Perjalanan gowes ini tidak membawa saya pada artefak kuno atau kota yang hilang seperti dalam film Kingdom of the Crystal Skull. Akan tetapi memberikan sesuatu yang jauh lebih berharga, yaitu pemahaman tentang keindahan dan kerentanan alam. Di tengah gemuruh air terjun dan heningnya hutan, saya merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Ketika akhirnya saya kembali ke titik awal perjalanan, tubuh terasa lelah tetapi hati penuh rasa syukur.
Gowes ke Gunung Salak bukan sekadar olahraga atau rekreasi, tetapi sebuah petualangan jiwa. Seperti Indiana Jones yang selalu kembali dengan cerita luar biasa, saya pun pulang dengan kenangan dan semangat untuk terus menjaga alam yang menjadi sumber inspirasi tak berujung. Perjalanan gowes ke Gunung Salak adalah kisah tentang hubungan manusia dengan alam. Ini adalah pengingat bahwa dalam setiap kayuhan pedal, kita tidak hanya bergerak ke depan, tetapi juga mendekat pada esensi kehidupan itu sendiri. Gunung Salak mungkin tidak membawa kita pada petualangan eksotis seperti di Amazon, tetapi ia memberikan rasa yang sama, rasa penasaran, kerendahan hati, dan penghormatan pada sesuatu yang lebih besar daripada diri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H