis syariah.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki potensi luar biasa dalam mengembangkan sektor ekonomi syariah, terutama di bidang kuliner. Dengan meningkatnya tren wisata halal global, bisnis kuliner halal semakin diakui sebagai salah satu pilar penting dalam mendukung pariwisata berbasis syariah. pada posisi inilah maka akan membuka peluang sebagian masyarakat yang memiliki semangatSejak beberapa tahun terakhir, kesadaran masyarakat akan pentingnya produk halal terus meningkat. Data dari Global Islamic Economy Report menunjukkan bahwa belanja makanan dan minuman halal oleh Muslim global mencapai lebih dari USD 1 triliun pada 2022, dengan Indonesia sebagai salah satu kontributor utamanya. Hal ini mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk beralih atau menyesuaikan produknya sesuai dengan standar halal.
Di Indonesia, pemerintah melalui Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) telah menetapkan roadmap pengembangan ekonomi syariah yang mencakup penguatan sektor makanan halal. Kota-kota seperti Bandung, Makasar, dan Lombok telah menjadi contoh bagaimana kuliner halal mampu mendukung wisata halal secara keseluruhan. Di Bandung misalnya, pelaku UMKM kuliner tidak hanya mendapat sertifikasi halal tetapi juga dilatih untuk mengemas produk mereka agar menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Benchmarking: Belajar dari Daerah Sukses
Lombok, yang dikenal sebagai "Pulau Seribu Masjid," telah berhasil memanfaatkan label wisata halal untuk menarik lebih banyak wisatawan Muslim. Di sektor kuliner, pemerintah daerah bekerja sama dengan pelaku UMKM untuk memastikan seluruh rantai pasok memenuhi standar halal. Hasilnya, Lombok menerima penghargaan sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia pada 2019.
Pada 2024, Indonesia dinobatkan sebagai Destinasi Wisata Halal Terbaik 2024 dalam Mastercard Crescent Rating oleh Global Muslim Travel Index (GMTI). Prestasi ini diraih melalui skor tinggi akumulasi nilai dari aspek aksesbilitas, komunikasi, lingkungan, dan layanan pariwisata halal. Wisata halal 2024 dalam analisis GMTI, mencatatkan nilai belanja wisatawan Muslim global yang diperkirakan mencapai 200 miliar dolar AS, sehingga sektor wisata halal jelas menjadi salah satu pilar ekonomi syariah yang menjanjikan.
Pemerintah Indonesia dan pelaku industri telah memanfaatkan momentum ini dengan berbagai inisiatif seperti penyelenggaraan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2024. Kegiatan ini mempromosikan layanan halal Indonesia di pasar internasional dan memperkuat daya saing destinasi wisata halal di negara ini. Tentunya, dukungan sekaligus potensi besar untuk dikembangkan adalah kuliner halal. Pelaku UMKM memegang peran vital dalam menggerakkan roda bisnis kuliner halal. Namun, banyak dari mereka menghadapi kendala seperti kurangnya pemahaman tentang proses sertifikasi halal dan keterbatasan akses modal. Untuk mengatasi hal ini, berbagai program telah dijalankan, seperti pelatihan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan KNEKS, serta pendampingan oleh bank syariah.
Selain itu, digitalisasi menjadi kunci utama dalam meningkatkan daya saing UMKM kuliner halal. Platform seperti Halal Local dan Hijab Traveler membantu menghubungkan produk halal dengan wisatawan. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan visibilitas tetapi juga menciptakan peluang ekspor. Indonesia perlu memastikan layanan dan produk halalnya memenuhi standar internasional, seperti Crescent Rating atau Global Muslim Travel Index (GMTI). Sertifikasi halal untuk restoran, hotel, dan layanan wisata harus diperluas dengan melibatkan lembaga terpercaya.
Tantangan dalam Bisnis Kuliner Halal
Meskipun potensinya besar, sektor ini menghadapi tantangan signifikan. Pertama, proses sertifikasi halal seringkali dianggap rumit dan mahal bagi pelaku usaha kecil. Kedua, masih kurangnya edukasi masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi makanan halal secara konsisten. Ketiga, persaingan dengan produk non-halal yang sering kali lebih murah dan mudah diakses.