Mohon tunggu...
Muhammad Kautsar Thariq
Muhammad Kautsar Thariq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

UIN Sunan Gunung Djati

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Buku: Sejarah Sosial Muslim Minoritas Etnis Melayu di Nusantara

23 Juli 2024   15:06 Diperbarui: 23 Juli 2024   16:24 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelompok Muslim Asia lainnya termasuk orang Asia Selatan (khususnya India, Pakistan, dan Bangladesh) dan Muslim asal Indonesia, khususnya Bugis, Jawa, dan Minangkabau. Menurut laporan seorang musafir Perancis, Guy Tachard, pada tahun 1685 M, di Thailand ditemukan Komunitas Syiah Persia yang sering menerima dana dari Raja Thailand untuk melaksanakan beberapa kegiatan ritual pada masa itu.

Seiring berjalannya waktu, terjadi percampuran antar suku, terutama dengan pedagang Jawa, Cina, Arab dan Gujarat yang mengunjungi Timor untuk mencari kayu cendana yang berharga. Pulau Timor dibagi lagi menjadi beberapa kerajaan kecil yang diperintah oleh para pangeran (disebut raja atau liurai) dan pemimpin klan yang menjalankan kekuasaan di desa-desa.Selain itu, Kesultanan Malaka telah memasukkan hukum syariah ke dalam Qanun negaranya sejak abad ke-16.

 Selanjutnya Kesultanan Johor menggantikan peran Kesultanan Malaka setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511 M. Pada masa Kesultanan Johor, Singapura menjadi bagian dari kesultanan tersebut hingga tahun 1824 Masehi.Sekitar abad ke-15 M, wilayah Sulu berhasil masuk Islam oleh dua orang pendakwah Arab dan Minangkabau, yaitu Syeih Makdum dan Raja Baginda. Dikisahkan seorang ulama keturunan Arab, Karimul Makdum, datang ke wilayah Sulu dan memperkenalkan Islam kepada penduduk pribumi pada tahun 1380. Sepuluh tahun setelah Karimul Makdum, yakni pada tahun 1390, Raja Bagindo dari Minangkabau datang ke Sulu dan menyebarkan Islam di wilayah tersebut sampai ke Pulau Sibutu.

Isi Buku:

Kajian mengenai sejarah sosial kelompok minoritas Muslim di nusantara masih jarang dan belum ada hingga saat ini. Artikel ini menjelaskan proses sejarah dimana Muslim Melayu menjadi minoritas di Thailand, Singapura dan Filipina. Selanjutnya dinamika kehidupan sosial politik umat Islam di tiga negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim.Selain itu, penyebaran Islam di Asia Tenggara pada abad ke-13 Masehi, melalui kontak antara pedagang Muslim dan penduduk lokal, serta pedagangan melalui Jalur Sutra antara Filipina Selatan dan wilayah tetangga lainnya seperti Brunei, Malaysia atau Indonesia mendorong penyebaran Islam semakin cepat di wilayah tersebut.Kelompok Muslim di Thailand beragam, namun dilihat dari perspektif etnolinguistik corak keislaman Muslim Thailand secara umum didominasi oleh kebudayaan Islam Melayu.

Hal ini bukan hanya karena mayoritas Muslim di negeri gajah putih tersebut adalah berasal dari etnis Melayu, namun juga karena proses interaksi yang cukup lama (ratusan tahun) antara Muslim di Thailand dengan mayoritas Muslim di luar Thailand di Kawasan Asia Tenggara. Kawasan peradaban Isam Asia Tenggara dilihat dari perspektif etnolinguistik merupakan kawasan peradaban Islam Melayu.

Di bagian wilayah Thailand Utara, yang merupakan rumah bagi orang Islam Cina (Hui), juga merupakan rumah bagi banyak orang Burma, dan campuran orang-orang Cina-Myanmar atau orang-orang Pakistan-Myanmar. Selain itu orang-orang Melayu-Pattani di bagian wilayah Thailand Selatan merupakan golongan minoritas yang paling besar di negara itu. Walaupun mereka hanya mencakup 2,84 persen dari seluruh penduduk negara itu yang berjumlah 57.788.165 Jiwa.

Secara garis besar Muslim Singapura terdiri dari dua ke Lompok, yaitu Muslim Melayu dan Muslim migran dari Jawa, Sumatra, Bugis, India dan Arab. Mayoritas Muslim Singapura menganut Mazhab Sunni-Syafi'iyah. Sebagian kecil menganut Mazhab Hanafiyah, dan Syi'ah. Ada juga kelompok Islam lainnya di luar ketiga mazhab tersebut, seperti kelompok Salafi, dan Ahmadiyah.

Agama Islam masuk ke Timor Leste dengan masuknya agama Islam di Pulau Sumbawa antara tahun 1540-1550 M yang dibawa oleh para mubaligh dan pedagang dari Demak, mengingat Demak pada saat itu merupakan pusat penyebaran agama Islam di Asia Tenggara menggantikan kekuasaan Malaka yang dikuasai Portugis sejak tahun 1511 Masehi. Diperkirakan Islam menyebar dari Demak melalui Nusa Tenggara Barat (Lombok dan Sumbawa), setelah itu taalung masuk ke Pulau Timor.

Jauh sebelum kedatangan bangsa Spanyol dan Amerika serta pemerintahan Manila yang Kristen, di Kawasan Filipina telah berdiri beberapa kerajaan Islam, yaitu Kesultanan Sulu, Kesultanan Maguindanau (keduanya di kepulauan Mindanau di Selatan) dan Keraajaan Islam Manila di Luzon di Utara. Ketiga kerajaan Islam tersebut memiliki hubungan erat, baik dari aspek genealogi, kebudayaan, politik dan ekonomi, maupun agama dengan kerajaan-kerajaan Islam di Semenanjung, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Maluku.

Kesultanan Sulu didirikan oleh seorang ulama dari Johor, bernama Syariful Hasyim Syed Abu Bakar (atau Muhammd Abu Bakar) pada tahun 1457. la menyandang gelar Mahasari Maulana al-Sultan Syariful Hasyim. Ia menetap di Buansa, Sulu. Dalam Naskah Nagarakretagama, negeri Sulu disebut Solot, salah satu negeri di kepulauan Tanjunganagara (sebutan untuk Kalimantan-Filipina), yaitu satu kawasan yang berada dalam perlindungan Kerajaan Majapahit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun