Pendidikan adalah proses yang tanpa henti, yang tak mengenal waktu, tak mengenal usia, dan tak mengenal tempat. Guru tak selayaknya adalah orang tua, yang harus mampu untuk menuntun peserta didiknya menuju gerbang masa depannya, karena di tangan guru lah, letak masa depan bangsa kita di masa yang akan datang. Konsep ini yang selalu terngiang dalam hati saya tentang makna dari sebuah tugas guru itu. Hari ini, tepat di momen Hari Pendidikan Nasional, saya kembali mengingat sebuah proses panjang 9 bulan yang saya ikuti, ketika terpilih menjadi Calon Guru penggerak (CGP) angkatan 2 Kabupaten Takalar di tahun 2021.
Di tahun 2021 tersebut, saya mencetuskan sebuah praktik baik yang diberi nama "Assipoleta Ripanggaukang". Gerakan ini berasal dari perpaduan bahasa Makassar. Kata "assipoleta" mengandung arti bersatu dalam komitmen dan kata "ripanggaukang" sendiri pun mempunyai makna dalam perbuatan, sehingga jika digabungkan maka gerakan ini berarti bersatu dalam komitmen dalam mewujudkannya dalam aksi atau perbuatan. Yang menarik lagi dari nama praktik baik ini, kata "assipoleta" itu sendiri merukan sebuah singkatan dari sebuah kalimat dalam bahasa Makassar yang berbunyi "anak sikola erok akjari polisi siagang tantara". Kalimat ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka akan mengandung arti anak sekolah yang bercita-cita menjadi polisi atau tentara.Â
Program ini diinisiasi dari sebuah kondisi yang terjadi di sekolah tempat saya mengajar yaitu "UPT SMA Negeri 3 Takalar", terutama di siswa-siswi kelas XII pada tahun tersebut. Di awal tahun ajaran tersebut, saya mewawancarai mereka dan salah satu pertanyaan yang muncul adalah mengenai cita-cita mereka. Yang mengejutkan bagi saya pada saat itu adalah tidak sedikit dari mereka yang masih belum bisa menjawab karena ketidak-yakinan mereka akan masa depan mereka. Melihat kondisi inilah, saya selaku guru yang juga merupakan CGP Angkatan ke-2 pada saat itu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang saya susun sehingga menghasilkan sebuah essai tentang diri mereka yang kemudian sepakat kami beri judul "Komitmen HiduP". Dari essai yang terkumpul inilah, saya pun mengetahui bahwa mayoritas anak-anak yang tidak menjawab tersebut mempunyai cita-cita ingin menjadi polisi atau tentara.
Pada saat itu, saya merasa bahwa sebagai seorang guru, saya perlu berbuat sesuatu kepada mereka. Dari hasil renungan itulah saya pun mulai mendesain kegiatan ini dengan mengadakan kolaborasi dengan beberapa alumni yang menurut saya akan mampu untuk membantu keberhasilan jalannya program ini. Kolaborasi dengan alumni ini membantu saya dalam menyediakan pelatih yang juga merupakan alumni yang berprofesi sebagai salah satu personil dari Brimob Makassar yang bernama Zainal, yang menyatakan benar-benar siap untuk suka dan rela membantu jalannya program ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H