Wacana Menteri Keuangan Sri Mulyani tentang pengintegrasian literasi pasar modal ke dalam kurikulum pendidikan sekolah patut diapresiasi. Hal itu sebagai langkah strategis untuk membangun generasi melek finansial. Inisiatif ini bukan hanya relevan di tengah pertumbuhan ekonomi digital, tetapi juga menjadi fondasi penting untuk mencetak individu yang mampu mengelola keuangan secara cerdas dan produktif.
Memperkenalkan literasi saham sejak usia sekolah memiliki berbagai manfaat signifikan. Pertama, ini membantu membangun pola pikir investasi jangka panjang, menggantikan kecenderungan konsumtif. Dengan memahami mekanisme pasar modal, siswa diajarkan cara mengelola risiko, memanfaatkan peluang investasi, dan membuat keputusan finansial berbasis data.
Kedua, kebijakan ini dapat memperluas basis investor domestik, yang saat ini masih didominasi oleh segmen tertentu. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya sekitar 5% penduduk Indonesia yang terlibat dalam investasi pasar modal. Pendidikan saham sejak dini dapat menciptakan pasar yang lebih inklusif dan beragam, sekaligus meningkatkan stabilitas ekonomi.
Ketiga, langkah ini mendukung visi Indonesia untuk memperkuat daya saing ekonomi global. Dengan generasi yang memahami dinamika ekonomi sejak usia muda, Indonesia dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy).
Struktur Kurikulum yang Ideal
Pengintegrasian literasi saham ke dalam kurikulum perlu dirancang dengan cermat agar relevan, menarik, dan aplikatif. Struktur kurikulum berjenjang yang bisa diterapkan misalnya dari tingkat sekolah dasar, SMP, dan SMA.
Tingkat dasar atau jenjang SD, diperkenalkan dengan konsep uang dan menabung. Anak-anak diperkenalkan pada konsep dasar uang, pengelolaan keuangan sederhana, dan pentingnya menabung. Ini mencakup permainan interaktif seperti simulasi toko atau tabungan.
Tingkat menengah atau SMP, diperkenalkan dengan dasar-dasar investasi. Kurikulum mulai membahas konsep investasi, risiko, dan pengembalian (return). Siswa diajarkan tentang perbedaan antara menabung dan berinvestasi, termasuk simulasi investasi sederhana menggunakan platform digital yang aman.
Tingkat lanjutan atau SMA, diperkenalkan praktik pasar modal. Pada tahap ini, siswa dapat mempelajari cara membaca laporan keuangan perusahaan, menganalisis tren pasar, dan menggunakan aplikasi perdagangan saham dalam simulasi. Pengetahuan tentang regulasi pasar modal dan peran otoritas seperti OJK juga diperkenalkan.
Beberapa negara telah berhasil mengintegrasikan literasi keuangan ke dalam pendidikan, sehingga dapat menjadi inspirasi untuk Indonesia. Amerika Serikat memiliki program "Jump$tart Coalition" yang menyediakan materi keuangan di sekolah, termasuk pasar saham. Model ini mengandalkan kerja sama antara pemerintah, lembaga keuangan, dan sektor pendidikan. Singapura melalui program "MoneySense for Schools," literasi keuangan diajarkan menggunakan metode experiential learning. Siswa berpartisipasi dalam simulasi investasi nyata dengan pengawasan guru. Australia memiliki program "MoneySmart Teaching" mengintegrasikan literasi keuangan dalam berbagai mata pelajaran seperti matematika dan ekonomi. Pendekatan ini memastikan siswa mempraktikkan apa yang mereka pelajari.
Untuk mengadopsi wacana ini secara efektif, Indonesia memerlukan pendekatan holistik. Kolaborasi multipihak menjadi prasyarat utama untuk memastikan keterlibatan pemerintah, otoritas pasar modal (OJK), BEI, dan perusahaan swasta. Penyediaan platform simulasi investasi gratis untuk sekolah dapat menjadi langkah awal. Oleh karenanya, Guru perlu diberikan pelatihan intensif agar mampu mengajarkan materi ini dengan baik. Workshop rutin dan panduan praktis dapat menjadi solusi.