Bagaimana dengan investor yang sudah mengerti fundamental dan prospek suatu emiten kemudian ditransaksikan untuk mendapatkan capital gain memanfaatkan momentum dan sentiment dalam jangka pendek?. Hal ini bisa merusak psikologi investor dan keyakinan terhadap fundamental dan prospek emiten yang selama ini dibangun akan hancur jika misalnya dalam bertransaksi mengalami kerugian. Lebih baik memantau perkembangan kinerja emiten setiap kuartalan dan mencermati corporate action emiten untuk menentukan strategy selanjutnya apakah akan menambah bobot alokasi terhadap emiten tersebut atau kah memang harus jual rugi karena kinerja dan prospeknya tidak sesuai seperti yang diharapkan.
Lain cerita jika diluar dugaan ternyata harga saham tersebut naik tinggi misalnya 25% pada hari yang sama dan sudah mencapai target keuntungan sesuai dengan metode valuasi yang sudah dibikin maka sah-sah saja jika saham tersebut dijual. Atau misalnya ada kebutuhan mendesak dalam 1 pekan sejak melakukan pembelian dan sudah mendapatkan capital gain maka tidak masalah untuk dijual.
Jadi niat atau motif pada awal melakukan investasi akan menentukan apakah investasi pada suatu saham tersebut termasuk spekulasi ataukah judi. Pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh diri kita sendiri. Maka luruskan niat berinvestasi agar Halal, Berkah dan Manfaat.
Disclaimer : Tulisan ini merupakan pendapat pribadi dan tidak ada unsur provokasi dan rekomendasi suatu saham tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H