Mohon tunggu...
zainal
zainal Mohon Tunggu... Dokter - muttaqin

indonesian

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kutipan Kuliah Prof Zainal Muttaqien (15/05/2020): Pengalaman Menjadi OTG COVID-19

17 Mei 2020   20:34 Diperbarui: 17 Mei 2020   20:40 1478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sejak di beri tahu, kami putuskan kami akan di karantina agar tidak menulari orang lain. Di samping tetap menjaga kesehatan, nanti setelah sekitar dua minggu harapannya virus akan menghilang sendiri dengan daya tahan tubuh kami. Tujuan utama isolasi adalah memutus rantai penyebaran. Karena kami sempat kontak dengan orang lain, maka semua di daftar, kemudian di tes juga. 

Tapi yang dipenuhi hanya test Rapid karena sulit jika semuanya di tes PCR. Hal ini juga di lakukan dalam rangka memutus transimisi Covid19. Pasien-pasien dan Perawat yang sebelumnya ketemu saya juga di tracing oleh pihak rumah sakit atas permintaan saya. Yang merasa ada gejala diminta untuk periksa ke rumah sakit, yang tak ada gejala diminta untuk mengisolasi diri.

Problematika 1: Kapasitas tes yang rendah

Kemampuan tes yang dimiliki pemerintah Indonesia saat ini paling buruk. Saat ini dengan upaya maksimal melibatkan berbagai pihak, itupun baru akhir-akhir ini. 

Pada awalnya pemerintah hanya memiliki dan mempercayai laboratorium  yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan saja. Kemudian setelah melibatkan instansi lain, seperti universitas dan sebagainya, maka saat ini kapasitas test yang bisa dilakukan pemerintah Indonesia baru mencapai sekitar 300 lebih per satu juta penduduk.  Angka itu masih jauh dibawah Pakistan, Bangladesh dan negara-negara lain yang secara ekonomi dan sistemnya harusnya ada di bawah Indonesia. 

Indonesia baru setara dengan Myanmar, Burundi, negara yang namanya saja mungkin kita tak kenal. Disisi lain Vietnam, Thailand dan Malaysia, negara tetangga kita sudah melakukan test hampir 10 kali kemampuan kita. Mereka sampai 2000 test lebih per satu juta penduduk. Negara yang sudah berhasil cepat mengatasi ini, Jerman, Australia melakukan test pada 20.000 orang per satu juta penduduk. Jadi 100 kali kemampuan kita. Padahal, penanggulangan wabah ini, salah satu kunci utamanya adalah dengan tes. 

Dengan tes, bisa di ketahui siapa yang positif dan  siapa yang berpotensi menyebarkan, dan memutus rantai penyebarannya. Dengan kemampuan yang terbatas ini maka sebenarnya yang penting untuk diambil adalah tindakan mencegah pergerakan orang. Itu yang di Indonesia sangat setengah-setengah.

Problematika Sistem Layanan Kesehatan yang  Buruk

Gambarannya begini, ada 132 Rumah Sakit rujukan Covid19 di seluruh Indonesia dengan sekitar 46000 tempat tidur itu kalau semua boleh dipakai untuk Covid19. Padahal tidak mungkin. Ada orang lain yang sakit bukan Covid juga butuh penanganan. Misalnya separohnya saja untuk Covid berarti ada 23000 kapasitas tempat tidur di Rumah Sakit rujukan.

 Tidak pernah bisa menampung yang sakit. Pasti disparitas akan terjadi. Tugas kita adalah membuat 20% yang sakit jangan sampai melebihi kapasitas rumah sakit tadi. Caranya membatasi jumlah yang sakit. Dan supaya jangan bertambah yang sakit kita harus membatasi pergerakan orang, atau apapun sebutannya.

Problematika Rapid Test KW-2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun