Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Human Resources - Researcher / Paradigma Institute

Penikmat kopi robusta dan kopi arabika dengan seduhan tanpa gula, untuk merasakan slow living di surga zamrud khatulistiwa.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Kerang Hijau Semarang, Potensi Gizi yang Terkubur Limbah Industri

9 Januari 2025   08:36 Diperbarui: 9 Januari 2025   08:36 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerang Hijau Asam Pedas Menjadi Salah Satu Hidangan Favorit Penikmat Seafood (Sumber: Tribun Medan)

Perairan utara Semarang, yang menjadi salah satu sumber kehidupan masyarakat nelayan, kini menghadapi tantangan besar akibat pencemaran industri. Kerang hijau (Perna viridis), salah satu komoditas unggulan yang dahulu menjadi andalan ekonomi nelayan setempat, kini semakin sulit dipasarkan. Pencemaran industri telah mencoreng citra kerang hijau, mengubah potensi gizinya menjadi ancaman kesehatan. Namun, di balik masalah ini, terdapat peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan kembali ekonomi nelayan dengan langkah-langkah strategis.

Kerang hijau dikenal kaya akan nutrisi, termasuk protein, omega-3, zat besi, dan vitamin B12, yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Namun, pencemaran limbah industri, terutama logam berat seperti merkuri, timbal, dan kadmium, telah mencemari habitat kerang hijau. Riset menunjukkan bahwa kerang hijau memiliki kemampuan bioakumulasi yang tinggi, sehingga cenderung menyerap zat-zat berbahaya dari lingkungan sekitarnya.

Konsumsi kerang hijau yang terkontaminasi dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius, mulai dari keracunan akut hingga risiko penyakit kronis seperti kanker. Kondisi ini memaksa masyarakat untuk meninggalkan kerang hijau sebagai sumber makanan, meskipun potensinya sebagai sumber nutrisi tetap tinggi jika dikelola dengan baik.

Kerang Hijau Asam Pedas Menjadi Salah Satu Hidangan Favorit Penikmat Seafood (Sumber: Tribun Medan)
Kerang Hijau Asam Pedas Menjadi Salah Satu Hidangan Favorit Penikmat Seafood (Sumber: Tribun Medan)

Perairan utara Semarang menjadi salah satu kawasan yang rentan terhadap pencemaran akibat aktivitas industri, termasuk pabrik tekstil, galangan kapal, dan limbah domestik yang tidak terkelola dengan baik. Penelitian dari berbagai lembaga lingkungan mengidentifikasi bahwa limbah cair yang dibuang tanpa pengolahan memadai menjadi penyebab utama degradasi kualitas air di kawasan ini. Ironisnya, pengawasan terhadap industri pencemar masih lemah. Padahal, regulasi seperti Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah menetapkan standar baku mutu air. Ketidakpatuhan terhadap aturan ini tidak hanya merugikan lingkungan, tetapi juga mengancam kehidupan masyarakat nelayan yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem laut.

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan Yayaan Amerta Air Indonesia misalnya, mencatat 48 industri di wilayah Teluk semarang. Sejumlah industri yang ada, diduga turut andil dalam masifnya pencemaran laut. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Perlu segera dilakukan pemulihan ekosistem laut. Pemerintah dan pelaku industri harus bekerja sama untuk mengurangi pencemaran di perairan utara Semarang. Teknologi pengolahan limbah ramah lingkungan harus diterapkan, dan perusahaan yang melanggar aturan harus diberikan sanksi tegas.

Nelayan dapat diarahkan untuk diversifikasi produk laut mengembangkan produk laut lain yang kurang rentan terhadap pencemaran, seperti budidaya rumput laut atau ikan yang dibudidayakan di kolam terkontrol. Oleh karenanya, komunitas kampus dan institusi riset perlu mengembangkan metode untuk mendeteksi dan mengeliminasi kontaminan pada kerang hijau maupun ekosistem pesisir Utara Semarang, sehingga produk laut yang dihasilkan dapat kembali dipasarkan dengan jaminan keamanan pangan. Selain itu, edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan laut sangat penting untuk menciptakan kesadaran kolektif.

Pemerintah dapat memberikan subsidi atau insentif bagi nelayan untuk beralih ke metode budidaya yang lebih aman. Selain itu, menciptakan akses pasar yang lebih luas dengan bantuan teknologi digital dapat membantu meningkatkan pendapatan nelayan. Labelisasi produk "kerang hijau aman" berdasarkan hasil uji laboratorium dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk ini. Labelisasi ini harus didukung oleh regulasi ketat dan pengawasan berkala. Jangan sampai nanti, ikan kaleng kemasan yang tidak jelas menjadi menu makan bergizi gratis, yang justru tidak terkontaminasi merkuri.

Kerang hijau perairan Semarang memiliki potensi ekonomi yang besar jika tantangan pencemaran dapat diatasi. Dengan langkah-langkah strategis dan komitmen dari semua pihak, produk ini tidak hanya dapat kembali menjadi kebanggaan lokal, tetapi juga menjadi contoh sukses pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi nelayan. Sebagai bangsa yang kaya akan sumber daya laut, kita harus memastikan bahwa kerang hijau dan komoditas lainnya tidak menjadi korban pencemaran, tetapi justru menjadi simbol keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Kerang hijau yang kini tercemar mengingatkan kita bahwa menjaga lingkungan adalah menjaga kehidupan, demi masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun