Pengalaman sejarah kebahasaan di Indonesia mesti menjadi pelajaran untuk memperjelas posisi perubahan yang harus dilakukan. Selama ini pengembangan kebahasaan hanya ditimpakan pada lembaga pendidikan. Dan justru dari lembaga inilah bahasa Indonesia mengalami kemunduran karena proses pembelajaran yang diperkenalkan terbatas pada ejaan yang dibakukan. Di satu sisi, berawal dari kesadaran untuk menciptakan standar tata bahasa yang berlaku. Namun di sisi lain, ejaan baku yang telah disempurnakan dan diresmikan penggunaannya pada 16 Agustus 1972 terkesan stagnan bahkan konservatif sehingga pelajaran bahasa Indonesia cenderung ditinggalkan oleh peserta didik.
Untuk itu, penyakit memudarnya kebanggaan serta kesetiaan berbahasa Indonesia terletak pada hilangnya pedoman berbahasa yang baik. Pusat Bahasa sebagai instansi yang berwenang pada kebijakan kebahasaan seolah mati suri dan belum mampu menghadirkan terobosan atas konservatifnya ejaan baku. Inilah yang kemudian menyebabkan kalangan pelajar sebagai generasi muda pelanjut dan penutur langsung, memilih untuk mengesampingkan bahasa Indonesia karena tidak adanya teladan dan berkembangnya persepsi bahwa ejaan bahasa Indonesia yang baik justru terkesan kaku dan rigid.
Atas dasar itulah, masyarakat penutur sebagai komponen penjaga keberlanjutan bahasa Indonesia harus diberikan ruang partisipasi untuk mengoreksi dan mengembangkan proses kreatif berbahasa. Bila diperhatikan, kekacauan tutur bahasa yang diwujudkan melalui impor bahasa asing oleh masyarakat penutur pada masa sekarang, bisa dianggap sebagai bentuk kreativitas hak partisipasi masyarakat dalam proses serapan. Kesempatan demikian agar tidak menjadikan bahasa Indonesia yang semula sebagai bahasa terbuka menjadi tertutup sehingga diperoleh kekayaan kata-kata baru. Pada akhirnya muara pertanyaan di atas mendapatkan jawaban bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa kreatif yang dipopulerkan oleh bangsa kreatif dan terbuka dalam pergaulan global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H