Menuju Indonesia Emas 2045, sistem evaluasi pendidikan, termasuk Ujian Nasional (UN), perlu dioptimalkan agar mampu mencetak generasi yang kompetitif, adaptif, dan inovatif. Ujian Nasional tetap memiliki potensi signifikan jika didesain ulang untuk mendorong kompetensi global. UN dapat menjadi instrumen untuk memastikan siswa menguasai kompetensi esensial abad ke-21, seperti literasi digital, pemikiran kritis, kreativitas, dan kolaborasi. UN di masa depan harus berbasis teknologi untuk memastikan efisiensi, aksesibilitas, dan pengelolaan yang lebih baik. Hal ini juga membantu mempersiapkan siswa dalam menghadapi era digital.
UN tidak lagi dilakukan secara seragam di akhir jenjang, melainkan disesuaikan dengan pencapaian belajar siswa pada setiap modul tertentu. UN masa depan tidak hanya menguji hafalan, tetapi juga pemecahan masalah nyata. Soal berbasis studi kasus yang menuntut siswa menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan masalah dalam konteks dunia nyata. Ujian tidak hanya berbasis soal pilihan ganda, tetapi juga menilai proyek individu atau kelompok yang menunjukkan kreativitas dan inovasi siswa. Sistem evaluasi yang berbasis data membantu pemerintah memetakan dan mengatasi ketimpangan pendidikan di berbagai daerah.
Saatnya kita berani mengambil langkah besar untuk menata ulang sistem pendidikan demi memastikan bahwa anak-anak Indonesia dapat menjadi aktor utama dalam membangun peradaban global. Pendidikan bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang membangun manusia seutuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H